Abang Nasi Padang

60 7 7
                                    

Kruukkuyyyuk!

"Bhaks! Suara apa itu?"

Anjir! Si Angga bikin malu aja, ih! batin Reyhan kesal karena Nia kini menatapnya sambil menahan tawa.

"Tadi katanya gak laper?" sindir Nia sambil menaik-naikkan alisnya.

Reyhan (pura-pura) memandang ke kiri-kanan, "Siapa yang laper?"

Kruukkuyyyuk!

"Suara cacing siapa, tuh?" tanya Angga sambil menatap Reyhan terang-terangan. Jelas saja hal ini membuat Nia menyemburkan tawanya.

Muka Reyhan memerah, kedua tangannya terkepal kuat. Dia sangat kesal dengan Angga tapi tak ada yang bisa dilakukan kecuali menahan emosinya. Dia tidak mau kalau citranya di depan Nia, cewek yang ditaksirnya, menjadi buruk. Dan juga ....

"Ga, gue kagak punya uang," bisik Reyhan pada Angga.

Angga mengangguk-anggukkan kepalanya lalu berkata, "Berhubung karna gue lagi baik hati, gimana kalo gue traktir kalian makan?"

"Asik!" teriak Reyhan histeris.

"Tapi ...." Mendengar kata tapi dari Angga, Reyhan langsung merasakan firasat buruk. Belum sempat mencegah, Angga sudah melanjutkan, "Aku yang tentuin tempatnya."

Reyhan menghela nafas lega, "Huhhh .... Syukurlah, aku kira tapi-nya apaan."

+++

"Kita sudah sampai!" seru Angga sambil menarik rem tangan Pajero hitamnya.

"Gak salah, Ga?" tanya Reyhan sambil melirik Nia. "Makan disini?"

Angga mengangguk sambil berbalik ke belakang, "Lo nggak pa-pa, 'kan, makan ini?"

"Selow. Gue doyan semua yang mengenyangkan, kok."

"Bisa aja lo, Ni," ucap Reyhan sambil nyengir tapi dengan tampang tidak rela, seakan pilihan Angga adalah kutukan baginya.

"Anjir, lo, Ga! Lo kan tahu gue kagak doyan makan pake tangan. Di traktir nasi padang pula. Plus ada Nia lagi," semprot Reyhan ketika Nia sudah keluar dari mobil.

"Gue lucu liat lo makan pake tangan. Pengen liat lagi," jawab Angga sambil terkekeh mengingat adegan makan KFC kemarin. Tangan Reyhan seperti sekop pasir yang masuk gua (re: mulut).

Reyhan menepuk jidat Angga dengan keras, "Teman kampret! Lo cuma mau jatuhin citra gue di depan Nia aja, 'kan?"

Tidak ada balasan dari Angga karena cowok itu sudah keluar dari mobil, menyisakan Reyhan yang kebingungan.

+++

"Ga, Ga, liat tuh!" bisik Reyhan heboh sambil menunjuk abang-abang nasi padang yang membawa banyak lauk di tangan kirinya. "Ngeri banget gak, sih? Jatuh tahu rasa, dah!"

Nia tertawa mendengar ucapan Reyhan, membuat Reyhan tersipu malu. Dia baru sadar kalau tindakannya ini malu-maluin dan bisa menjatuhkan citranya di depan Nia.

"Norak lo, ah!" ucap Angga sengaja, "Dasar katrok! Gak pernah ke rumah makan padang, ya?"

Langsung saja Reyhan mendelik, memelotototi Angga seseram-seramnya. Dalam hati dia berkata, "Bisa gak, sih, gak usah buat gue tambah malu?"

"Bukan gitu, Ga. Cuma, ya, keren banget abangnya bisa gitu," sangkal Reyhan.

"Itu semua terjadi karena abangnya sudah biasa, Rey. Kamu juga bisa gitu kok kalau kamu mau belajar."

Reyhan langsung menoleh ke arah Nia, "Maksudnya? Kamu mau aku jadi abang-abang nasi Padang juga?"

"Aduh!" adu Reyhan yang mendapat jitakan gemas dari Angga.

"Bego banget, ya, nih anak? Maksud Nia, abangnya bisa begitu karna udah biasa. Pernah dengar ungkapan 'Allah bisa karna biasa'?" Reyhan mangut-mangut mendengar ucapan Angga. "Nah, gitu!"

+++

Vit M:
Saat baru memulai, mungkin kalian akan merasakan kesulitan untuk membangun kata-kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, paragraf menjadi chapter, dst. tapi ingatlah satu hal, "Hal itu semata-mata karena kalian belum terbiasa."

Seperti kisah Abang Nasi Padang ini. Sebagian besar dari kita pasti akan merasa takjub dengan keseimbangan mereka. Namun bagi mereka ini adalah hal yang biasa karena setiap hari mereka melakukan ini. Walau pada awalnya mereka pasti mengalami kesulitan, semua itu dapat mereka atasi dengan kebiasaan mereka melakukan itu.

Jadi, jika kalian merasa kesulitan dan mulai putus asa, menulislah. Tulislah apapun. Lawanlah rasa putus asa itu dan jadikan menulis sebagai kebiasaan kalian. Suatu saat nanti, ketika kalian sudah terbiasa menulis, kalian pasti akan bisa menulis tanpa kesulitan apapun.

Tetaplah menulis!

Vitamin MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang