Diandra melangkahkan kaki masuk ke sebuah sekolah yang paling diminati di Jakarta, SMA Gading Lentera, atau biasa disebut GL.
Rambutnya dikuncir dua dengan pita biru muda. Rok seragamnya yang berwarna biru tua bermotif kotak-kotak dipenuhi pita-pita kecil berwarna putih disisi sebelah kanan.
Hari ini, hari kedua Diandra mengikuti MOS.
Semua berjalan biasa saja. Ia lebih senang menyendiri daripada mencari teman baru.
Sebenarnya, sudah banyak yang mengajaknya untuk berkenalan, tapi ia tak pernah menggubrisnya. Bukannya sombong, tetapi ia memiliki sekeping kenangan di masa lalu yang membuatnya bersikap dingin.
Penampilan? Well, dia cantik, putih, dan tingginya standard untuk ukuran perempuan. Badannya juga bagus, dan rambutnya berwarna hitam pekat.
Walaupun kacamata hipster bertengger diwajahnya, ia tetap kelihatan cantik dan natural.
"Diandra."
"Hai, Diandra."
"Pagi, Diandra."
"Pagi, Dek."
"Hallo, Dek."
Semua sapaan-sapaan yang didapatnya ketika melewati koridor hanya ditanggapi dengan senyum simpul.
Ia mempercepat jalannya menuju lokalnya, 10-2.
Ia berdiri diambang pintu lokalnya. Matanya menyapu seisi lokal, berniat mencari bangku yang bisa ditempatinya.
Beberapa siswa tampak sibuk memainkan hapenya, beberapa siswi berkumpul di satu meja dan menjelma menjadi gossiping machine yang sedang membahas senior-senior ganteng, dan beberapa siswa lainnya sibuk dengan peralatan MOS mereka yang super ribet.
Matanya tertuju pada sebuah bangku kosong yang terletak dipojok kelas. Ia berjalan kearah kursi tersebut.
Tiba-tiba, semua murid yang ada didalam lokal itu menghentikan aktivitasnya ketika melihat Diandra.
"Hai, Diandra. Duduk sama gue aja, yuk."
"Duduk sama gue aja, Diandra."
"Diandra, duduk disini aja sama gue!"
"Disini aja!"
"Disini masih kosong, nih."
Beberapa murid mendekat kearahnya, namun beberapa lainnya tak menghiraukannya.
Diandra hanya menundukkan kepalanya, lalu mengangkatnya lagi.
"Nggak usah, makasih." Diandra mempercepat jalannya.
Semua murid yang tadi mendekatinya, kini memberi jalan untuknya.
Ia meletakkan tasnya dibangku pilihannya itu.
Kalau seandainya gue gak cantik, mungkin gak ada yang mau temenan sama gue, batinnya.
Hush, pede banget gue ngaku-ngaku cantik, batinnya lagi.
"Diberitahukan kepada peserta MOS untuk berkumpul di lapangan sekarang. Jangan lupa membawa perlengkapan MOS. Terimakasih." seseorang berbicara melalui speaker sekolah.
* * *
Diandra duduk di pojok kantin sendirian. Setelah menempuh perjalanan yang penuh rintangan, akhirnya ia bisa mencapai tempat itu–tempat paling pojok di kantin.
Di kantin yang penuh sesak itu, Diandra dihadang oleh senior dan murid seangkatannya. Tujuannya cuma satu, yaitu mengajak Diandra untuk bergabung bersama mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blacky White
Fiksyen Remaja•Available in Bookstore• Klise. Cewek dingin dipertemukan dengan cowok supel. Atau mungkin sebaliknya. Tapi, cerita ini mungkin berbeda. Justru, keduanya sama-sama dingin, tak tersentuh, jutek, dan ketus. Dan ingat, tidak hanya mereka berdua yang h...