BAB2:Berjuta Rasanya

205 0 0
                                    

"Suatu saat jika kau beruntung menemukan cinta sejatimu. Ketika kamu saling bertatap untuk pertama kalinya, waktu akan berhenti. Seluruh semesta alam takzim menyampaikan salam. Ada cahaya keindahan yang menyemburat, meggetarkan jantung. Hanya orang - orang yang beruntung yang mampu melihat cahaya itu, apalagi berkesempatan mahu merasakannya."

"..ajarkan aku untuk selalu memiliki hati yang cantik, hati yang cantik... Tidak peduli meski orang-orang tidak pernah sekali pun menyadari kecantikan hati tersebut."

"Seseorang yang mencintaimu karana fizik, maka suatu hari ia juga akan pergi karana alasan fizik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karana materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karana materu. Tetapi seseorang yang mencintaimu karana hati, ia tidak akan pernah pergi! Karana hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk."

"Ya Tuhan, aku sempurna tertikam oleh ilusiku sendiri. Pengkhianatan oleh hatiku yang sibuk meguntai simpul pertanda cinta."

"Mungkin ada benarnya juga buku - buku itu memberitahu. Orang - orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri."

"Percayalah, hal yang paling menyakitkan di dunia bukan saat kita lagi sedih sangat tapi tak ada satupun teman untuk berbagi. Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita lagi happy sangat tapi justeru tak ada sesiapa pun teman untuk membagi kebahagiaan tersebut."

"Kakak, apakah cinta itu memberi, seperti yang selalu Kakak lakukan saat memberi makan kepada ayam - ayam?"
"Tidak. Karana kau selalu mampu memberi tanpa sedikitpun memiliki perasaan cinta, tetapi kau takkan pernah manpu mencintai tanpa selalu memberi."

"Ya, cinta seperti hantu. Semua orang membicarakannya, tetapi sangat sedikit yang benar - benar pernah melihatnya."

"Kakak, adakah cinta itu seperti muzik?"
"Ya. Ia seperti muzik, tetapi cinta sejati akan membuatmu selalu menari walaupun muziknya telah lama berhenti."

"Kakak, dari manakah cinta sejati datang?"
"Tidak ada yang tahu, Sayang. Cinta sejati datang begitu saja, tanpa satu alasan apapun yang jelas!"

"Apakah cinta sejati itu? Adakah ia sebentuk perasaan yang tidak dibagi lagi? Adakah ia sejenis kata akhir sesebuah perasaan? Tidak akan bercabang? Tidak akan membelah diri lagi? Titik? Penghabisan? Bukankah lazim seseorang jatuh cinta lagi padahal sebelumya sudah berjuta kali ke pasangan - pasangan lamanya, "Ia adalah cinta sejatiku!"

"Kakak, adakah cinta sejati sesejuk air sungai?"
"Ya. Cinta sejati memang seperti air sungai, sejuk menyenangkan, dan terus mengalir. Mengalir terus ke hilir tidak pernah berhenti. Semakin lama semakin besar karana semakin lama semakin banyak anak sungai yang bertemu. Begitu juga cinta, semakin lama mengalir semakin besar batang perasaannya."
"Kalau begitu hujung sungai ini pasti hujung cinta itu?"
"Cinta sejati adalah perjalanan, Sayang. Cinta sejati tak pernah memiliki tujuan."

"Kakak berbohong. Cinta tidak seperti air sungai, sejuk, dan menyenangkan. Baginya, sekarang cinta lebih sepert moncong meriam. Sesaat lalu melontarkannya tinggi sekali hingga ke atas awan, tetapi sekejap kemudian menghujamkannya dalam - dalam ke perut bumi."

"Tidak seperti waktu, relativitas nasib sudah diterjemahkan dengan maju oleh manusia di seluruh muka bumi melalui ukuran tertentu, yang sayang sekali ukuran tersebut mutlak berasal dari kesepakatan mereka."

"Percayalah, hal yang paling menyakitkan di dunia bukan saat kita lagi sangat sedih tapi tak ada satupun teman untuk berbagi. Hal yang paling menyakitkan adalah saat kita lagi happy tapi justeru tak ada satu pun teman untuk membagi kebahagiaan tersebut."

"..., kehidupan ini tak selalu memberikan kita pilihan terbaik. Terkadang yang tersisa hanyalah pilihan-pilihan berikutnya. Orang yang bahagia selalu berpegangan pada pilihan kedua yang terbaik, selalu berpegangan pada pilihan kedua yang terbaik.... Melupakan pilihan pertama yang tak pernah kau capai... ..."

"Untuk kita, yang terlalu malu walau sekadar menyapanya, terlanjur bersemu merah, dada berdegup lebih kencang, keringat dingin di jemari, bahkan sebelum sungguhan berpapasan.
Untuk kita, yang merasa tidak cantik, tidak tampan, selalu merasa keliru mematut warna baju dan pilihan celana, jauh dari kemungkinan menggapai cita-cita perasaan.
Untuk kita, yang hanya berani menulis kata-kata dalam buku harian, memendam perasaan lewat puisi-puisi, dan berharap esok lusa dia akan sempat membacanya.
Semoga datanglah pemahaman baik itu. Bahawa semua pengalaman cinta dan perasaan adalah spesial. Sama spesialnya dengan milik kita, tidak peduli sesederhana apapun, sepanjang dibungkus dengan pemahaman-pemahaman baik."

ANGIN! SAMPAIKAN RINDUKUWhere stories live. Discover now