Chapter 40

7.8K 724 97
                                    

Harry styles tidak dapat berkutik dari rantai perak yang membelenggu kedua tangan dan kakinya hingga sampai saat ini. Lingkar matanya menghitam pertanda bahwa ia kehausan. Napasnya begitu berat dan lambat menandakan ia sangat lemah. Harry benar-benar sudah tidak memiliki sedikit pun tenaga sekarang. Untuk mendongak saja ia harus sangat bersusah payah. Tubuhnya yang terluka juga belum sepenuhnya kembali pulih. Kau dapat melihatnya dari dada telanjangnya yang penuh goresan luka dan tak lagi tertutupi oleh kemeja atau sehelai benang pun.

Jika tahu begini, mungkin Harry akan merubah rencananya sejak awal. Ia tidak mengira bahwa kakeknya adalah vampir yang begitu kuat. Tapi karena sudah terjadi, apa lagi yang harus ia lakukan? Harry harus kembali memutar otaknya, memikirkan berbagai prediksi yang kira-kira akan Edward lakukan jika pria tua bangka itu bertemu dengan Alice.

Namun, satu hal yang paling Harry harapkan sekarang adalah jangan sampai Edward menyentuh adiknya itu.

***

“NOAH!” seru Edward.

Yang dipanggil pun langsung datang menghampiri. Sampai detik ini Edward dan Noah masih berada di rumah Harry dan Alice. Padahal, Alice sudah menagih janji kakeknya itu sejak semalam. Tapi pria licik bernama Edward Styles itu terus saja beralasan, seperti ia ingin pergi menonton ke bioskop, pergi berkaraoke, bahkan berbelanja di mall. Hanya saja ia membayar dengan uang Alice kali ini. Ia tidak mencuri seperti yang ia lakukan di Brazil sebelumnya.

“Ya, tuan?”

“Coba bacakan jadwal penerbangan kita besok ke Brazil.” Ujarnya tanpa memalingkan wajah dari layar tv. Coba tebak apa yang sedang ia lakukan saat ini? Ia tengah memainkan sebuah permainan FIFA di PlayStation yang baru saja ia beli siang tadi.

“Kita akan berangkat ke Brazil dengan menggunakan pesawat jet bernomor Q33 NY pada pukul 3 sore, esok hari, tuan.”

Nah, kau dengar itu, Alicia? Jadi bersabar lah sedikit. Besok kita akan temui kakakmu itu.”

Alice mendengus tidak sabaran. Otaknya sibuk mempertanyakan keadaan Harry karena sejak kemarin Edward tidak mau menjawabnya. Hal ini benar-benar nyaris membuatnya frustasi. Ia semakin tidak bisa menahan diri untuk bertemu dengan Harry. Alice tidak dapat—bahkan tidak mau—membayangkan hal buruk yang kira-kira mungkin sedang terjadi pada tunangannya itu.

“Mengapa kau diam saja, cucuku? Tumben kau tidak banyak bicara semenjak kita pulang dari mall? Apa ada barang yang lupa kau beli?” tanya Edward, masih tidak berpaling dari layar tv-nya.

“Tidak, tuan. Aku hanya—“

“Hey.” Sela Edward memotong pembicaraan Noah. “Aku bertanya pada Alicia, bukan padamu, bodoh.”

Detik itu juga sudut bibir Alice bergetar menahan tawa. Ia akui bahwa kakeknya itu terkadang bisa sangat menggelikan—apalagi jika ia sudah mengejek Noah. Tapi tetap saja hal tersebut tidak dapat membuatnya berubah pikiran. Edward tetap berbahaya dan tidak dapat dipercaya omongannya.

“Alicia, kemari lah.”

Sebenarnya Alice gemas ingin kembali memperingatkan kakeknya agar tidak memanggilnya dengan nama itu, akan tetapi Edward memang sudah keburu menyukai nama ‘Alicia’ ketimbang ‘Alice’. Ditelinganya nama ‘Alice’ sungguh kekanak-kanakkan dan tidak memiliki makna yang berarti.

The Night Class - (Harry Styles / Louis Tomlinson Fanfiction)Where stories live. Discover now