Prolog

88 7 3
                                    


Zrsssss. Byurrrr!

Hujan makin deras, aku segera berlari berlindung dari hujan. Langit yang tadinya cerah, mengapa tiba-tiba kelam?

Di depan toko buku ini aku berdiri, dengan segala pengharapan agar langit berhenti menangis. Tapi dia tak mengerti hatiku, semakin lama tangisannya semakin menjadi-jadi. Kulirik jam di tangan kiriku, ah! Sudah jam lima! Aku menggerutu di dalam hati.

"Lebih baik aku masuk saja sambil menunggu hujan reda"
Aku melangkahkan kaki ke dalam toko buku itu. Aku sedang mencari novel ketika seseorang dengan sengaja atau tidaknya menabrakku dari belakang.

"Arghh!" Aku meringis kesakitan.

"Maaf ya, aku gak liat kamu tadi"
Mata hitamnya yang tajam, kulitnya yang kecoklatan, dan senyumnya yang menawan. Aku tidak mengerti, kenapa jantungku berdetak lebih cepat? Mengapa hatiku terasa senang?

Dia mengibaskan tangannya di depan wajahku. Aku segera terhempas ke dunia lagi. Kutatap lagi mata hitamnya. Kutemukan sosok yang membuatku teduh, ingin rasanya aku terus berlindung di matanya yang indah itu.

Aku tau kalau dia memandangku aneh. Dia mungkin menangkap basah aku yang sedang mengaguminya. Bagaimana aku tak bisa mengagumi makhluk Tuhan yang seindah dirinya?
Ya Tuhan! Apa yang telah kupikirkan? Mungkin aku sudah gila. Kulihat lagi senyumnya yang sekarang sudah berganti datar.

"Kamu sedang apa? Mengagumiku?" Whatt? Kenapa dia harus jujur begitu sih?

"Maaf, mungkin Anda terlalu percaya diri" Akhirnya aku dapat menemukan alasan yang tidak menjatuhkan harga diriku.

"Tidak, hanya saja itu sudah jelas dari caramu menatapku" Dia tertawa dan memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Benarkah? Apa Anda seorang ahli pembaca raut wajah?" Aku memangku tangan menanti alasannya. Aku benci bertengkar, tapi pertengkaran yang satu ini...berbeda.

"Aku memang bukan orang yang seperti itu. Ah, sudahlah! Aku bisa mati kalau bicara terus denganmu" Aku pergi meninggalkannya dan berjalan ke arah katalog yang lain. Aku harus berhenti, sebelum aku benar-benar tergila-gila olehnya.

Hujan telah reda, namun jantungku masih belum berdetak dengan sempurna. Bagaimana bisa aku melupakannya? Aku berdiri di tepi jalan sambil menunggu kakakku. Sudah setengah jam aku menunggunya, tapi kenapa dia belum muncul juga? Kakakku memang sulit diandalkan. Dan sekarang sudah jam enam kurang. Hari sudah mulai gelap, toko-toko sudah mulai tutup. Dan tentunya, toko buku ini juga. Aku sangat cemas, terlebih lagi aku mendengar rumor kalau di daerah sini sering terjadi perampokan bahkan penculikan. Aku semakin takut, kakiku menggigil lemas, aku lunglai.

Hatiku bukan main senangnya ketika sebuah motor berhenti tepat dihadapanku. Akhirnya kakakku datang! Aku langsung menaiki motornya. Lalu kami pergi, melesat jauh ke rumah.

Dia hanya diam, begitu juga aku.
Aneh, dia tidak seperti biasanya yang selalu mengoceh tidak jelas dan membuatku harus menutup telingaku setiap kali dia memulai ceramahnya. Tak lama, dia memberhentikan motornya,

"Rumahmu dimana?"

Lha? Dia lupa jalan pulang? Kok bisa sih?

"Kak, masa lo lupa sih jalan pulang? Terus kenapa 'rumahmu?' Otak lo gak gesrek kan?" Apa jangan-jangan angin kencang ini telah membawa lari ingatannya?

"Iya, maksud gue rumah kita. Gue lupa arah gara-gara masuk angin nih" Ooh, emang bisa ya?

"Tinggal lurus terus, nanti belok kanan,lurus lagi, kanan lagi"
Jelasku panjang lebar.

Yeaay! Sudah sampai juga kami di rumah yang bagaikan istana bagiku. Ketika aku melangkah membuka gerbang, kakak sudah tidak ada. Dia kemana? Ah, mungkin main lagi ke rumah teman.

Kriett

Kubuka pintu kamarku yang tercinta. Ahh, senangnya bisa rebahan lagi di kasur empukku. Ketika aku sedang mempersiapkan untuk mandi. Notifikasi LINE berbunyi dari hp ku. Semoga dari doi! Aku terlonjak dengan penuh semangat menyambar hpku yang tergeletak di meja belajar.

Lah, bukan dari doi, tapi dari kakak.

From : Browniess
To : -_-

Sorry dek, gue gak bisa jemput lo hari ini. Maaf udah buat lo nunggu lama, soalnya gue ada latihan basket. Okeeh <3

Aku berpikir sejenak. Tadi kan dia udah nganterin aku, kok sekarang malah bilang gak bisa anter? Kayaknya udah gesrek nih otaknya.

From : -_-
To : Browniess

Lo gimana sih kak, kan tadi elo yang nganterin gue. Gimana sih!

Aku melempar hpku kesal. Ini bukan saatnya bercanda, bodoh!

Ting!

From : Browniess
To : -_-

Siapa yang anterin lu, bego! Gue dari tadi emang di lapangan

HA? Jadi kalau bukan kakak, siapa yang tadi mengantarku? Pantesan dia gak tau alamat dan gak masuk pas aku bukain gerbangnya.




HI GUYS,

Ini cerita kelima ku lho. Maaf masih abal-abal.

Ditunggu vomments nyaa <3

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang