Your Son? - 4 (ending)

3.7K 220 35
                                    

"Ali? Lo ngapain sih ngikutin gue terus?!"

"P-prill kita kan b-biasanya..."

"Tapi sekarang nggak! Lo ngaca dong! Lo tuh miskin, jelata, gak guna! Sorry ya gak level sama gue!"

Jleb! Ali langsung mengelus dadanya. Ah Ya Tuhan... apalagi ini? Ali sudah cukup tersiksa dengan ketidakpedulian orang tuanya. Dan sekarang, Prilly juga ikut menjauhinya. Prilly yang sekarang memang berbeda. Ia sudah berpenampilan modis dan mempunyai banyak teman yang setara derajatnya. Pantas kalau ia tidak mau lagi berteman dengan Ali.

"Oke kalo gitu, prill. Makasih untuk tiga tahunnya kita sama sama. Kamu emang gak pantes punya temen kaya aku," ujar Ali lesu sambil melenggang pergi meninggalkan gadis berperawakan mungil itu. Prilly hanya tersenyum meremehkan lalu melanjutkan langkahnya ke kelas XII MIA-5, dimana teman temannya berada. Prilly yang sekarang sangat berbeda, tidak mau dilecehkan lagi, tidak mau dihina lagi. Sekarang ia lebih percaya diri dan memilih milih teman. Mungkin ini sebagai bentuk pemberontakkannya terhadap orang orang yang dulu menghinanya. Ah keberanian seseorang selalu muncul ketika terdesak bukan? Bedanya, Prilly bukan terdesak, ia hanya sudah muak dengan semuanya. Dan mungkin sekarang sudah saatnya ia merubah hidupnya.

Prilly juga sudah tidak sebangku lagi dengan Ali, ia sudah pindah duduk bersama Chelsea, orang yang menghasutnya untuk merubah penampilan.

****

"Pa, mama takut Digo nggak bisa sembuh..." lirih seorang wanita yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang sudah kepala empat.

"Sstt.. tenang ma, papa akan secepatnya mendapatkan donor untuk dia. Digo pasti sembuh."

"Tapi sampe kapan lagi pa? Sekarang dia koma, belum tentu dia bisa bertahan lebih lama lagi! Papa ini gimana sih?!"

Suara suara lantang itu terdengar jelas di telinga Ali. Ia termenung beberapa saat. Kini ia benar benar seperti berdiri di atas istana yang retak, yang ia harus perbaiki segera. Kalau tidak, tentu istana itu akan roboh dan luluh lantah. Tidak ada waktu lagi untuk memikirkan sebab akibat ataupun resiko yang harus ditanggung. Ia harus bertindak secepatnya. Ali adalah saudara kandung Digo, tentu sumsum tulang belakangnya pasti cocok. Apapun yang terjadi nanti, pasti itu baik untuk sang kakak. Walaupun belum tentu baik untuk Ali. Karena saat ini, Ali merasa, sudah lelah meniti waktu. Toh, sebesar apapun pengorbanan yang ia lakukan, tetap saja, tidak akan membuat kehidupannya berubah 180 derajat. Bukan berpikir buruk, Ali hanya memperkirakan sesuatu yang sebentar lagi menjadi fakta. Ibaratnya, Ali hanya tanaman anggrek di pohon mangga. Walaupun indah, tetap saja ia hanya parasit yang mengganggu.

****

"Digo, kamu udah bangun sayang?"

Lelaki berkulit putih itu mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia memutar pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang didominasi alat alat medis ini. Lantas ia menatap sang mama yang sedang tersenyum manis.

"Ma.."

"Hmm?"

"Aku masih hidup?" Digo bertanya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Kamu sudah sembuh sayang." Mama membalas sambil mengusap kepala Digo dengan sayang.

"Siapa yang jadi pendonor buat aku, ma?"

"Mama juga gak tau. Yang pasti dia orang baik yang tidak mau memberitahu identitasnya pada kita."

"Siapapun dia, aku berterima kasih banyak sama dia, ma."

"Iya sayang, suatu saat kita pasti ketemu dia," balas mama kemudian mengecup lembut kening sang putra. Ia dengan setia menemani Digo sampai pagi menjelang. Tidak perduli penampilannya yang sudah merah kuning hijau berantakan. Putra pertamanya itu adalah prioritas baginya hingga tanpa sadar masih ada satu lagi putra kecilnya yang sedang mematung iri di balik pintu yang sedikit terbuka. Ali menatap sendu pemandangan memilukan itu. Kapan ia seperti itu? Dipeluk dan diusap dengan sayang oleh sang mama. Mungkin itu hal yang biasa bagi orang lain, tapi mustahil bagi Ali. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya, menunggu waktu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mon HistoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang