Prolog

0 0 0
                                    

Perawat itu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perawat lain, meski dia cukup cantik, langsing dan memiliki tinggi sekitar 164cm. Namun, hanya dalam sekali lihat, siapapun akan tahu jika dia adalah seorang perawat yang telaten dalam bidangnya. Kali ini, perawat yang biasa nya tenang dan berwibawa itu, berlari terburu-buru. Padahal dia sudah menyetrika pakaian nya dengan hati-hati tadi pagi. Sekarang, pakaian itu harus menjadi lusuh hanya dalam sekejap.

Dia berlari,melewati setiap jalur rumah sakit sambil memegang kartu tanda pengenalnya agar tidak terjatuh. Rumah sakit itu sudah lama dia kenal dan seperti rumahnya sendiri. Dari makan, tidur, mandi, bahkan sampai tempat untuk berlibur. Dia masih terus berlari. Saking terburu-buru nya, dia tidak sempat meladeni salam dan juga sapaan dari rekan sejawatnya. Ada sesuatu yang sangat penting dan harus segera disampaikan kepada dokter. Kalau saja dia tidak lupa mengisi ulang baterai ponselnya atau dokter tersebut mau menggunakan ponsel, pasti dia tidak akan perlu berlari-lari seperti itu.

"Lain kali,ku pastikan dokter mau menggunakan ponsel! Kali tidak melihat sendiri,pasti tak ada yang percaya jika di dunia ini masih ada orang yang tidak punya ponsel, bahkan menganggapnya sebagai benda yang tidak penting." pikir perawat itu denga hati kesal.
Dia masih terus berlari, mencari keberadaan dokter tersebut. Sampai akhirnya,ia menemukan dokter itu tengah duduk didepan peralatan rumah sakit, disebuah taman yang memang disediakan bagi para pasien. Perawat itu melihat sang dokter yang dia cari sedang duduk sambil bermain-main bersama dengan anak-anak yang rambutnya rontok karena kemoterapi.

"Dokter!" teriak perawat itu.
Dokter membalikkan badan untuk melihatnya. Tadinya, dokter ingin menyapa. Namun, saat melihat wajah perawat tampak tegang, dokter tahu, terlah terjadi sesuatu. Dokter berlari ke arahnya, memegang bahu perawat itu dan bertanya, "Ada apa?"
Sambil terengah-engah, si perawat berucap.
"Pasian anda,Dok,Dia..."

****************
Reina melihat pemandangan dari dalam bus, membuka kacanya sedikit dan membiarkan angin menerbangkan rambut miliknya. Reina tersenyum saat melihat pantai yang sudah ada di depan mata. Reina melihat kembali penampilannya. Sehelai dress putih dengan corak warna-warni serta ornamen bunga membungkus tubuhnya. Sementara,di sisinya terdapat sebuah tas dan topi lebar untuk melindunginya dari panas matahari ketika sampai di pantai nanti.

"Aku terlihat cantik," gumam Reina.

Bus pun berhenti. Reina segera turun tepat di hadapan pantai. Menghirup nafas kuat-kuat dan melepaskannya. Sendal miliknya dia lepaskan sambil mengenakan topi, lalu berjalan diatas pasir pantai dan tersenyum.

Gadis itu lantas berjalan kesana-kemari, mengukir nama diatas pasir, lalu bermain-main air. Menghabiskan waktu sendirian sampai matahari mulai turun. Tetapi Reina masih tetap disana. Menunggu seorang laki-laki yang telah diharapkan kedatangannya sejak dulu.

Reina yakin, kali ini laki-laki itu pasti akan datang menemuinya. Lelah berjalan menyusuri pantai, Reina duduk diatas pasir, memperhatikan lautan yang tak henti-hentinya menderu. Tanpa diduga, suara laki-laki yang dikenalnya tiba-tiba muncul. Laki-laki itupun berkata, "Apa kau masih mau menunggu laki-laki yang kau cintai?"

Reina menoleh ke arah suara itu. Saat melihat laki-laki itu berdiri disana, senyum Reina mengembang kembali.
Reina menatap laki-laki itu dan berkata lembut.
"Tentu saja, karena cinta akan menghadirkan keyakinan dalam hati. Meski aku tak tahu masa depanku seperti apa. Meski aku tak mengerti bagaimana menghadapi nya nanti. Cinta membuatku yakin bahwa masa depan ku akan lebih indah lagi jika bersama dengan orang yang aku cintai..."

Hai,jangan lupa vote+comment yapp!!😊

Selamat Datang,Luka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang