Dedicated to : CircleWriter
----
"Dinda," panggil Kai dengan lembut.
"Kai?" perempuan cantik berbalut piyama yang sebelumnya sedang tidur itu terkejut bukan main saat mendapati Kai berbaring tepat di sebelahnya, satu ranjang dengannya. "Kok kamu bisa ada di sini?" tanyanya lagi.
Kai yang sedari tadi tersenyum miring sambil menatap Dinda, kali ini menyeringai, ia kemudian tertawa. Kai lalu mengambil tangan kanan Dinda dan menggenggamnya hangat.
Deg, deg, deg.
Kai menutup kedua telinganya saat mendengar degupan jantung yang bertalu-talu, wajahnya merah menahan sakit, bibirnya sesekali merintih perih. "Arrggh!" Kai meraung kesakitan.
"Kai, kamu kenapa?" Dinda yang sedang berbaring panik bukan main, ia bangkit dari tidurnya dan mendekati Kai yang kesakitan.
"Get away, Bitch!" Kai dengan kasarnya mendorong tubuh Dinda untuk menjauh darinya.
Perempuan itu terjatuh dari kasur dan tersungkur di lantai, ia mulai ketakutan. "Kamu kenapa, sih, Kai?" tanyanya dengan mata yang berair.
Kai tak mempedulikan pertanyaan itu, ia bangkit dan menghampiri Dinda yang terduduk di lantai. "Sini," Kai menarik tangan Dinda yang berada di bawahnya untuk berdiri, ia lalu dengan kasar mendorongnya ke dinding kamar kemudian mencekik lehernya. "Lo suka gue? Iya?"
Sambil susah payah bernafas, Dinda mengangguk.
Kai merunduk, lalu tertawa. Kai kemudian kembali menatap Dinda sambil tersenyum, memperlihatkan dua taring tajam yang terpampang pada kedua sudut bibirnya. "Lo masih suka gue sekarang?"
Dinda bungkam, ia hanya terus terisak, membuat detak jantungnya bertambah cepat. Hal itu dapat Kai dengar dengan jelas, membuat Kai semakin kesakitan. Kai melepas cekikkannya pada Dinda dan beralih menutup kedua telinganya sendiri sambil mengerang.
Dinda hanya tertunduk di sudut ruangan, ketakutan membuatnya hanya diam seribu bahasa. Ia tak berani berbicara apalagi berteriak. Jantungnya berdegup kencang, ia sendiri dapat merasakannya.
Kai berbalik ke arahnya, ia berjongkok lalu menyekap mulut Dinda dengan kasar. Kemudian, Kai membaringkannya di lantai. "Kalau lo melawan, ini bakal makin sakit," Kai menyeringai. Ia melihat perempuan itu memejamkan matanya ketakutan.
Kai meraih pisau kecil yang ia simpan di kantung celana jeansnya, dilihatnya perempuan itu lagi. "Lo cantik, mungkin aja gua juga suka lo. Tapi, sayangnya...," Kai memutar-mutar pisaunya. "Gua benci manusia!" serunya, kemudian dengan tiba-tiba ia menancapkan pisau kecil yang dipegangnya pada dada hulu Dinda, lalu ditariknya ke bawah hingga mencapai perut. Pisau itu kemudian dilemparnya ke sembarang arah, tangan Kai merogoh masuk ke tubuh Dinda, meraih sesuatu di dalamnya dan menariknya kuat-kuat.
"Sweetheart," Kai tersenyum puas ketika ia berhasil mengeluarkan jantung dari tubuh Dinda. Sambil menahan sakit di telinganya, Kai mencengkram kuat-kuat jantung yang masih bendenyut itu. Benda itu akhirnya hancur, memuncratkan darah kental yang menempel pada wajah Kai.
Kai tertawa puas. Lalu, Kai melompat keluar lewat jendela kamar Dinda, meninggalkan sang pemilik kamar bersama jantungnya yang hancur.
****
Pagi-pagi di hari selasa. Kai berdiri tegap memperhatikan ratusan rangkaian bunga yang tertata rapi di pojok lobby sekolah. Di tengah rangkaian bunga itu, terpampang foto seorang perempuan cantik yang Kai kenal. Perempuan yang kemarin siang menyatakan isi hatinya pada Kai, perempuan yang juga Kai hancurkan jantung dan hatinya semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetheart
VampireKai Andreas. Vampire terakhir yang bersusah payah bertahan hidup di dunia serba modern, dunia di mana setiap orang membencinya, mengincarnya, dan berambisi 'tuk memusnahkan setiap individu dari kaumnya. Kai yang sendirian, selama beratus-ratus tahun...