#13

7.2K 392 60
                                    

Hi, maafkan saya yang update telat dan terlalu pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi, maafkan saya yang update telat dan terlalu pendek

Udah mulai masuk masa sibuk, mata dipaksa melek, minum kopi, teh,susu, apa lagi yak?

Ahh lupa, tapi tetep aja kalah sama yang namanya ngantuk dan capeeek

#################################

"Bu. Bu Nadine. Ituu emm emm "

"Lo mau ngomong apaan sih? Tenang dulu. Iya, Elsa. Ada apa?" Ku jawab Elsa tanpa beralih dari kegiatan menyiapkan semua pesanan makanan.

"Emm itu, anu si Helen itu emm anu"

"Apa? Anunya Helen kenapa?"

"Ihh Bu Nadine apaan sih? Anunya Helen gak papa kok. Maksudnya Helen lagi ribut sama pengunjung di meja 13"

"Ohh, oke tolong ambil alih tugas gue bentar ya. Gue aja yang beresin"

Aku meninggalkan dapur, namun saat sudah di depan pintu aku tersadar sesuatu. Membuatku berbalik karena penasaran.

"Elsa, lo tau darimana anunya Helen gak papa? Kalian habis ngapain? Ahh gue tau, kalian nusuk gue dari belakang kan?" Godaku.

Elsa menoleh kearahku, lalu berkata 'SINTING'

"Huaahawahaha, ya udah kerja yang semangat semua gue tinggal urusin Helen dulu"

Aku melihat Helena sedang memaksa menyuapi sepotong cake kepada seorang wanita yang ku taksir berumur 29 tahun. Wanita itu terlihat risih saat tatapan pengunjung lain tertuju kepadanya dan malu saat Helena terus menyuapinya, di tambah sedikit menggodanya.

"Hallo, Bu Salma?" aku menyodorkan tangan kananku bermaksud mengenalkan diriku kepada wanita itu.

"Oh hai juga, iya saya Salma. Kamu Nadine kan mominya Vero?"

Aku sedikit heran ini kan pertemuan pertama kami, darimana dia tahu aku mominya Vero?

"Heran ya? Aku beberapa kali lihat wajah kamu di album yang selalu Vero bawa ke sekolah"

"Ohh, kirain peramal bisa tau nama orang" candaku.

Aku mencoba melucu, namun. Yeah, Ok. Ku akui ini lelucon garing. Mereka hanya merespon dengan tawa yang terpaksa.

"Aaaaaaaaaaaaa awwww Nad sakiit, aaaaww"

Aku menjewer Helena, sedikit memplintirnya juga. Tak peduli ada beberapa pengunjung yang melihat kami.

"Ngapain haah? Banyak pesenan tu, lagi rame gini malah gangguin pengunjung"

"Uhh sakit Nad, aaaww lepasin dulu kupingku. Aku Cuma nemenin Bu Salma, dia kangen katanya"

"Eeehh, kapan saya bilang kangen kamu?" Salma tersenyum melihat kami sambil menikmati cake nya.

"Auuuww, aaauwww ampuun Nad" aku makin menarik telinganya.

"Sakit ya?" aku melepaskan tanganku, lalu mencium kupingnya yang memerah. Keceplosan. Eh maksudku, aku gak sadar ini tempar umum.

"Eheem, hallo ada saya lho ini. Daya masih disini, masih hidup" protes Salma. Membuat kami tertawa.

"Hahaha, iya ya maap deh kelepasan. Ohh ya Salma, vero gimana di sekolah? Panggil nama gak papa kan? Di luar sekolah ini"

"Iya, panggil nama aja. Vero makin baik, gak semales biasanya. Dia udah mau ngerjain soal-soal. Memang dasarnya anak ini cerdas kok. Cuma sedikit malas saja"

"Tuh males, kayak kamu" itu suara h
Helana.

Aku meliriknya, dan kedua tangannya dengan sigap menutupi kedua telingany. Hahaha, takut ku jewer lagi ternyata.

"Emm bu salma saya pamit bentar ya" Helena berdiri lalu mencondongkan badannya ke arahkau, mencium pipiku.

"Aku kedepan bentar ya Nad" pamitnya.

Aku mengangguk, lalu beralih melihat Salma yang terbengong menatap kepergian Helena.

"Salma. Hallo. Hei" aku mengibaskan tanganku di depan mukanya.

"Iyaa, gimana Nad? Hehehe, sorry bengong"

Aku tertawa kecil saat mendapati Salma terkaget. Karena ketahuan olehku sedang menatap kepergian Helena.

"Kamu? Naksir Helen ya"

"Haah? Ini kamu mau nanya atau ngasih pernyataan. Emang kelihata banget gitukah?"

"Hahaha. Ya jelas keliatan, kamu nyaman sama dia walopun kamu sok ngusir-ngusir dia kayak gitu"

"Emm, aku gak tau naksir apa gaknya nad. Helena tu punya daya tarik kuat, aku suka sebel tiap dia godain tapi rasanya kangen kalo gk liat pecicilanya dia. Kalian beneran pacaran? Sorry gak maksud jahat kok. Kalau keganggu gak perlu di jawab"

"Dia cantik ya? Tuh liat deh, senyumanya, tatapan mata teduhnya" kataku mengabaikan pertanyaan darinya.

Kami memperhatikan Helena yang berada di luar kafe dari dinding kaca. Helena sedang memainkan ponselnya sesekali tersenyum lebar.

"Iya, Helena tu seperti bunga mawar. Banyak sekali yg menyukainya, mengaguminya, mendekatinya, bahkan ada juga yg benci dia. Makanya dia punya duri buat ngelindungin dirinya dari bahaya" kata Salam sok puitis.

"Woow. Kalau kamu, termasuk yg mana nih?" aku memainkan kedua mataku naik turun.

"Entahlah, aku kalah jauh sama kamu"

Aku diam tak menanggapi perkataan Salma, menatap langkah Helena yang semakin mendekat.

Di tangan kanannya ku lihat ada sebuket bunga mawar pink, dan di tangan kirinya ada buket mawar putih yang di selingi mawar merah di setiap susunannya. Salma mengikuti arah pandanganku. Kami tersenyum, gadis itu membuat kami terpana dengan senyuman cerianya yang menghiasi wajah cantiknya, mengiringi langkahnya.

Helena berdiri di depan kami, tangan kanannya mengulur di depan Salma dihiasi dengan senyuman yang membuat kedua matanya menyipit. Salma menerima bunga itu, menghirupnya.

"Makasih Helen" Salma membalas senyuman Helen tak kalah manisnya

Lalu, Helena beralih menatapku. Bunga di tangan kirinya kini sudah berganti tempat di genggaman tangannya. Helena mendekatiku, mengulurkan bunga itu kepadaku.

"Aku cinta kamu, ini tak seberapa dengan kenyataan yang aku rasakan sama kamu. Namun aku harap ini bisa mewakili perasaanku Nad. Aku memujamu dengan keterlaluan, aku menyukaimu dengan keterlaluan, aku menyayangimu dengan keterlaluan, cinta ini juga keterlaluan ke kamu. Aku serba terlalu untukmu, kamu sempurna untukku" bisiknya pelan.

Apa-apaan. Serba terlalu katanya.

"Kamu bukan Oma Irama, kan" kataku membuatnya kesal.

"Selalu deh. Perusak suasana. Makan tu bunga"

Helena pergi, pura-pura ngambek. Meninggalkan kami yang menertawai candaan perusak suasanaku tadi.

LOVE, NADINE and HELENA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang