Bestfriend's

25 1 0
                                    

Bestfriend’s
You naver forget your Bestfriend..

-a Story by SATRIART.


Namaku adalah Melinda Aswati, aku punya sahabat dari kecil yang bernama Kevin Abimo. Ia lelaki yang baik, terkadang ia suka usil padaku tetapi ia tidak pernah menyakitiku, ia hanya ingin bercanda. Kevin selalu menjagaku, ia tidak mau hal yang buruk menimpaku. Sepertinya aku suka dengan lelaki yang baik seperti dia tapi aku tidak ada perasaan yang lebih terhadapnya, umurku 14 tahun dan aku masih belum tau apa itu yang dinamakan jatuh cinta, kita hanya bilang semua ini adalah persahabatan.

    Kurasa persahabatan memang lebih baik daripada pacar-pacaran. Kami berteman baik, kami berangkat dan pulang sekolah bersama, dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, kami selalu bersekolah di sekolah yang sama. Tetapi saat aku SMA ia tidak satu kelas lagi denganku.

Suatu hari di lapangan sekolah aku melihat anak lelaki tampan tinggi dan putih, hatiku berdebar-debar apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Sungguh aku tidak pernah merasakan hal yang seperti ini hingga lelaki itu bercakap-cakap dengan sahabatku Kevin lalu masuk ke dalam kelas bersamanya, kurasa Kevin sekelas dengannya.

    Keesokan harinya, seperti biasa Kevin selalu menjemputku di pagi hari untuk berangkat sekolah bersama, di perjalanan aku bertanya dengannya tentang lelaki tinggi yang berkulit putih itu, ia menjawab namanya Adalah "Zen Allies" dipanggilnya Zen.

Saat itu aku sedang menikmati waktu istirahatku, aku melihat ke arah kelas Kevin yang masih sepi belum ada yang keluar sama sekali, lalu aku berfikir bagaimana jika aku melihat Zen dari jendela dan mungkin aku dapat menyapanya "Hi!" Padanya. Aku pun menarik tangan Sasa yang sedang bermain handphone, aku mengajaknya ke kelas x-1, Sasa pun merasa bingung kenapa aku menarik dan membawanya ke kelas x-1
"Melinda! Kamu mau ngapain sih!?" Tegas sasa, aku benar- benar tidak sabar akan memandang wajah Zen dan aku memilih untuk mengabaikan perkataan Sasa, aku hanya bilang
"Ssst, udah ikut! Aku ingin bertemu Zen."

    Sesampainya di depan kelas x-1 aku menjelaskan siapa itu Zen dan seperti apa rupanya... Kurasa Sasa juga jadi suka dengan Zen setelah aku menceritakannya. Aku pun berbalik dan melihat ke arah dalam jendela, aku mencari-cari dimana Zen duduk dan mendapatkannya duduk sebangku dengan Kevin, tapi tiba-tiba Zen menatap ku dan aku juga menatapnya, ya tepat di matanya, seketika aku pun terkejut dan langsung berbalik badan, rasanya jantungku berhenti berdetak.
    Kemudian aku beritahu Sasa dimana Zen duduk, aku pun berbalik dan melihat ke dalam jendela lagi lalu tiba-tiba Zen menatap ke arahku sambil tersenyum dan melambaikan tangannya padanku. Mengikuti kegemmbiraan hatiku, aku pun membalas sapaan dari Zen, lanjut melambaikan tanganku padanya. Hanya untuk beberapa detik, ya tuhan ku rasa aku tidak tahan lagi melihatnya, jadi aku menarik tangan Sasa dan langsung kembali ke kelas.

Pulang sekolah aku melihat Zen di parkiran, aku terus menatapnya dan aku bertanya pada diriku sendiri "Apakah dia akan menjadi masa depanku?" Hingga aku tidak sadar kevin telah memanggil-manggil namaku dari tadi dan mengajakku untuk pulang.

   Di perjalanan aku terus memikirkan Zen, hingga aku ingin tidur aku mendapat ide, mungkin aku dapat memberikan surat perasaanku padanya. Malam itu aku langsung tidur sehabis menulis surat untuk Zen, aku berharap aku dapat mimpi indah malam ini.

Sehabis bangun tidur aku langsung bersiap-siap berangkat sekolah, kali ini aku berangkat lebih pagi dan tidak bareng Kevin. Sesampainya disekolah aku menunggu dan memandangi area parkiran apa kah ada kevin di sana atau tidak, untuk beberapa saat Kevin datang.

   Aku hampiri dia dan berbasa-basi dengannya, intinya aku ingin kevin memberikan surat ini kepada Zen. Kevin bilang ia akan memberikan surat ini kepada Zen, dan aku percaya pada sahabatku yang satu ini. Hingga jam pulang sekolah aku menunggunya di coridor. Aku mencari-cari Kevin tapi tidak kelihatan dan kelasnya pun sudah kosong, kemudian Kevin tiba-tiba muncul di koridor sebelah aku pun segera menghampirinya "Kevin!" Aku memanggil namanya senang akan tetapi Kevin menoleh dengan rawut bete, maaf aku tidak peduli tampang wajahnya saat ini, yang penting adalah surat itu!

    Aku menanyakan bagaimana dengan surat itu lalu kevin bilang
"Sorry ya Melin, Zen tidak masuk sekokah hari ini." Kemudian kevin mengembalikan suratku kembali. Menurutku tidak apa tetapi aku penasaran apakah Kevin membaca isi surat ini dan kutanya dia "Kevin apakah kau membaca isi suratku?" Kevin pun menjawab dengan wajah datar
"Tidak!"
Aku merasa enakan ketika ia tidak iseng membaca suratku, lalu aku langsung berpamitan dengan Kevin, aku harus mengambil baju ibuku dulu di tukang jahit dan tidak bisa pulang bersama.

   Di perjalanan sepulang mengambil baju, aku melihat Zen sedang berjalan pulang dengan baju seragam sekolah, aku bingung bukankah Kevin bilang ia tidak masuk sekolah hari ini? Tapi mengapa ia berbohong? Sebenarnya apa yang terjadi? Baiklah biarkan aku saja yang akan memberikan suratnya besok, aku males dengan Kevin yang tidak amanah.

Di malam harinya aku terus memandangi surat cintaku yang kuletakan di meja belajar, aku memikirkan kalau dengan seperti ini terus bagaimana aku dapat menyampaikan perasaanku pada Zen? Hingga aku menemukan sesuatu yang salah dari surat yang kubuat, aku mendapati stempel yang kutempel di belakang surat ini tidak ada, aku sangat kaget, kenapa bisa sampai tidak ada!? Aku tau, pasti kevin telah membuka suratku dan menggantinya dengan yang baru untuk menutupinya.

   Kevin telah melanggar janjinya! Aku sudah males lagi dengannya. Hingga di pagi hari ia ingin menjemputku untuk berangkat sekolah bersama, aku menolaknya. Dan aku rasa aku sudah sangat males dengannya
"Sudah cukup Kev! Kamu ga perlu ngalang-ngalangin aku deh!" Kevin terlihat mencoba mengatakan seusatu tapi aku tidak mau dengar.

Di tengah waktu pelajaran, aku ingin pergi kekamar mandi tetapi aku harus meminta izin terlebih dahulu pada guru kelas. Aku berjalan di tegah koridor sendirian dan melihat anak kelas X-1 sedang berolahraga, aku pun melihat Zen lagi, aku jadi kepikiran dengan surat perasaanku, bagaimana aku bisa menyampaikannya ke Zen? Sejenak aku berpikir, tidak akan ada satupun orang di kelas saat jam benar olahraga. 
   Aku pun berlari dan menyelinap masuk ke kelas x-1, lalu aku mencari-cari yang mana tas Zen dan setelah aku dapat aku langsung memasukan surat perasaanku kedalamnya, jantungku berdenyut kencang, aku takut ketahuan tapi akhirnya aku berhasil.

Keesokan harinya aku diberikan sekuntum bunga mawar oleh Zen, kurasa ia telah menerima suratku. Di jam pulang sekolah, aku yang berjalan bersama Sasa di koridor tiba-tiba Zen berjalan sendirian menghampiriku lalu ia bertekuk lutut dan menyodorkan sebuah bunga mawar dari belakang badannya, Zen melakukan itu di depan kelas lain dan seluruh anak di kelas kala itu menyasikan pemberian bunga dari jendela, ini sungguh memalukan tapi saat kulihat wajanya, saat kulihat bunganya, saat kulihat senyumnya, aku terlena.

   Sejak saat itu aku dan Zen selalu bersama dan sejak saat itu juga kevin mulai menjauh dariku. Hingga suatu hari Zen mengabaikanku, aku selalu bertanya kepadanya mengapa, tapi ia selalu beralasan dan mengelak jika aku hendak menghampirinya, aku bingung kenapa ini bisa terjadi, padahal aku masih mencintainya.

Setelah 1 minggu ia mengabaikanku ia akhirnya meng-SMS ku, ia mengajakku ke sebuah kafe, aku jadi merasa lega akhirnya ia tidak mengabaikan aku lagi, kemudian aku merapihkan pakaian ku dan berangkat menuju ke kafe dimana kita berjanjian.
   Setibanya aku di kafe, aku langsung menelpon Zen, aku menelpon sambil berjalan mencari dimana ia duduk, lalu tiba-tiba aku menemukannya dalam keadaan ponselku masih meneleponnya. Kini ia sedang berdua-duan dengan perempuan lain, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri ia mematikan telponku, apa maksudnya dari semua ini? Apa kah ia ingin membuatku cemburu!?

Aku pun sangat kesal dan menghampiri mereka berdua, kusiram  air minum ke kepala Zen, dan mereka berdua begitu kaget, apa lagi Zen. Zen pun langsung minta maaf dan mengejarku mencoba menjelaskan semua tetapi semua sudah terlambat.

    Kuputuskan  hubunganku dengan Zen. Aku berlari dan menangis, aku duduk di bangku taman dimana aku suka duduk berlama-lamaan dengan Kevin dulu. Aku harap kevin ada disini menemaniku.


••••••••••••{: BESTFRIEND’S :}•••••••••••


Namaku adalah Kevin Abimo, aku mempunyai sahabat  yang bernama Melinda Aswati. Rumah kami berdua hanya beda 3 blok saja, ia anak yang manis dan pendiam, terkadang aku suka usil padanya agar menghilangkan sifat pendiamnya dan malu-malunya. Ia begitu lucu, cantik, aku tidak mau orang seperti dia menghilang dari hadapanku begitu saja, jadi aku selalu menjaganya.

   Aku dan Nya bagaikan adik kakak. Aku dan Meli selalu sekelas dari SD sampai SMP, di SMA kami satu sekolah tapi tidak satu kelas, dari dulu sampai sekarang entah kenapa aku tidak pernah bosan melihat wajah Meli. Di smester kedua kami kedatangan anak baru, anak baru itu duduk sebangku denganku, anaknya baik dan juga cakep, semua perempuan dikelas sangat menyukainya, bukan cuma dikelas semua perempuan di sekolah juga sangat menyukainya, aku tidak iri padanya dia juga orang yang baik, tapi hanya saja ia suka mempermainkan hati wanita.

Keesokan harinya aku menjemput Meli, ya seperti biasa. Di perjalanan tiba-tiba Meli bertanya siapa nama anak baru di kelasku. Aku bingung kenapa ia menanyakannya, apa kah dia menyukainya juga... Mmm kupikir ini sudah biasa bukan hanya Meli saja kan yang bertanya? Jadi ku jawab saja "Namanya Zen Allies, dipanggil Zen.”

   Wah guru kimia kami marah lagi, ini gara-gara tidak ada satupun anak yang mengumpulkan PR. Ia menghukum kami semua dan mengambil setengah waktu istirahat kami untuk menyelsaikan PRnya. Di selang waktu tiba-tiba aku melihat Meli menyapaku dan melambaikan tangannya didepan jendela, ototmatis aku pun menyapanya balik dan tersenyum tetapi apa ini! Zen juga melambaikan tangannya, Zen yang duduk disampingku melambaikan tangannya lebih dulu dibandingkan aku, jadi Meli tidak bermaksud menyapaku, melainkan Zen, aku jadi malu untung teman-temanku tidak ada yang melihat sampai-sampai Bu Erin bilang di samping wajahku dengan nada bercanda
        "Orang meli nyapanya ke zen!" Lalu semua anak menertawakan aku, jadi malu yang kudapat kan?


Bel sekolah berdering waktunya pulang sekolah, saat di parkiran aku melihat Meli yang sedang menatapi Zen, aku menghampirinya dan memanggil namanya "Meli! Meli!" Beberapa kali tapi ia tidak sadar, ia melamun tapi apa yang ia lamunkan? Lalu akhirnya ia sadar “Iya, iya ada apa?” Seperti itu dia panik dan terbata-bata, aku yakin dia sedang memikirkan orang yang sedang ia pandang itu, Zen.

  Kami pulang bersama seperti biasa dan sesampainya di rumah Meli, Meli malah langsung masuk kedalam rumah sambil menjingkrak-jingkrakkan tanpa ada pamit kepadaku terlebih dahulu, aku mulai kesal, kenapa ia mulai mengabaikanku?

Di pagi hari aku melihat ada coklat dengan isi potongan buah, lalu aku bertanya pada ibuku "Ibu ini coklat punya siapa bu?" Ibuku pun menjawab dari dapur belakang
"Itu untukmu nak!" Aku segera memakan coklat ini tetapi aku teringat, pasti Meli lebih suka dengan coklat ini, jadi aku pun langsung bungkus kembali coklatnya dan bergegas berangkat untuk menjemput Meli ke sekolah. Setibanya aku di rumah Meli aku memanggil-manggil namanya tapi yang keluar malah ibunya, ibunya bilang Meli sudah berangkat duluan tadi pagi lebih awal. Yasudah aku berangkat sendiri saja.

   Saat tiba di sekolah, aku yang sedang memarkirkam motorku tiba-tiba meli datang menghampiri, ia langsung menyodori sebuah surat, ia bilang surat ini untuk Zen, dan dia bilang mohon jangan dibaca apa isinya tapi aku dapat menebak! Ini pasti surat cinta. Bikin tidak semangat saja.

Aku duduk di samping Zen, tapi aku tidak mau Zen berjadian dengan Meli hanya karena surat ini, jadi aku memutuskan untuk tidak berikan saja suratnya dan bilang kepada Meli bahwa Zen tidak masuk hari ini, akan tetapi saat kupikirkan lagi bagaimana jika Meli bertemu dengan Zen di waktu istirahat nanti? Tapi tiba-tiba Bu Arni masuk ke kelas dan memberi tugas, kurasa aku dapat memikirkannya nanti saja.

   Pelajaran kimia saat ini sangat susah dan lagi-lagi bu Arni marah-marah karena tidak ada satupun anak yang mengerti tentang materi kali ini, akhirnya ia memotong waktu istirahat kami untuk pendalaman materi.

Semua materi-materi ini membuat aku pusing, bagaimana aku menghilangkan suntukku dengan membaca suratnya Meli, siapa tau isinya bukan surat cinta melainkan sebuah ejekan seperti “Dasar kau playboy!” Kuambil surat meli disaku bajuku dan kubaca di kolong meja, baru kubaca sedikit saja tiba-tiba Bu arni datang mengambil kertasku dan berkatanya “Apa ini!?” Aku panik dan langsung menjawab
“Gak tau Bu, itu saya temukan di kolong meja!” Melihat wajahku yang panik, Bu arni pun langsung menyuruh Wafan anak yang paling heboh di kelas untuk membacakan, Bu arni pun memberikan suratnya kepada Wafan dan Wafan langsung membacakan
“Zen sejak pertama kali aku melihatmu, aku jatuh hati!” Wafan membacanya dengan sangat kritis kemudian semua anak dalam kelas tertawa-tawa, bagi Kevin ini sangat kacau, surat pernyataan perasaan Meli dibacakan secara publik, akhirnya Wafan melanjutkan membaca surat
“Aku pun bertanya pada diriku...” Kevin rasanya tidak tahan lagi dan langsung mengambil surat yang dipegang Wafan dan berkata
“Sudah! Ini kutemukan dibawah meja!” Kemudian Bu arni merespon
“Sudah cukup anak-anak, waktu istirahat habis!” Saat mengetahui jam istirahat habis semua anak pun langsung kecewa, dan akhirnya kami harus next ke pelajaran berikutnya.

    Tidak ada lagi waktu istirahat yang tersisa. Kevin sangat bete dengan hari ini, dia ambil saja coklat yang ada di kantong dan dimakan olehnya, kali ini ia benar-benar bete, apa lagi mengetahui yang sebenarnya adalah, Meli menyukai Zen.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, aku tidak mau Meli tau kalau aku membaca surat cintanya lalu aku bergegas untuk membeli amplop baru. Di koridor meli sudah menunggu dan ia bertanya soal suratnya, kuberikan saja amplopnya dan aku bilang saja bahwa Zen tidak masuk hari ini, dan kubilang aku tidak membaca apapun dari isi surat ini, Meli pun mempercayai aku dengan mudah, lalu ketika aku mengajaknya untuk pulang bersama ia menolaknya, karena ia mau mengambil baju di tukang jahit dulu, juga jalan pulangnya juga berlawanan.

   Keesokan paginya aku ingin menjemput Meli untuk berangkat sekolah bersama(Yaaa seperti biasaa.) tapi saat Meli siap untuk berangkat, ia malah mengacuhkanku dan bilang tidak mau berangkat bersama, wow apa yang membuat Meli tidak mau ikut? Lalu ia meberi penjelasan kepadaku, aku pun hanya bisa diam menatapinya yang marah dan setelah itu aku berusaha menceritakan seperti apa Zen itu sebenarnya, akan tetapi ia tidak mau dengar sama sekali.

Pelajaran olahraga selesai, waktunya lanjut belajar pelajaran B. Inggris, tiba-tiba Zen mengucap pada diri nya sendiri "Apa ini?", aku pun otomatis menengok ke arahnya dan mendapati Zen menemukan sebuah surat misterius dari tasnya, heh aku tidak peduli. Ia memang pria tampan jadi pasti banyak perempuan yang mau mengirim surat padanya kan.

   Keesokan harinya setelah jam pelajaran usai aku melihat Meli berjalan pulang dengan sangat gembiranya, sambil membawa sekuntum bunga mawar dibawanya. Aku mulai penasaran dari mana ia dapatkan bunga itu, tapi setelah aku pikir lagi buat apa aku peduli dengan anak yang keras kepala seperti dia.

   Di hari kedua masih merasakan hal yang janggal, aku melihat Meli mulai berjalan bersama dengan Zen untuk beberapa waktu ini. Di selang waktu juga, aku sempat mendengar permasalahan Meli dengan Zen, sempat terpikirkan olehku bahwa sepertinya bakal ada yang patah hati nanti.

Di sore hari itu aku sedang berbaring di sofa ruang tamu rumahku, aku yang sedang bermain hp tiba-tiba terlintas di pikiranku tentang Meli dengan masalahnya, kurasa Meli akan tetap menjadi anak yang baik, tetapi Zen... Aku berfikir lagi dan kurasa aku harus berbicara dengan Meli sekarang juga untuk segera memperingatinya sebagai… Sahabat lama.

    Aku pun langsung bergegas ke rumah Meli. Setibanya di rumah Meli, aku melihat Meli yang beranjak keluar rumah dengan pakaian yang rapih, kurasa Meli ingin pergi ke suatu tempat dan aku memilih untuk membuntuti dia.

Meli sepertinya tidak pergi jauh, ia hanya berjalan kaki keluar dari kompkek saja, kemudian ia mampir ke sebuah kafe dan saat itu juga aku langsung berfikiran, pasti dia akan bertemu Zen. Dan memang benar ia bertemu dengan Zen, tapi apa ini!? Zen sedang berdua-duaan dengan cewek lain, aku melihat perempuan itu memainkan hp Zen sehingga membuat Meli datang ke kafe agar ia dibuat cemburu.

    Meli pun menyiram Zen dengan air yang berada di atas meja makan mereka, Zen terlihat kebingungan dan mencoba mengejar Meli yang pergi dengan segala kekecewaan dan kucuran air di matanya. Zen yang mengejar demi menjelaskan semuanya alasannya pun terlambat. Meli sudah pergi jauh.

Aku terus mengikuti kemana Meli pergi, ternyata ia pergi ke tempat dimana aku dan dia suka duduk bersama berlama-lamaan, dulu. Ia menangis, lalu aku duduk disampinnya yang membuat dirinya sempat kaget, aku mencoba menjelaskan perlahan kepada Meli bahwa Zen memang orang yang seperti itu, lalu aku bertanya
"Jadi bagaimana?" Meli diam Melihatku dengan pertanyaanku, aku tahu dia tau apa yang aku inginkan tapi ia malah berkata
"Jika ini yang dinamakan cinta aku tidak mau, rasanya sakit."
"Aku dapat mengerti...tapi..." Aku stuck, seperti ada yang mengganjel di pikiran ku dan tertahan di tenggorokan untuk dikatakan, kemudian Meli langsung melanjutkan
"Kita akan menjadi Bestfriend’s, sahabat sejati yang saling menjaga dan mengasihi." Jelas Meli, tapi berat bagiku untuk menerima perkataannya, karena perasaanku sekarang sudah lebih dari sahabat, tapi saat aku pikirkan lagi, aku setuju juga terhadapnya.




Memang persahabatan jauh lebih indah dibandingkan cinta yang pacar-pacaran.


-SELESAI-



••••••••••••{: BESTFRIEND’S :}•••••••••••

Inspired by Wendelin Van Draanen. Writen in 2016

Bestfriend's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang