Sampai kapan?

4.3K 265 9
                                    

Pagi ini aku sudah terkena kesialan dan malu yang tak tertahankan. Aku kini tengah menjalani hukuman karena kesiangan dengan berjongkok di belakang pintu kelas dengan kursi yang ku angkat keatas, bibirku terus saja mengoceh dan raut wajah ku sudah sangat memerah karena rasa malu dan kesal yang tercampur menjadi satu.

"Choi seungcheol sialan,choi seungcheol laki-laki kardus !!!." Ucapku dengan terus saja mengoceh tak karuan, rambutku yang awalnya sangat rapi kini sudah tak berbentuk dan lepek, untung saja aku membawa celana olahraga namun sepertinya aku seperti orang gila dan menambah kesan 'kasihan' saat orang-orang yang berjalan melewatiku, astaga bagaimana bisa dia membuat hidupku sengsara seperti ini?

"Kau kenapa lagi (n/y)." Tanya Lelaki bermata sipit ini terkekeh geli melihatku.

"Diam kau kwon." Jawabku menatap lelaki ini dengan sinis. Aku sangat tahu maksud ucapan dari anak bernama Kwon Soonyoung ini bukan sekedar menanyakan tapi meledekku.

Andai saja tak ada hukuman bagi seseorang yang memukul orang lain mungkin sudah ku lempar kursi yang kini ku angkat ke arahnya, dan ku pukul sampai membiru-biru !!!

"Diam dan kembali saja ke kelas aku tak ingin bercanda denganmu kwon." Jawabku sembari memalingkan wajah.

"Kwon-ssi kenapa berdiri di depan pintu? Cepat masuk dan biarkan Park-ssi disana!" Teriak wanita paruh baya di balik pintu kelas.

"Aku pergi dulu, yang tabah yaaa." Ucapnya sembari mengedipkan matanya sebelum berjalan menjauhiku, sungguh tingkahnya membuatku bergidik ngeri.

Aku hanya bisa membuang nafas berat, aku sekarang pasrah dengan hukuman yang kini ku jalani, aku hanya berdoa supaya lelaki brengsek itu tak mampir ke kelasku meski hanya memberi pengumuman untuk eskul yang ia ikuti.

15 menit telah ku lewati dengan sesekali bersiul ataupun bernyanyi untuk menghibur diriku dari kebosanan. Tapi aku selalu mendapat teriakan dari Yoon saem karena mengganggu aktivitas mengajarnya, aku terus saja mendengus kesal dan merutuki hariku yang sangat sial.

"10 menit lagi, sudah kelas 3 seharusnya dia berhenti memberi pengumuman untuk eskulnya." Lirihku.

Aku sangat tahu kegiatan dari lelaki itu tapi sekalipun aku tahu tentangnya, ia tak pernah mengobrol denganku, hanya sekedar saling sapa saat berpapasan saja ia tak pernah memberikan senyum manisnya padaku.

Padahal dulu dia sangat dekat denganku, tapi sejak memasuki sekolah tingkat akhir bersama semuanya berubah termasuk sipatnya kepadaku, entah kenapa dia jadi begitu..

Hingga membuat Soonyoung menjadi korban kekesalanku dengan memukul lengannya bahkan menjambak rambutnya, namun ajaibnya Soonyoung tak pernah sekalipun mengeluh kesakitan. Harus ku akui Soonyoung satu-satunya sahabatku yang paling kuat menghadapiku.

Aku merasakan seseorang mendekatiku dan membuyarkan lamunanku, ku buka perlahan mataku memastikan siapa yang kini berjalan kearahku.

"Astaga." Ucapku saat melihat siapa yang kini berjalan kearahku dan berhasil membuatku tersungkur hingga terdengar suara tubrukan antara punggungku dan pintu.

"Kau kenapa? Di hukum lagi?" Tanyanya lagi dengan raut wajah yang terlihat bingung melihatku.

Aku diam tak percaya, "Kau berbicara denganku choi?." Tanyaku menatap wajah dinginnya.

"Kau pikir aku berbicara dengan siapa eoh? Dasar ceroboh sudah kelas 3 masih saja kekanakan." Jawabnya dengan decakan yang keluar dari bibirnya membuat tanganku sangat gatal sampai ingin ku lempar lelaki ini dari jendela.

"Yak ini semua juga karena kau!! Suruh siapa kau tak..."

"Kau lupa janji kita eoh" Ucapnya memotong ucapanku.

"Shit, kau kenapa kesini?" Tanyaku dengan mata sipitku yang seperti mengintimidasinya.

"Aku ingin mengembalikan buku yang ku pinjam dan pengumuman kumpulan seperti biasa." Jawabnya dengan wajah dingin yang selalu ia berikan padaku.

Apa-apaan wajahnya itu, rasanya aku benar-benar ingin memukul wajahnya, walaupun ku akui dia sangat tampan namun aku tak perduli kali ini..

"Choi kalau saja aku bukan tun..."

"Kau boleh kembali ke kelas park-ssi dan jangan ulangi kesianganmu itu." Ucap wanita paruh baya yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

"Baik saem." Jawabku lemas dan menunduk.

Seungcheol hanya tersenyum dan menunduk pula melihat wanita paruh baya itu berjalan melewatinya, kemudian dia memasuki kelasku dan mengabaikanku lagi...

Aku hanya menatap punggungnya dari balik pintu kelas sambil sesekali kembali menghela nafas sampai dia keluar dari kelas dengan masih mengabaikanku...

Aku kembali menatap punggungnya dari kejauhan berharap dia berbalik dan mengatakan jika 'aku juga menyukaimu' atau kata-kata yang membuatku sedikit tenang dengan situasi yang sebenarnya.

"Seungcheol sampai kapan kau mengabaikanku." Lirihku...

"Kapan kau menganggapku sebagai tunanganmu?" Lirihku lagi dengan tangan yang kini menggenggam erat kalung bergantung cincin perak yang sejujurnya adalah pengikat hubunganku dengan seungcheol yang selama ini aku dan dia sembunyikan...

Aku kembali membalikan badanku dan berjalan gontai menuju kelas tanpa tahu jika seseorang yang kini ku harapkan dari kejauhan mungkin tengah menatapku dan menggenggam kalungnya pula atau bahkan tak perduli keberadaan cincin perak yang sangat berharga itu... Aku tak tahu tapi aku berharap dia sadar...

IMAGINE / S.COUPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang