Nineteen

8.3K 987 43
                                    

Pertama-tama, saya ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya buat kalian ya karena menggantungkan cerita ini sekian lama, dari jaman Firaun. Mohon pengertiannya. Hamba hanyalah seorang insan yang tak luput dari kesalahan. Udah gitu aja, mohon dukungannya ya :'(

-
-

***
-
-

Sayap Tomi masih berusaha mengepak lebih cepat dan lebih cepat demi menghindari wanita terbang itu sambil menggendong Ari. Walaupun semakin lama ia juga merasa semakin lemah karena transformasinya kali ini membutuhkan tenaga psikis yang cukup besar. Tak apa. Apapun akan ia lakukan demi Ari. Bahkan nyawanya sekalipun. Mati sekalipun ia tak peduli.

"Bertahanlah, bentar lagi kita sampai," suara Tomi terdengar parau di telinganya sendiri. Ia tidak tahan melihat Ari terluka seperti ini. Tak akan sanggup melihat orang yang ia cintai melukai dirinya sendiri dengan ceroboh seperti ini. Namun Tomi tahu, bahwa Ari memiliki hati yang lembut dan bersahabat dari pada kelihatannya. Ari adalah malaikatnya.

Di sisi lain, Tomi juga berpikir, mungkin Ari akan butuh waktu yang sangat lama untuk sembuh, karena tidak ada Ari masa depan yang bisa menyembuhkannya seperti waktu itu. Mungkin Ari tidak akan bisa sadar selamanya.

Mendadak, jantung Tomi berdegup keras satu kali dan membuatnya terbatuk kencang mengeluarkan darah yang mengenai baju Ari.

Tomi sudah hampir melewati batasnya. Ia tahu tubuhnya tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi dengan transformasi sayapnya.

"Sial!!" umpat Tomi sambil menoleh kebelakang, berharap kalau wanita terbang itu hilang.

Tapi dia masih berada di belakangnya, masih ulet mengejarnya dengan cara terbang dengan begitu mudahnya tanpa bantuan apapun, seperti sihir.

Pada saat ia dan Ari mulai mendekati daerah perbatasan Tulungagung dan Blitar, tubuh Tomi mulai lemas. Gendongannya pada Ari hampir terlepas kalau ia tidak sigap memperbaiki posisi tangannya.

Saat ia berharap supaya kekuatannya bertahan sedikit lebih lama, ternyata Tuhan berkehendak lain. Sayap Tomi menyusut dengan sangat cepat, dan hilang di balik kulit yang menyelimuti tulang belikatnya. Tomi mulai kehilangan kesadarannya saat itu juga, membuat dirinya dan Ari jatuh dari posisi yang cukup tinggi untuk membuat mereka berdua meninggal seketika jika langsung menghantam tanah.

"Maafin aku, Ri," bisik Tomi sedih sebelum ia benar-benar pingsan di udara. Gendongannya pada Ari terlepas.

Mereka berdua meluncur turun ke tanah dengan sisa-sisa cinta mereka berdua yang baru saja terjalin beberapa hari.

Sebulir air mata Tomi muluncur dari sudut mata kanannya dan ikut terbang menangisi takdir dari Tuhan yang sepertinya sangat sulit untuk ditentang.

Namun dibalik itu semua, Tuhan pasti sudah memberikan takdir yang terbaik untuk semua insannya di dunia, termasuk untuk Ari dan Tomi.

Dan saat mereka berdua tinggal beberapa puluh meter hampir menghantam tanah, seorang gadis kecil tanpa disangka melihat Ari dan Tomi dari belakang sebuah rumah.
Gadis itu tersentak melihat dua titik kecil yang ia pandang dari jauh itu adalah dua tubuh yang melayang bebas tanpa parasut atau benda apapun yang membantu mereka berdua untuk mendarat.

Langkahnya tergerak seketika dan kedua tangannya terulur ke depan. Saat kelopak matanya terpejam, gadis kecil itu terjengkang ke belakang dengan begitu kerasnya karena tidak cukup kuat untuk menahan kecepatan luncur Ari dan Tomi. Tapi ia masih berusaha.

Ia punya kekuatan.

Kekuatan yang ia miliki harus ia gunakan untuk melindungi orang lain. Itulah pesan dar ayahnya sebelum meninggal setahun yang lalu.

Generation (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang