Bagian 2 dari 2

285 30 6
                                    

So this is the last chapter, i'd like aokise sooooooo much; hope you guys support them, and also support me😂😂😂
Dont forget to voment😐😄😄
.
.
.
.
.
.
Aku tidak menyangka, aku bisa menikahi Kise, maksudku Ryouta. Kami bahkan di karuniai dua orang anak, mereka sangat imut.

Anak pertama kami bernama Aomine Leo. Rambutnya biru tua, sama sepertiku, pokoknya dia sangat mirip denganku, yang membedakan aku dengan Leo hanya kulit dan matanya. Kulit Leo tidak segelap milikku, mungkin saat didalam kandungan, Leo mendapatkan pencerahan. Dan mata Leo berwarna kuning, seperti ibunya, Kise. Kelak dia akan menjadi lelaki tertampan di negara ini,

Betapa bersyukurnya aku bisa hidup bersama Ryouta, dia memberikanku dua anak yang sangat tampan dan cantik. Akupun jadi merasakan banyak pengalaman indah bersama mereka. Karena saking banyak cerita, aku hampir saja lupa kalau hari ini ada rapat. Akupun bergegas mandi, karena Ryouta sudah berteriak menyuruhku mandi dari lantai bawah, dasar, udah tua masih aja cerewet.

Setelah mandi, aku tolong ibu membereskan tempat tidurku. Enggak deh bohong. Setelah mandi dan merapihkan diri. Aku turun kelantai bawah, kedua anakku sedang menunggu ibunya menyiapkan makan ternyata, pantas saja lantai atas sepi.

“Oh, sudah mandi kan ssu?” Tanya Ryouta.
“ayah yuah ani?” Tanya Sha membeo.
“Mandi sana yah!” Kali ini Leo yang bicara. Beneran ini anak, sepertinya aku kena karma. Maafkan aku ayah, aku memang nakal.

“Udah kok.” akupun duduk didepan Leo. Ryouta datang membawa roti bakar dan susu hangat. Biasalah, sarapan pagi orang kaya.

Makan dan minuman yang Ryouta berikan untukku sudah kuhabiskan, aku menyuruh Leo untuk bergegas dan salaman pada ibunya. Kamipun berangkat meninggalkan Sha dan Ryouta dirumah.

Rapat memang melelahkan, namun setelah jam istirahat aku masih harus berpatroli, Merepotkan. Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi, lantas aku langsung menyambar telepon itu dan nama Aomine Ryouta terpampang jelas disana. Kurasa bukan  Ryouta yang melakukan panggilan video denganku, tapi Sha. Kuterima panggilan itu dan wajah sha langsung muncul pada layar teleponku.

“Oh lihat! Keluarga kecil Aomine Daiki, kita mulai lagi~” ujar seniorku yang sepertinya iri dengan keharmonisan keluargaku. Dasar perusak suasana.

“dadadadadadadadada~!” putri kecilku ini memang menggemaskan. Dia tersenyum lebar dengan mata sipitnya. Andai kalian melihat betapa lucunya Sha.

“Iya sayang?” akupun menjawabnya panggilannya, walau aku ragu apa artinya itu.

“Ayaaaaaaah! Ayah!!!” dia menyerukanku , dan seketika layar teleponku tertutupi sesuatu berwarna kuning yang bergerak-gerak. Oh, dia sedang menggosokkan kepalanya pada kamera. Astaga lucunya!

“Baiklah Shacchi. Ayah harus bekerja lagi.” ucapku yang ternyata membuatnya menangis. Tiba-tiba Ryouta mendekati Sha dan menyuruhnya untuk segera mematikan sambungan telepon video ini.

“Shacchi, bilang dadah sama ayahcchi ssu. Ayahcchi lagi kerja, nanti kamu ngobrol lagi sama ayahcchi ya!” ucap Ryouta sembari mengusap-usap kepala Sha. Akupun tersenyum melihat adegan ibu dan anak yang menggemaskan itu. Rasanya aku benar-benar menjadi seorang ayah sekarang. Ya tuhan, Daiki sudah tua.

“dada ayah...” ucapnya dengan nada sedih. Akupun jadi sedih mendengarnya. Rasanya aku ingin segera pulang.

“Oh iya Daikicchi, tolong pulang cepat ssu. Nanti kita ke toko swalayan ya ssu. Kemarin aku lupa membeli sesuatu ssu. Selamat bekerja sayang!!!” tambah Ryouta dan ia menutup sambungan tersebut. Akupun cepat-cepat mengerjakan pekerjaanku, dan untungnya tidak ada kejahatan ataupun kecelakaan apapun ditempat aku berpatroli, dengan begitu aku bisa pulang cepat sesuai dengan keinginan Ryouta.

“Nah sayang, tolong gendong Shacchi sebentar ssu. Aku harus memilih yang terbaik dari ketiga barang ini ssu.” akupun langsung menggendong Sha. Namun entah kenapa, Sha meronta-ronta saat aku menggendongnya
“Kenapa? Kamu mau belajar jalan hm?” tanyaku pada Sha.

“Da~!” jawabnya, kurasa itu berarti ‘ya!’.

“Hati-hati nak..” ucapku padanya.

“Mn!” dengan semangat Sha mengganggukan kepalanya.

“Jadi begitu. Kau tidak membutuhkan ayah lagi untuk menjagamu, ah benar juga! Jadilah bebas nak!!!” aku mengatakan ini dengan berat hati, percayalah.

“Daikicchi..”

“Aku akan selalu memperhatikan setiap langkahmu!” tentu saja sebagai ayah yang baik, aku akan melakukan segala hal untuk keselamatan anakku.

“lihatlah, pada akhirnya kau tidak melepaskannya, Daikicchi-_-"
Ini yang pertama kali jadi aku harus hati-hati. Tenang Sha, ayah berada didekatmu untuk menjagamu. Shapun melangkahkan satu kakinya kedepan, dengan gemetar namun ia berusaha. Sha tidak luput dari pengawasanku, dia berada dalam rengkuhanku berjaga-jaga ia jatuh kebelakang.

“Keselamatan yang sempurna!” ucapku bangga melihat jangkauan tanganku yang luas, jika ia terjatuh tinggal aku rengkuh dia.

GEDEBRUGH!!!

ASTAGA ANAKKU!

Kecepatan saat ia jatuh... Aku, Aomine Daiki yang dikenal sangat cekatan dalam merebut bola basket bahkan tidak dapat memprediksinya! Sungguh kecepatan yang luar biasa!!! Anak ini lahir dengan talenta yang gemilang!!! Seperti yang diharapkan dari keturunanku!!! T-tapi yang pertama, aku harus mengangkatnya terlebih dahulu!!!

“DAIKICCHI, KAU MEMBIARKANNYA JATUH SSU!!!”

Segera kuangkat dia dan memeluknya, Ryouta berlari kearah kami dan langsung menenangkan Sha yang sedang menangis. Sha masih menenggelamkan wajahnya pada dadaku, aku benar-benar khawatir, kurasa aku telah gagal menjadi seorang ayah.

“S-sha, sini liat ibu..” ucap Ryouta pada Sha, Kurasa Ryouta akan menangis. Shapun memalingkan wajahnya pada Ryouta, wajah istriku tiba-tiba menegang. Cairan beningpun lolos dari kedua matanya. Sungguh, aku benar-benar terkejut.
“D-dia kenapa?” tanyaku pada Ryouta, aku mulai takut.

“W-wajahnya, Daikicchi! Hiks.. H-hidungnya ssu!!!” cairan bening milikku pun mengalir dari mataku setelah mendengar kalimat dari Kise, ini pasti bertanda buruk. Aku terdiam, tidak berani melihat Sha. Saat Sha jatuh tadi, wajahnya yang mengenai lantai duluan, itu pasti sakit sekali.

“SYUKURLAH HIDUNGNYA TIDAK MENJADI PESEK SSU!!! HUEEEEEE~!” tangis Ryoutapun pecah, aku kaget untuk yang kesekian kalinya. Kenapa Ryouta selalu membuat segelanya menjadi menegangkan sih?!

“Kukira ada apa astaga!” akupun memeluk mereka untuk menenangkan Ryouta dan Sha yang masih menangis, walau aku juga sedang menangis seperti mereka. Kejadian ini memang memalukan, aku sadar bahwa banyak dari pengunjung toko yang melihat drama picisan ini. Setidaknya Leo tidak dipermalukan, untung dia tidak ikut pergi, jika kau mencari Leo, ia masih berada di sekolahnya.

Dan dikarenakan aku tidak ingin mempermalukan diriku lebih banyak, lebih baik aku mengakhiri cerita ini. Intinya, aku sangat mencintai keluarga kecilku.

Pasangan Muda [Aokise-complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang