One

905 122 16
                                    

Hallo readers!! Cerita ini aku revisi ulang, alurnya aku ubah dan sebagian pemainnya juga. semoga menghibur.

Happy reading!!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Suara kicauan burung di pagi hari terdengar sangat nyaring ditelingaku. Hal itu membuat tidur nyenyakku menjadi terusik, mau tidak mau kedua mataku membuka secara perlahan. Dan aku pun melihat ke arah jam dinding yang berada tepat di depan ranjangku yang berukuran king-size. "Sial udah jam 6!" Umpatku dalam hati. Dengan gerakan secepat kilat aku menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku. Hanya butuh waktu 15 menit untukku menyelesaikan ritual mandiku dan bagiku itu sangat cepat.

Setelah memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal lagi, aku pun memutuskan untuk keluar dari kamar tercintaku dan langsung berjalan menuju ruang makan di mana keluargaku berada. Memang sudah kebiasaan kami untuk selalu breakfast bersama dan tidak ada yang boleh memakan makanan sebelum anggota keluarga sudah lengkap, dan bisa dipastikan bahwa abang dan papa sudah menggerutu tidak jelas karena aku bangun terlambat lagi.

"Ashila, kamu ini selalu saja bangun siang. Icha aja udah ada di meja makan dari 30 menit yang lalu loh," Ujar mama sambil mempersiapkan sarapan kami. "Ma, papa tadi yang datang duluan loh." Protes papa yang tidak mau kalah sama anaknya sendiri, aku sendiri heran sama papaku yang satu itu, dan sifatnya itu menurun ke abangku. Abangku itu paling manja kalau sama mama, sedangkan aku sendiri lebih manja ke papaku, dan Icha a.k.a adikku sifatnya lebih mandiri diantara kami berdua, padahal ia baru menduduki bangku SMP.

"Bang, kamu anterin Shila ke sekolahnya ya?!"

Dengan raut wajah yang terlihat sangat jelek, menurutku (sebenarnya bang Reno selalu tampan bagaimana pun raut wajahnya), ia pun menjawab pertanyaan dari papa-lebih tepatnya sih kalimat perintah, "Tapi pa, Reno kan pagi ini ada meeting penting dengan client. Kalau nanti telat bagaimana?" Alaahh alesan klasik banget itu mah, bilang aja males nganterin adiknya yang imut ini- batinku sambil memutarkan bola mataku.

"Tidak Reno. Papa sudah menanyakan pada sekertarismu tentang jadwalmu hari ini, dan katanya kamu hari ini tidak terlalu sibuk. Jadi, jangan banyak alasan. MENGERTI!" jawab papa dengan tegas dan itu berarti sudah menjadi tanda bahwa keputusannya tidak bisa diganggu gugat lagi.

Alhasil, dengan berat hati bang Reno menganggukan kepalanya, tanda menyetujui, "Dan kamu Icha. Hari ini kamu diantar oleh mang Ojo." Icha hanya menganggukan kepalanya, "Ok, pa. Nanti pulangnya papa yang jemput bisa gak?"

"Bisa. Jam berapa?" Icha langsung menunjukkan senyuman manisnya dan menurut opiniku dia pasti sangat senang karena papa akan menjemputnya pulang sekolah nanti, "Jam setengah 3 pa." papa menganggukkan kepalanya.

Aku pun berpamitan kepada kedua orang tuaku, "Ma, pa. Aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum."

"Walaikum salam."

Abang juga melakukan hal yang sama denganku berpamitan lalu meninggalkan ruang makan dan berjalan menuju garasi rumah, dimana mobil milik Bang Reno berada. Aku hanya mendengus kesal melihat wajah Bang Reno yang benar-benar terlihat tidak ikhlas, "Bang, udah deh Shila naik ojek aja,"

"Loh, emang kenapa? Bukannya kamu seneng kalau abang yang mengantarmu?" tanya Bang Reno dengan menaik turunkan kedua alisnya, "Lagian, dari tadi abang manyun mulu. Makin jelek tau bang, trus kayak gak ikhlas gitu. Mendingan aku naik ojek aja." jawabku seraya mengeluarkan ponselku dan membuka aplikasi ojek online, namun dengan cepat Bang Reno mengambil ponsel yang berada dalam genggamanku.

"Ishh, bang apa-apaan sih?! Main ngambil hp Shila aja, gak sopan tau." Ujarku dengan nada kelewat kesal, "Cepat kamu masuk ke dalam mobil!" perintah Bang Reno, kalau begitu sih aku sudah bisa membantah lagi, aku pun langsung masuk ke dalam mobil. Entahlah, aku bingung dengan sikap Bang Reno yang kelewat menyebalkan itu. Tapi, aku tau dibalik sikapnya itu, dia sangat menyayangiku.

Akhirnya Bang Reno masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Aku berharap pagi ini Jakarta tidak macet, walaupun aku yakin itu pasti sangat mustahil. Butuh waktu 45 menit untuk bisa sampai di sekolahku, "Nanti kalau sudah pulang telfon abang ya dek."

"Hah, Shila gak salah denger nih? Abang nyuruh Shila buat nelfon abang nanti pas pulang?" tanyaku tidak percaya akan apa yang telah aku dengar, tidak biasanya seorang Reno James Schröder berbicara dengan adiknya terutama padaku dengan nada yang lembut, "Gak Ashila, memangnya ada yang salah?"

Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku, dan keluar dari mobil lalu pergi menuju kelasku yang berada di lantai 4. Omong-omong.

***

Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah 8, namun belum ada tanda-tanda duo pengrusuh alias kedua sahabatku, Chlöe dan Alle. Padahal biasanya mereka berdua sudah datang. Namun, selang beberapa menit kemudian sang empu datang dengan wajah khasnya. Konyol.

"Hey, kalian berdua lama sekali datangnya!" Ujarku dengan nada yang menyebalkan. Mereka hanya bisa menyengir.

"Tau gak Shil, tadi kami bertemu dengan Arsean, terus tadi dia nanyain kamu. Dan kami rasa dia mulai tertarik sama kamu." Aku hanya bergidik ngeri mendengarnya, mana mungkin seorang Arsean yang notaben-nya seorang most wanted, tertarik denganku. Bahkan kami tidak pernah satu kelas, bertemu pun jarang. Itu adalah hal yang sangat impossible. "Guys, c'mon. That's a impossible things!"

"Shil, listen to me. Nothing impossible in the world. Termasuk perasaan orang, who knows, ya kan?" Tiba-tiba raut wajah Alle berubah menjadi serius, walaupun nada bicaranya terdengar santai, aku pun hanya bisa menghela napas panjang, "Terserah kalian aja deh, aku mau ke toilet dulu ya," ujarku, "Mau ditemenin gak?"

Aku hanya menjawab dengan gelengan kepala, kemudian bangkit kursi lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Aku heran dengan mereka berdua, kenapa mereka senang sekali membuat kesimpulan yang mungkin bisa dibilang tidak masuk akal? Semua orang di sekolah ini tau kalau seorang yang bernama Ashila tidak pernah berurusan dengan Arsean. Well, mana mungkin Arsean mencariku dan membuat kesimpulan bahwa dia tertarik padaku. Ada-ada saja mereka. Aku hanya bisa menghembuskan nafas panjang akan hal itu. Kalau kalian ingin tau, aku sebenarnya ke toilet bukan untuk buang air kecil atau semacamnya, melainkan ingin menghindari percakapan kedua sahabatku yang menjurus ke arah topik yang tidak ingin aku bahas saat ini. Gaya bat si lo Shil, lupakan soal itu.

Setelah memastikan bahwa aku sudah siap untuk menghadapi kedua makhluk menyebalkan itu, aku pun keluar dari toilet dan menuju ke kelas di mana duo makhluk itu berada.

Bruk..

"Sorry, gue gak sengaja," ujar seorang pria yang menabrakku seraya mengulurkan tangannya untuk membantuku untuk berdiri, "It's okay, no problem."

Betapa terkejutnya aku saat melihat siapa orang yang menabrakku. Arsean. Yap Arsean guys. Dia pun demikian, sama terkejutnya denganku. Namun, dia masih bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya itu. Tetap saja aku masih bisa melihatnya. Menyebalkan sekali, kenapa orang ini segala muncul tepat dihadapanku saat kedua temanku lagi senang-senangnya membicarakan dia?

"Hi Shil, apa kabar?" tanyanya dengan senyuman mautnya, "Great," jawabku dengan senyum kikuk, "Maaf ya, aku harus pergi. Kayaknya guruku sudah masuk kelas," alasan bagus yang dapat aku buat, semoga dia percaya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

TBC

Don't forget to give vote and comment..

Love you all...♥♥♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Everything has Changed [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang