Seseorang berkulit tan itu masih meringkuk di atas tempat tidurnya pagi ini. Tidak dirisaukannya cahaya matahari yang telah menembus jendela menyiraminya dengan kehangatan. Karena biar begitu seluruh tubuhnya tetaplah dingin. Dingin, seperti es.
Semalaman tubuh itu tidak bergerak semenjak merebahkan dirinya. Mata cokelat indahnya terus berurai, hingga dia tidak menyadari bahwa pelupuk mata indahnya itu sudah bengkak. Kantung hitam di bawah matanya terlihat bergelayut namun tidak mengurangi ketampanannya sedikitpun. Sebagai seorang eksekutif muda yang sukses orang selalu melihat hidupnya pasti bahagia. Namun sebenarnya dibalik itu dia sudah tidak peduli akan orang lain dan pandangannya. Baginya, kini hidup setiap hari seperti perjuangan untuk bertahan dari rasa sakit dan kesepian yang terus mendera.
Tatapannya masih tersimpan rapat ketika tiba-tiba bel apartemen mahalnya itu berbunyi.
TingTong
Terbukalah pandangannya. Dia berusaha meninggikan tubuhnya dan menarik nafas. Lalu duduk sebentar di tepi tempat tidurnya dan segera berjalan tanpa gairah menuju sumber suara yang kini terus berbunyi itu. Masih dengan wajah sendunya dia membuka pintu itu.
"Yaaaa!! Kenapa lama sekali sih bukanya?! Kau ini memang pemalas ya!" Cerocos pria putih bermata sipit itu dengan ekspresi tajamnya seperti biasa. Dia menyerobot masuk mendorong tubuh Mingyu ke arah dinding dan meninggalkannya terdiam menatapnya dengan mata yang kini sudah benar membulat menyadari kedatangannya. Mingyu masih tidak percaya kekasihnya datang tanpa di duga.
"Jangan diam disitu, masuk!" Teriakan Wonwoo dari dalam menyadarkannya dan segera menutup pintu lalu bergegas menuju kekasihnya itu.
Kini Wonwoo sibuk merapihkan sisa makanan kemasan dan kaleng bir yang berserakan di meja di ruang tengah tepat di depan tv tanpa berbicara. Setelah memasukan semua sampah kedalam plastic sampah kini dia menata makanan yang sudah dia bawa tadi rapi di meja tersebut. Mingyu memang selalu makan di depan tv, walaupun di apartemennya itu terdapat meja makan yang sungguhan. Wonwoo tentu saja masih mengingat kebiasaan kekasihnya itu. Mingyu daritadi hanya duduk di sofa memperhatikan tiap jengkal pergerakan dari tubuh kekasihnya itu.
"Hyung, kenapa kau tidak bilang kalau mau kesini?" Mingyu bertanya bercicit seolah takut kena semprot lagi karena ini masih teramat pagi jika hari ini dihabiskan untuk membuat kekasihnya bad mood dan seharian ngambek.
"Memangnya kalau aku bilang kenapa? Kau akan berhenti untuk terlihat menyedihkan seperti ini hah?"
"Tidak, hanya saja kalau aku tau kau akan datang kan aku bisa berdandan dulu yang tampan hehe" Kini senyum pria tinggi itu mulai mengembang. Wonwoo hanya menggelengkan kepalanya ringan mendengar perkataan Mingyu yang masih saja kekananakan tersebut.
"Dah, ayo makan. Kau pasti sering melewatkan makan secara layak selama ini"
Maka kini sepasang kekasih itu menikmati sarapan pagi seperti sedia kala. Tidak ada pembicaraan apapun selama makan. Mereka hanya ingin menikmati setiap detik momen ini yang terasa seperti sudah lama sekali tidak dirasakan. Setelah selesai, Wonwoo masih menikmati susu cokelatnya dan menyalakan tv. Mingyu hanya menyenderkan tubuhnya di sofa mengamati kekasihnya terus.
Wonwoo bangkit dan kini membawa peralatan makan kotor ke dapur untuk dicuci. Mingyu menyusulnya ke dapur dengan langkah semangat. Ketika Wonwoo sibuk mencuci piring, Mingyu memeluk pinggang kecil pria kurus itu dari belakang, membuat yang dipeluk naik darah seperti biasa saat dulu.
"Ya! Kau mau aku pukul pakai piring?"
"Aaaah, Hyung. Sebentar saja, selesaikanlah dulu mencucinya. Biarkan aku begini beberapa saat lagi" Kini bahkan Mingyu menyandarkan dagunya di bahu kanan Wonwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backward Trip
Fanfiction"Kata orang, kalau sudah saatnya, orang yang sangat kita cintai akan menjemput kita. Lalu, apa kau disini untuk menjemputku Hyung?" Cast: Meanie Warning! Ini cerita terlalu dark, fiktif belaka.