PELAYAN KEGELAPAN - PROLOG

645 6 11
                                    

Prolog

Malam semakin larut. Suara keramaian lalu lintas semakin sepi. Aku memasukan tanganku ke dalam kantong jaketku sambil berjalan di tengah gang yang sempit. Derap langkah kakiku menjadi pemecah keheningan malam itu.

Aku menarik kerah jaket hingga menutupi kepalaku , lalu dengan sedikit menunduk aku berbelok menuju sebuah tempat hiburan malam. Suara hingar bingar musik sudah terdengar dari ujung lorong. Dua orang remaja yang sedang bermesraan berhenti sejenak melihatku kemudian melanjutkan lagi kemesraan mereka. Aku tersenyum kecil membayangkan aksiku nanti.

Dari jarak sejauh ini aku dapat mencium bau dosa , nafsu dan kejahatan yang berbaur dengan udara malam. Kuhirup dalam-dalam udara malam , dan kurasakan aroma gairah dari pasangan-pasangan muda , aroma yang sangat kusukai yang membuat gairah membunuhku semakin besar saja.

Ketika aku semakin dekat aku dapat melihat sebuah Neon Box yang diterangi oleh lampu merah , Devil’s Night Club , Nama yang indah sangat sempurna untuk malam yang indah ini. Aku menjilat bibirku lalu mendekati dua orang bodyguard yang memakai pakaian serba hitam dengan kacamata hitam. Keduanya berbadan besar , yang satu tampak kekar sedangkan yang satu lagi tampak seperti bakso hidup.

Aku mengantri di belakang dua remaja yang seumuran denganku. Keduanya tampak mesra , si cewek menyandarkan kepalanya di bahu cowoknya sementara tangan si cowok memeluk tangan telanjangnya.

Tugasku terasa begitu berat mengingat aku harus membunuh remaja-remaja seusiaku yang seharusnya masih memiliki masa depan panjang. Tapi sudah tugasku untuk  mengambil jiwa orang-orang berdosa untuk dipersembahkan kepada Tuanku Yang Agung , yang pernah menyelamatkan jiwaku. Ini adalah ungkapan syukurku kepadaNya yaitu dengan memberikanNya jiwa-jiwa yang tengah diselimuti oleh dosa , jiwa yang hangat , kataNya , di hari terakhir setiap bulan.

Aku tahu bahwa semakin muda jiwa yang kubawa , rasanya akan semakin nikmat. Tapi apakah aku sanggup melakukannya. Lalu aku teringat Billy , adikku yang ceria , yang selalu optimis dan penuh semangat .

Yang mati di usia sepuluh tahun  , sebuah suara berbisik di benakku.

Aku mengerang . Pasangan di depanku menoleh ke belakang dan melihatku dengan ekspresi bingung sebelum berbalik lagi dan bersendau gurau lagi kembali.

Kau sama saja seperti mereka , suara itu berbisik lagi

“ Tidak “ Jeritku . Aku sadar sekarang semua perhatian tertuju kearahku. Aku mengatur nafas dan berusaha seolah tidak terjadi apa-apa. Dan tersenyum ke beberapa pasang mata di depanku.

“ Kamu tidak apa-apa ? “ Tanya si cowok. Ia mengenakan jeans kumal dengan kaos berwarna hitam. Di lengannya yang berotot , terdapat tato dua burung merpati.

Aku mengangguk tanpa suara.

“ Kau kelihatan pucat . Kami bisa mengantarmu mencari tempat beristirahat di dalam kalau kau mau “ Lanjut si cewek yang memakai sweater berwarna biru tua. Rambutnya dikuncir kebelakang.

“ Aku tidak apa-apa . Tapi aku menghargai kebaikan kalian “ Jawabku.

“ Alex “ Si cowok yang bernama Alex mengulurkan tangannya

“ Jordan “ Jawabku sambil menjabat tangannya.

“ Dan ini pacarku yang paling cantik , Tania “Tania hanya memberi anggukan kecil sambil tersipu. Pipinya merona mendengar pujian dari Alex.

“ Senang berkenalan dengan kalian “ Jawabku singkat.

Aku jarang berinteraksi dengan calon korbanku sebelumnya. Berinteraksi dengan mereka seperti sekarang ini akan menambah bebanku karena aku akan terpaksa membunuh mereka. Tapi percakapan ini tidak akan berakhir mudah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PELAYAN KEGELAPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang