Gadis ini melangkahkan kakinya lebar menyusuri jalanan ini. Tujuan utamanya adalah taman.
Dengan celana panjang. Baju kaos berwarna abu-abu yang ditutupi kemeja merah serta kancing baju yang dibiarkan tidak terpasang. Tas ransel ukuran kecil juga melekat di punggungnya. Tak lupa sepatu berlogo nike.
Sampai di taman ia melirik ke seluruh penjuru taman untuk menemukan sosok yang menggunya. Tapi nihil ia tak menemukan sekalipun.
Ia tahu ia terlambat. Ia sudah telat 3 menit lewat 5 detik. Pasti yang menunggunya merasa kesal. Atau jangan-jangan belum datang.
Perlahan gadis itu mengembuskan nafasnya asal. Ia akan memcoba menunggu. Dan ah kenapa gadis ini bisa lupa dengan adanya handphone.
Gadisi tu meraih handphone yang berada di celana yang ia kenakan. Mengotak atik benda canggih itu sebentar lalu mencoba menghubungi seseorang.
Butuh waktu lama ia mengarahkan handphone itu ke telinga kanannya hingga terdengar suara dari seberang sana.
"Halo. Fero?"
'Ah Chaca?! Ada apa?'
"Ada apa? Kau bertanya ada apa padaku? Kau lupa kau mengajakku bertemu hari ini. 5 menit yang lalu di taman."
'Bertemu? Oh asataga maafkan aku Chaca. Aku lupa. Aku benar-benar lupa.'
"Kau lupa? Tumben?"
'Saat ini juga aku ada urusan penting. Maafkan aku ya sayang. Lain kali akan aku tepati perkataanku.'
"Hmm."
****
Chaca berdecak kesal. Lagi-lagi begini. Ini sudah 25 kalinya laki-laki itu tidak menepati perkataannya. Tapi apa? Ia selalu berkata lain kali aku akan menapati perkataanku?! Alah basi.
Padahal Chaca berusaha tepat waktu walaupun telat untuk bisa bertemu laki-laki itu.Ia jadi curiga. Apa laki-laki itu serius atau hanya main-main.
Ah ya. Fero. Kekasih Chaca. Mereka berhubungan sudah 1 tahun. Bulan ini satu tahun.
****
Chaca memutuskan menguntit sang kekasih esok harinya. Ia sudah stand bay di depan rumah Fero. Ia membuat dirinya tidak dikenali oleh siapapun terutama Fero.
Ia libur kuliah hari ini dan ia juga sengaja mengambil cuti dari pekerjaan sebagai pelayan caffe.
Dilihatnya mobil milik Fero berjalan membelah jalanan. Mobil itu melaju dengan kecepatan rata-rata. Ini memang lebih baik pikir Chaca sehingga ia dapat mengikuti Fero dengan motor milik temannya.
Mobil itu menuju caffe. Fenjelin Caffe. Caffe itu caffe dimana tempat ia dan Fero jadian dulu.
Fero memarkirkan mobilnya lalu melangkahkan kakinya memasuki caffe itu dengan sedikit tergesa-gesa.
Chaca terus memperhatikan gerak gerik Fero. Laki-laki itu menuju meja di dekat jendela. Sebelah kanan caffe ini.
Tunggu. Seorang perempuan di sana. Perempuan itu memang lebih feminim dari dirinya. Dan? Oh astaga Fero sang kekasih yang selalu ia banggakan mengecup singkat bibir gadis itu. Benar-benar murahan.
Chaca menggeram kesal. Ia mencoba untuk tenang dahulu. Gadis itu memutuskan untuk duduk pada pojok caffe.
Beberapa selang berlalu Chaca terus memperhatikan keduanya. Fero dan perempuan itu tampakntertawa bersama. Tangan perempuan itu digenggam oleh Fero. Sesekali Fero juga mengecup punggung tangan perempuan itu.
Chaca merasa panas. Panas terbakar cemburu. Jadi dugaannya benar. Fero benar-benar hanya bermain dalam hubungan ini.
Gadis itu memutuskan untuk pergi dari caffe ini. Ia melangkahkan kakinya gusar. Sesekali menghembuskan nafasnya secara kasar.
****
"Akhh.. SIALAN."
"Laki-laki brengsek?! Berani-beraninya bermain di belakangku."
"Dan perempuan murahan itu. Lihat saja apa yang akan aku lakukan kepada mereka."
Gadis itu tertawa dan tersenyum sinis. Percintaannya lagi-lagi gagal. Gadis itu memasuki ruangan yang berada di lantai atas rumahnya. Mengambil sesuatu.
¤¤¤¤
Siasat gadis itu benar-benar hebat. Sampai-sampai author kagum kepada gadis itu.
Ia menghubungi sang kekasih. Fero untuk bisa bertemu malam ini dengannya. Ah ya. Tempat pertemuan mereka di taman yang dulu gadis itu kunjungi saat menunggu kehadiran Fero yang tak kunjung datang. Dan di situlah akan ia lakukan pembalasan dendamnya.
Sepertinya aku agak telat. Tunggu aku?!
Gadis itu mengirim pesan yang baru saja ia ketik ke nomor Fero. Semuanya sudah ia persiapkan. Tinggal menjalankan tugas yang akan ia lakukan sebentar lagi.
***
Fero. Laki-laki itu melirik jam tangannya. Chaca, kekasihnya belum juga menampakkan batang hidungnya. Ia mendengus kesal. Apalagi di taman ini terlihat sepi. Hanya ada dirinya. Bagaimana tidak. Ini sudah jam 01:20 WIB.
Kekasihnya itu benar-benar membuat ia geram. Mengajak bertemu jam tidur seperti ini. Tapi ia tak kuasa menolak. Karena beberapa hari lalu ia juga mengingkari janji pertemuannya dengan gadis itu sebab ia sedang kencan dengan selingkuhannya.
***
Tak terasa bunyi derapan langkah terdengar di telinganya. Ia hendak membalikkan badannya. Namun sebuah tusukan kecil mengenai lehernya. Sedikit perih akibat tusukan ujung benda yang ia kira pisau.
Setetes darah keluar dari tusukan itu.
Tawa singkat terdengar di telinga Fero. Tawa seorang perempuan. Chaca? Tidak mungkin gadisnya itu berani melakukan ini.
***
Orang yang di belakang Fero menjauhkan pisau yang ia genggam dari leher Fero.
Fero yang merasakan pisau itu sedikit menjauh ia membalikkan badannya untuk melihat lebih jelas siapa membuat tusukan di lehernya.
"Lama menunggu sayang? Uh ada darah di lehermu. Perlu bantuanku untuk menutupi darahnya?" Chaca tertawa kecil. Mengusap ujung pisau yang ia pegang.
"Chaca? Kenapa kau menusuk leherku?" Fero menatap tajam ke arah Chaca. Tapi Chaca malah tersenyum sinis.
"Kenapa?"
"Haha. Kau bilang kenapa sayang?"
"Kau yang kenapa?!"
"Mempermainkan hubungan ini."
Emosi Chaca meledak. Nafasnya terengah-engah. Ia tak bisa menahan kemarahannya lagi.
"Chaca? Kau...." Fero terlihat gugup. Chaca sudah mengetahui semuanya. Ini benar-benar tak ia duga.
"Kau mempermainkanku. Jadi aku juga akan mempermainkanmu dengan benda-benda yang ada di dalam tas ku ini. Ah ini salah satu benda itu." Chaca memutar pisau itu dengan tangan kanannya. Ini benar-benar keahliannya.
Wajah Fero tampak pucat. Ia tak menyangka Chaca akan marah dan berbuat seperti ini.
***
Typo?! Manusiawi.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Psycopath
ActionDia. Gadis itu. Yang hanya dianggap sebagai gadis tomboy. Memiliki keganjilan dalam dirinya. Yang awalnya orang-orang tidak menyadarinya. Hingga pada saat beberapa kali kejadian kejadian terjadi membuat semua keganjilan dalam diri gadis itu terungka...