•Forgetting You - Davichi•
3. Flora Membutuhkan Alvito. Selalu...
Sudah sekitar satu jam Flora bermain basket di belakang rumahnya. Memantulkan bola berwarna oranye kecokelatan dengan garis-garis hitam itu, membawanya, dan shoot berkali-kali dengan berbagai teknik.
Sudah sejak umur 9 Flora senang bermain basket, kala itu ia melihat kakaknya, Zeiyan, sedang bermain-main dengan bola basket bersama teman-temannya. Ayah Flora melihat binar tertarik di mata anak perempuannya, hingga akhirnya Flora mendapatkan bola basket pertamanya, yang hingga kini masih sering ia gunakan.
Flora merasakan keringat sudah membanjiri wajah juga punggungnya, gadis yang rambutnya dikuncir satu ke belakang itu akhirnya berjalan ke pinggir, duduk di sana dengan posisi kedua tangan yang ia jadikan sebagai penyangga tubuhnya.
Flora letih, dan Flora bersyukur akan itu, karena tujuannya bermain basket hari ini adalah untuk menghilangkan beban pikirannya yang penuh.
Dan dengan napas yang menderu, setidaknya Flora lebih fokus memikirkan cara mendapat oksigen dibandingkan memikirkan hal yang mengusiknya.
***
Alvito memasukkan satu tangannya ke saku celana pendeknya. Tangannya yang tidak berada di dalam saku, lari menyugar rambutnya. Laki-laki itu memasuki pagar rumah Flora, dan hanya bermodalkan berkata assalamualaikum, Alvito langsung melenggang ke dalam, tanpa menunggu pintu dibukakan.
Laki-laki dengan celana chino pendek berwarna krem dan kaus berwarna hitam itu melirik seisi rumah yang kosong, seolah tidak ada orang yang menjaga rumah.
"Flora..." panggil Alvito, matanya melirik-lirik ke segala arah, berusaha menemukan seseorang yang ia cari.
Alvito melangkahkan kakinya ke pintu kaca besar yang mengarah ke taman belakang luas yang biasa Flora gunakan untuk bermain basket, lalu ia menemukan seorang gadis yang sedang duduk di pinggir lapangan.
Tahu apa yang baru saja Flora lakukan, Alvito langsung melangkah menuju dapur, mengambil 1 botol isotonik yang selalu ada di rumah Flora di dalam kulkas.
Laki-laki itu berjalan menuju pintu kaca, membukanya perlahan—berusaha agar tidak menimbulkan suara. Lalu ia mendekati Flora, menempelkan botol dingin yang ada di tangannya ke pipi Flora. Gadis itu langsung menggeser tubuhnya ke samping, terkejut berlebihan.
"Dingin! Ngagetin! Nyebelin!" itu yang Flora katakan ketika ia menyadari bahwa Alvito baru saja menempelkan botol isotonik dingin ke pipinya.
Alvito hanya tersenyum simpul, memberikan botol di tangannya kepada Flora dan duduk di samping teman kecilnya itu.
"Setan ya lo?" tanya Flora.
Alvito menoleh, menaikkan satu alisnya, gestur bertanya.
Perempuan dengan rambut yang dikuncir satu itu mengelus puncak kepalanya singkat, seolah gerakannya bisa membenarkan anak-anak rambutnya yang kini sudah lepas dari ikatan, "Tiba-tiba udah ada di dalam, kayak setan."
"Abisnya rumah sepi, gue bilang assalamuaikum gak ada yang jawab. Pada ke mana?"
"Pada ke luar lewat pintu rumah," jawab Flora seraya membuka tutup botol.
YOU ARE READING
Hardest [On-hold]
Teen FictionCerita persahabatan yang diwarnai kisah cinta yang membelit mereka dalam sulit. Mereka sendiri yang memulai cerita ini, maka mereka pula yang harus mengakhiri. Apa pun caranya, termasuk merelakan perasaan salah satu di antara mereka. Hingga akhirn...