Aku Batz. Aku mempunyai tetangga bernama Nae. Kami sudah berteman dari kecil. Saat bersamanya, aku merasa ingin melindunginya. Sampai kami dewasa, aku sadar. Rasa ini bukan tentang persahabatan. Namun aku mundur. Nae menyukai lelaki. Bahkan ia selalu bercerita tentang percintaannya. Apakah aku sakit? Jangan bodoh! Jelas aku sakit. Apakah aku cemburu? Pertanyaan macam apa itu? Sudah jelas jawabannya. Aku? Aku hanya bisa menjadi pendengar yang baik. Kakak yang baik kalau kata Nae. Ya, hanya sebatas kakak adik. Aku mengubur rasaku namun percuma. Tetap ada, bertambah dan mungkin akan selalu ada. Selama ini, aku mencurahkan berbagai rasaku ke dalam tulisan. Setidaknya aku sekarang benar-benar melengkapi kebodohanku.
Ini tulisanku saat aku tahu bahwa perhatian Nae hanya sebatas persahabatan. Nae telah memiliki kekasih dan ia lelaki.
⇨"Aku ingin mencoba meneruskannya. Rasa yang dari awal sudah kutahu bagaimana akhirnya. Aku memungkiri kenyataan, bahkan memaksa. Tak perlu waktu lama. Dalam senja ia mematahkannya. Menghancurkan dengan telak.
Harusnya tak kupedulikan perubahan itu. Harusnya kulepas bayang itu. Ah, seharusnya memang tak kuteruskan semuanya 😢"Ini adalah tulisanku saat aku tahu dia putus. Perhatiannya kembali tercurah penuh padaku. Memenuhi lagi rasa cintaku yang sudah kubuang setengah. Dengan sangat cepat. Namun dalam waktu singkat, ia kembali menjalin kasih. Kali ini adalah seseorang yang pernah ia sukai sebelumnya. Cintanya mendapat sambut, sedang cintaku menguap dalam kabut.
⇨"Hampir semua orang pernah merasakan cinta diam-diam, cinta bertepuk sebelah tangan, cinta sebatas punggung atau apapun sebutan untuk mereka yg melepas rindu melalui doa.
Tak ada kata lebih mewakilkan kecuali "mencintaimu adalah patah hati yang disengaja"
Kita berada dijalan yg sama sebelum menuju persimpangan. Saat kau berhenti sesaat dan aku bukanlah tujuanmu, jangan berbalik!"Tulisan ini aku buat karena teman-temanku selalu mengambil kesimpulan hanya berdasarkan asumsi. Mereka hanya tau aku menangisi percintaanku tanpa mereka tau siapa cintaku.
⇨"Saat aku tidak ingin bercerita, kemungkinannya hanya dua. Ceritanya tidak penting atau kamu tidak penting untuk tahu ceritanya. Kenapa aku tidak menjelaskan? Kalau memang kamu sepenting itu, aku akan bercerita tanpa kamu tanya. Sesimpel itu.
So, berhentilah menghakimi.
Jangan pernah meremehkan masalah orang lain. saat kamu diposisinya, belum tentu kamu akan sekuatnya. Dan jangan pernah menganggap lemah air mata orang lain, kamu tidak tahu perjuangannya, mungkin itu batas mampunya.
Jadi, berhentilah membiarkan pikiranmu membenarkan keadaan."Tulisan ini aku buat saat aku meyakinkan diriku bahwa aku hanya sebatas sahabatmu. Kala itu, aku menjadi pendiam. Ia menanyakan penyebabnya. Aku hanya mengatakan sedang ingin sendiri. Nyatanya? Aku cemburu. Aku merasakan perhatiannya tak lagi punyaku. Namun aku tidak bisa berbicara pada siapapun termasuk dia.
⇨"Bukan aku tak mau untuk membagi cerita. Bukan pula aku membatasi diri untuk persahabatan. Aku hanya belajar dari kesakitan.
Karena hal paling menyakitkan adalah berharap pada manusia. Menggantungkan kebahagiaan pada mereka.
Saat kita mengeluh pada mereka. Kita akan menjadi semakin lemah. Semakin bergantung. Bahkan membesarkan harap.
Tanpa kita sadari kita semakin egois. Seringkali tak tahu diri.
Padahal kita tahu kalau mereka juga punya kehidupan tapi kita tetap merasa kita yg butuh diperhatikan.
Hingga kita memaki bahkan membenci dalam diam. Seketika, kata persahabatan tertutup emosi kecemburuan. Bahkan merusak kepercayaan.
Sahabat macam apa yg memaksakan kehendak? Layakkah disebut sahabat bagi yang mengacuhkan?
Sebagai makhluk hidup, kita selalu mebutuhkan bantuan. Bahagianya kita diberikan rejeki berupa sahabat. Namun yang biasanya terjadi adalah percecokan pengertian.
Bukankah sahabat ada dalam kata "pengertian"?
Bukan masalah waktu yg kita habiskan bersama. bukan tentang tahun yg mengikat kita. Bukan pula tentang pesan atau panggilan yang memenuhi kotak masuk kita.
Ini hanya tentang kita. Bahkan saat ada yg bertanya mengapa. Aku hanya akan menjawab tentang kita. Bukan karena."

YOU ARE READING
[Short Story] Friendship Or Lover
Fanfikce"Aku tak lagi membenci senja. Dengannya, aku menemukan mereka..."