Bagian 1

2 0 0
                                    

Davi memarkirkan mobil di sebuah hotel berbintang ke luar dari mobil, lalu berjalam dengan sedikit tergesa-gesa. Diambilnya ponsel dari saku, dan menekan beberapa nomor untuk menghubungi seseorang.
Namun, hasilnya nihil. Operator mengatakan bahwa nomor yang sedang dituju tidak aktif.

"Dia baik-baik saja," gumam Davi. Davi mencoba mendoktrin pikirannya dengan kata-kata demikian. Tetapi, perasaan cemas telah menguasai pikirannya. Kali ini Davi tak lagi berjalan, melainkan lari. Davi terus berlari dan sama sekali tak peduli saat orang-orang menatap heran melihatnya melewati pelataran hotel. Davi akhirnya terus berlari sampai kedepan meja resepsionis, segera dia tanyakan dimana letak restoran di hotel ini.

"Oh itu ada di lantai tiga,Pak." jawab sang resepsionis. Davi tak lagi menunggu resepsionis itu selesai bicara.
Dia segera masuk ke lift, menekan angka tiga, mengatupkan mulut dan mengepalkan tangan sekuat-kuatnya. Kebiasaan yang tak bisa dihilangkan saat Davi sedang berusaha bersabar. Jika tidak, dapat dipastikan Davi akan berlari lewat pintu darurat untuk sampai ke lantai tiga.

Satu pintu lift terbuka, Davi segera keluar dan kebingungan mencari restoran tempat wanita itu berada. Itulah kebiasaan bodohnya. Saat tergesa-gesa, Davi akan melakukan semuanya dengan kacau. Padahal, kalau saja Davi mau mendengarkan penjelasan resepsionis hotel tadi dengan benar, pasti dia tak perlu membuang waktu lebih lama.

Baru sekitar lima belas menit kemudian, Davi berhasil menemukan restoran itu. Davi akhirnya menemukan Reina, yang sedang duduk dengan segelas martini di tangan. Walau tampak ekspresi murung diwajah Reina, tapi Davi bisa menghela nafas lega sesaat. Setidaknya, Davi tau Reina memang baik-baik saja. Reina melihat Davi, lalu melambaikan tangan sambil tersenyum.
"Di sini!" teriak Reina.

Davi membalas senyumannya seiring melangkah mendekati Reina.
"Lo kok gak angkat telepon gue sih,Ren?" tanya Davi berusaha menahan diri agar tidak terlihat terlalu khawatir. Reima kembali meneguk martini di tangan nya sebelum menjawab.
"Ponsel gue tadi mati. Baterai nya habis. Maaf ya,gue nyuruh lo dateng malem-malem gini."
"Bukannya emang udah rutinitas lo buat manggil gue kalo lo lagi ada apa-apa?" canda Davi kepada Reina.
Reina tertawa kemudian, seperti biasa, perasaan Davi menjadi lebih hangat saat melihat Reina kembali tertawa. Davi tidak memesan minuman apapun karena memang tidak suka alkohol. Reina tahu itu, sehingga dia tidak perlu menawari Davi minuman apapun.

"Ada masalah lagi sama Fino?" tanya Davi, membuka percakapan. Reina hanya tersenyum. Davi menatap Reina dengan tatapan lembut. Namun, Reina selalu tidak menyadari. Meski mereka sudah berteman lebih dari empat tahun, Reina tak pernah menangkap sinyal yang Davi kirimkan lewat tatapan semacam itu.

"Lo putus sama Fino?"
Reina menggelengkan kepala. "Kita masih baik."
"Terus?"
"Gak tahu,tiba-tiba aja gue ragu sama diri gue sendiri. Ragu sama hubungan gue dan Fino. Apa hubungan gua sama Fino bisa bertahan lama?Lo pasti inget gimana hampir semua pacar gue,gak ada yang setia kan?"

Davi hanya diam. Tetapi,dalam hatinya membenarkan jika semua pacar Reina tidak ada yang setia. Reina pernah mencintai seorang pria yang kelihatannya baik. Mereka saling mencintai dan hubungannya pun bertahan lama. Namun,ketika Reina yakin he is the one, laki-laki itu akhirnya melakukan kesalahan yang sama, seperti yang dilakukan oleh pacar-pacar terdahulunya. Selingkuh.

Akibatnya, saat itu Davi harus menggendong Reina yang teler setelah meminum tujuh botol bir. Reina kembali bicara. "Apa mungkin emang gue aja yang terlalu parno? Karena bagi gue, berhubungan sama cowo itu harus seperti wine. Semakin lama,harusnya semakin enak. Semakin lama,harusnya semakin berharga mahal. Mereka gak sembarangan bisa dibeli."

Davi hanya menatap Reina, mulutnya terkunci, hanya bisa menampakkan senyuman. Tetapi,Davi tak bisa menahan pikirannya.

Reina, kamu selalu mencari wine yang paling mahal, yang paling bagus, yang paling enak rasanya. Tapi,tak pernah sekalipun kamu memperhatikan segelas air putih yang selalu kamu minum saat kamu kehausan. Selalu kamu minum setelah lelah menangis.

Benar,air putih memang tidak berasa, tidak berwarna dan juga tidak berbau. Harga dari segelas air putih pun, tak sebanding dengan harga wine. Namun,tahukah kamu, jika didunia ini manusia bisa hidup tanpa wine? Tetapi, tak ada satu pun manusia yang bisa bertahan hidup tanpa air putih. Tahukah kamu,jika tidak ada satu pun benda yang bisa menggantikan air putih di bumi ini?

***********
Malam ini, Reina memang tidak begitu mabuk,tapi bukan berarti dia bisa jalan sendiri tanpa bantuan. Seperti biasa, Davi harus mengantarkan Reina pulang. Didalam mobil, Reina sudah terlelap. Seperti biasa, Davi memandang lurus kearah jalan, berusaha agar tidak memandang Reina yang terlelap. Davi menahan diri agar tidak melakukan apapun yang selama ini ingin dia lakukan kepada Reina. Selalu seperti itu, selama empat tahun terakhir ini.

Dalam perjalanan pulang, Davi teringat bagaimana kali pertama bertemu Reina. Tepat pada hari itu, di usianya yang menginjak 22tahun, Davi sedang mempersiapkan kuliah di universitas yang sama dengan Reina. Sore itu, bulan Januari, ketika musim hujan sedang mencapai puncaknya. Ketika kampus sudah tidak ada siapa-siapa, kecuali beberapa orang yang sedang belajar atau hanya bermain-main. Davi berjalan melewati lorong-lorong kampus yang sepi, tak tahu apa yang ingin dia lakukan. Yang Davi lakukan hanyalah berjalan tak tentu arah.

Angin menghembus pepohonan, membawa dedaunan melayang-layang bersamanya. Sampai ketika,Davi melihat seorang gadis.

Hantu?Tidak mungkin hantu secantik itu. Benar. Disana di salah satu bangku pelataran kampus, seorang gadis cantik duduk dengan wajah muram. Davi berjalan perlahan-lahan mendekati gadis itu yang didapati nya sedang menangis. Rasa penasaran menghantui Davi, kenapa seorang gadis secantik dia duduk disana sendirian dan menangis?

Mengetahui ada orang yang mendekatinya, gadis itu pun mengangkat kepalanya, lalu melihat ke arah Davi. Davi tergagap, seperti seorang anak kecil yang tertangkap tangan sedang mencuri. Disela kegugupan nya, Davi memandangi sepasang mata indah yang belum pernah di temui sebelumnya. Mata itu tetap memikat, meski pemiliknya sedang diselimuti duka yang membuat air menetes dari sana. Davi tak tahu apa yang harus dilakukannya. Akhirnya Davi hanya bisa tersenyum canggung kepada gadis itu.

Hanya sebuah senyuman sederhana.
Davi tak tahu siapa gadis itu. Ini kali pertama Davi melihatnya. Yang Davi tahu,gadis itu sedang menangis dan satu-satu nya hal yang berlawanan dengan menangis adalah tersenyum.
"Saat seseorang tersenyum,senyum itu akan mampu menularkan sebuah perasaan senang kepada orang-orang yang di sekitarnya. Atau paling tidak, sebuah senyuman bisa menenangkan hati seseorang yang sedang sedih" pikir Davi.

"Kalo lo mau,lo boleh pinjem bahu gue." kata Davi dengan gugup. Davi berusaha menyembunyikan kegugupannya, kemudian mendekat untuk duduk di sisi gadis itu. Davi membiarkan kepala gadis itu bersandar di bahu nya. Davi hanya bisa bergeming saat bahunya mulai terasa hangat karena air mata.

Begitulah awal pertemuan Davi dan Reina.
Sekarang,setelah empat tahun berlalu,Davi sudah tak ingat berapa kali bahunya dipinjam Reina. Davi juga sudah tak ingat berapa kali Reina terduduk di siai gelas minuman keras, memintanya untuk datang dan menemani dia setiap kali patah hati.

Tak peduli seberapapun jauhnya tempat Reina berada. Tak peduli apakah keadaan jalan raya saat itu sedang terhambat macet ataupun banjir. Tak peduli walaupun ketika mobilnya mogok dan harus meminjam motor Alex bahkan naik angkutan umum yang sudah jarang ada ketika malam tiba. Laki-laki itu akan selalu datang menemani Reina. Mengobrol, menghiburnya, kemudian seperti biasa meminjamkan bahunya untuk Reina bersandar kala ia terluka oleh cinta.
Selalu seperti itu.
Tak pernah sekalipun berubah.

Hai,jangan lupa vote+comment yaa!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selamat Datang,Luka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang