Faza Ananda
Hari ini akan dilaksanankan MOS, setelah mendapatkan pengumuman penerimaan siswa-siswi baru aku resmi menjadi anak SMA. Dan, sekarang aku sudah siap dengan pakaian hitam putihku dan peralatan MOS yang harus dibawa, sebelum aku berangkat aku menatap diriku di cemin. Sebenarnya aku sangat malas mengikuti kegiatan ini, tapi karena ini persyaratan wajib harus dilakoni, ya sudahlah, aku ikut saja, dari pada harus ikut tahun depan.
MOS. MOS adalah suatu yang sangat ditunggu Senior dan ditakuti oleh Junior. Kegiatan ini memang tidak akan hilang setelah penerimaan Siswa/i baru. Aku tidak tahu asal muasal MOS, kenapa harus wajib sekali melakukan kegiatan ini, kegiataan yang menurutku menguras tenaga dan mempermalukan diri sendiri. Itu menurut aku, jika kalian tidak setuju tidak apa-apa.
***
Apa kalian membenci MOS? Aku membencinya bahkan mendengarnya pun tak sudi untuk datang ke kegiatan ini. Seandainya saja aku bisa melarikan diri, maka sudah aku lakukan dari jauh-jauh hari, tapi sepertinya tidak mungkin, percuma saja lari dari kenyataan kalau ujung-ujungnya akan bertemu fase yang dihindari itu dan memunculkan masalah baru.
Sekarang aku sudah di depan gerbang sekolah berbasis Kesehatan di Pangkalan Bun ini, aku mulai melangkahkan kakiku masuk dengan barang yang sebenarnya tak bagus untuk dipakai. Aku mengambil ponselku di saku baju untuk melihat jam berapa sekarang. Dan ini masih jam 6 kurang, kemungkinan 5 menit lagi akan berkumpul menjadi barisan.
Satu fakta yang harus kalian tahu adalah MOS dimulai jam 06.00 dan jika telat 1 menit akan mendapatkan hukuman, itu hanya berlaku untuk murid baru, tidak untuk senior. Baiklah, siapapun yang mengusulkan jam segitu rasanya aku ingin tahu apa tidurnya nyenyak atau tidak.
***
Perhatianku sekarang keseluruh penjuru sekolah, aku melihat rambut cewek diikat dengan pita warna sesuai kelompoknya, bahkan ikatan itu harus sesuai tanggal lahirnya. Menyebalkan. Kalian bisa bayangkan jika mereka lahir tanggal 31? Rambut mereka pasti seperti pasar, ramai. Saking ramainya, melepasnya juga bisa ramai-ramai, ribet, dan tentu saja waktu pemasangannya juga pasti ribet. Aku penasaran mereka bangun jam berapa hanya untuk mengikat rambut sebanyak itu. Baiklah itu tidak penting. Tidak usah aku pikirin, karena aku pun rela bangun jam setengah empat hanya untuk mengikat rambut menjadi duapuluh tujuh ikatan.
"Hei Faza." Sapa seorang gadis yang jelas sudah kuketahui namanya.
"Eh Reni, udah dari tadi atau baru nyampe?" tanyaku. Dia Reni, temanku dari SD. Hanya saja aku mulai akrab dengannya waktu SMP, dikarenakan meja ku dan dia berdekatan.
Kring kring kring
Suara bel berbunyi, murid baru segera berhamburan menuju lapangan, begitu juga aku dan Reni. Reni mulai memisahkan diri denganku saat para senior menyuruh berkumpul dengan kelompoknya. Aku tidak akan punya teman, baiklah aku akan menyapa mereka bagaimana? I hate this situation.
***
Setelah perkenalan dan pengecekan barang, para senior mulai melakukan permainan. Aku penasaran permainan macam apakah itu?
"Coba kalian semua tepuk tangan. " Suruh Novita selaku ketua OSIS SMK Kesehatan,
Semuanya bertepuk tangan meriah, tapi tidak untukku. Kumohon, cepatlah berakhir kegiatan ini. Aku sudah malas dan ingin tiduran di kasur.
"Dek denger ya, kita akan melakukan permainan tepuk tangan." Novita memberikan arahan.
"Kalau kakak bilang tepuk satu, kalian harus tepuk satu kali, kalau dua, dua kali. Kalau kalian salah atau nggak ikutin cara mainnya, kalian akan dihukum." Ucap Novita dengan Toa.
Entah magnet apa yang Kak Novita pegang saat ini, ketika Kak Novita memberikan intruski sesuai cara mainnya, hampir semua melakukannya. Aku menghela napas panjang lalu menghembuskannya seiring tepuk tangan. Yang benar saja Faza Ananda, mana ada orang yang mau dihukum, lebih baik ikutin cara mainnya dari pada harus dipermalukan di depan murid lainnya.
***
Setelah permainan dan hukuman itu dinyatakan selesai, murid baru diberi pengarahan oleh Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah. Merka yang tadinya berbaris dilapangan sekarang duduk di tenda yang sudah disediakan dari jauh-jauh hari, mungkin. Mereka duduk rapi dengan arah mata kearah Kepsek dan Wakasek yang sedang menyampaikan arahan-arahan penting.
Setelah satu jam pengarahan itu tidak kunjung selesai, semua murid tampak jenuh dan mulai asik dengan teman barunya sekarang, bahkan barisan paling belakang terlihat sekali kalau dari awal tidak memperhatikan. Jangan tanya aku, aku duduk barisan paling belakang dan tetap menyimak apa yang dibicarakan di depan. Aku tidak mengobrol dengan yang lain. Alasannya simple, mereka tidak mau mengobrol denganku. Selama MOS berlangsung aku tidak mempunyai teman, bukannya aku menghindar atau gimana, cuma hal yang paling sulit aku jalani beradaptasi apalagi bicara dengan orang baru, rasanya aku harus memikirkan seribu satu cara agar bicaraku penting, tapi nyatanya ketika aku berusaha untuk menjalin komunikasi, mereka menjawab sekenanya dan tiba-tiba obrolan itu berhenti ketika aku sudah menemukan jawabannya.
Dan, alasannya lainnya mungkin soal fisik. Aku malu dengan diriku sendiri.
***
Setelah melewati MOS hari pertama dan kedua, Sekarang MOS hari ketiga dimana MOS akan berakhir. Akhirnya MOS segera usai.
MOS terakhir ini sangat mengerikan, hampir sebelas duabelas seperti orang gila. Sebenarnya pikiran senior itu kenapa? Huh.. menyebalkan.
MOS terakhir ini juga senior meminta agar murid baru membut surat Suka dan Benci, lalu ditujukan pada para senior. Baiklah aku benci harus membuat itu, percuma menulis hal itu kalau ujung-ujungnya tidak digubris. Bukannya aku pengen rasa sukaku dibalas tapi buat apa buat jika tetap dipandang sebelah mata olehnya? Bahkan menjadi bahan ejekan.
Aku turun dari motor dan meninggalkan kakak ku tanpa mengucapakan satu katapun. Aku sedang tidak marahan, hanya saja aku memang tidak akrab dengannya bahkan bicara dengannya saja jarang, bukannya tidak mau menjalin komunikasi antara adek dan kakak, hanya saja aku bingung apa yang akan kubicarakan. Kita pernah dipisahkan ketika umur ku tidak mengerti arti kehadiran seseorang. Setelah berjalannya waktu yang sangat cepat, aku dipertemukan lagi dengannya ketika aku kelas satu SMP. Waktu itu, kakak ku melanjutkan SD hingga SMP di Demak, Jawa Tengah dan kembali lagi ketika SMA.
Aku dan kakak ku berbeda 180 derajat. Kenapa aku mengakatakan hal itu? Karena jika kalian melihat kakak ku pasti kalian menganggap aku anak angkat. Sadis. Tapi itu yang terjadi. Mungkin, ini juga sebuah alasan kenapa aku jarang dengannya, karena melihat fisik, aku dan kakak ku jauh berbeda. She is beautiful, putih bersih, memiliki badan ideal, rambutnya yang lurus, wajahnya yang mulus dan bersih, dia sangat bisa merawat dirinya sangat baik.
Dan aku, aku benar-benar kebalikannya.
Aku tidak cantik seperti kakak ku, badanku terlalu kurus, kulitku tidak putih, aku memakai kacamata karena aku rabun jauh, bahkan gigiku pun kurang rata. Kalian bisa bayangkan betapa buruknya aku? Betapa minusnya aku? I know, kesempurnaan bukan milik kita seutuhnya, bahkan di dunia ini tidak ada yang namanya sempurna, tapi... setelah menilai diriku sendiri aku terlalu banyak kurangnya yang bisa membuatku dijauhin mereka. Dan untuk kakak ku, dia jauh dari kata minus, dia memiliki apa yang diharapkan orang lain, dia cantik, melebihi kata cantik. Aku iri.
Aku menyusuri halaman sekolah dengan peralatan MOS di badanku. Aku tidak memiliki teman, bahkan Reni sudah bergabung dengan teman barunya. Hidupku memang mengenaskan kawan. Bahkan mencari teman pun aku tidak bisa.
Di MOS terakhir ini, aku bertemu dengannya.
➖➖➖➖➖➖
Semoga kalian suka 🙏😂
Bisa update karena libur kepanjangan haha 😿
KAMU SEDANG MEMBACA
R U N (Re-write) END
Teen FictionAku bukan gadis cantik ataupun popular, aku hanyalah gadis yang menyimpan seribu masalah. Rumah. Rumah adalah tempat yang tak ingin aku kunjungi. Apa tidak ada cara lain? aku masih kecil Ayah. "Aku ingin anakmu, bisakah aku membawanya?" "Pergilah s...