My Crazy Brother-1

809 9 0
                                    

Author POV

Lelaki itu memasuki kamar gadis muda dengan mengendap-ngendap. Dikamar yang penuh dengan stiker dipintu lemari pakaian. Ia mengambil terompet tahun baru yang terletak di sebuah keranjang dibawah meja belajar.

1...2...3

Prettt ...prettt (anggap aja suara terompet)

"HAPPY NEW YEAR...YEE HAPPY NEW YEAR..OOOO YEEE" teriaknya

"BANG DIKA BERISIKKK.. LU MENGANGGU HIBERNASI GUE" balas gadis muda yang tengah berbaring ditempat tidur, dengan badan yang tergulung selimut.

"Hahaha...ngakak ra ngakak" ucap Bang Dika .

"Ketawa lu yah"

"Hahaha, hibernasi pala lu, bangun woy udah pagi juga! Gue nggak mau yah terlambat cuman gara-gara lu. Bego banget lu ra" paksa Bang Dika dengan menarik kaki Ara.

Karna terlalu lemah, tubuh Ara terseret dengan tarikan Bang Dika dan akhirnya terjatuh ke lantai.

"Ee somplak lu Bang" cibir Ara kesal.

Bang Dika pun meninggalkan kamar Ara dengan tertawa puas.
.
.
.
Keluarga kecil itu sedang berkumpul dimeja makan, untuk melaksanakan aktivitas rutinnya yaitu sarapan.

"Ma, Pa Aku berangkat dulu yah! Woy Ra cepetan napa!" Pamit Bang Dika.

Ara mengeluarkan senyum menyeringainya? Dan itu membuat sebuah pertanyaan untuk Bang Dika. Bang Dika hanya mengangkat satu alisnya, ia pun pergi menuju pintu depan.

1..2..3

"ARA" teriak Bang Dika dari luar pintu.

Tepat...

"BHAHAHA" ketawa Ara meledak seketika.

Hengki dan Eva seketika bertatapan.

"Hahaha yaudah ma, pa aku pergi dulu ya hahaha" ucap Ara menyalami kedua orangtuanya yang tampak bingung dengan apa yang sudah terjadi kepada dua anaknya.

Sesampainya diluar, Bang Dika menatap Ara dengan sinis. Namun, Ara hanya menaikkan satu alisnya lalu duduk dikursi depan sambil memasang sepatunya.

"Lo ambil nggak itu sepatu atau nggak lo nggak berangkat bareng gue!" Suruhnya sambil menunjuk sepatu yang tegantung dipohon mangga yang tertanam didepan rumahnya. Yah benar itu semua perbuatan Ara.

"Heh, gue bisa naik sepeda kale" balas Ara.

"Lagian ya, salah lu sendiri! kenapa menganggu hibernasi gue!...udah ah gue mau pergi entar telat lagi! Blekk" lanjutnya sambil menjulurkan lidah ke arah Bang Dika.

"ARA!, lo tu yah kenapa jadi adik ngeselin banget ya! Ngidam apa mama sampe ngelahirin anak kek lo?" Umpatnya.

Ara pun mengayuh sepedanya meninggalkan rumah bercat putih dan berpagarkan besi berwarna hitam tersebut. Ara tertawa puas diperjalanan menuju sekolahnya.

Jam sudah menunjukkaan pukul 07.00, Ia dan Bang Dika harus segera sampe pada pukul 07.15 lebih dari itu maaf maaf saja kalian harus mempunyai alasan yang masuk akal atau mengeluarkan tampang manja untuk membujuk Sang Satpam sekolah yaitu Pak Ujang.

Ara baru belajar di SMAN 1 selama 2 minggu, sedangkan Bang Dika sudah 1 tahun belajar di SMAN 1.

Byurr

Air itu mengenai seragam Putih Abu-abu yang dipakai oleh Ara, sepeda yang dikendarainya sudah tidak terkendali dan akhirnya terjatuh dipinggir trotoar jalan.

"Adaw mak sakit" rengeknya, memegangi bokongnya yang terduduk diaspal.

"Eh buset tuh motor ye kurang kerjaan banget nyiram gue! Gue tau gue itu cantik, tapi nggak usah disembur juga kali!" Umpatnya sambil mengangkat sepedanya.

Ara pun masih melihat motor tersebut, motor Ninja berwarna merah, dan plat motor yang sudah tak asing lagi didirinya.

Bang Dika!

" Arrggghh tu anak, hobinya bangunin singa tidur" Ara pun segera mengayuh sepedanya dengan cepat, bertujuan untuk mengejar Sang Abang.

Tepat pada lampu merah sepeda Ara mengerem disamping Motor Bang Dika.

"Siapa yang sampe disekolah duluan? Yang kalah harus kasih Rp10.000 ke yang menang!" Tantang Ara dengan menaik-turunkan alisnya.

"Ok siapa takut!" Jawab Bang Dika.

Ara...ara lu tuh naik sepeda ra! Yakali lu yang menang *batin Bang Dika.

Dan...

Go...

Ya bung Ara mengayuh sepedanya dengan kencang. Lain halnya dengan Bang Dika yang tampak santai mengegas motor ninjanya, Ara sekarang berada diposisi pertama. Oh tidak Ara tidak melihat bahwa ada lubang didepannya, dan...

Brukk'

Darah segar muncul melalui lutunya, dan mengalir dibetisnya. Hingga meresap ke dalam kaus kakinya.

Melihat kejadian itu, Bang Dika segera memberhentikan motornya.

"Ara lo nggak papa dek?" Tanya Bang Dika sambil meminggirkan sepeda dari tubuh Ara.

"Aw sakit Bang!" Rengeknya. Butiran hangat keluar dari kelopak mata Sang Kakak, melihat kondisi Ara yang sudah berlumur darah.

"Yah udah Ra, Abang berhentiin taksi yah! Sepeda lo biar gue yang urus"

Ara hanya tersenyum tipis melihat kekhawatiran Abangnya tersebut.

Setelah menyetop taksi, Bang Dika segera mengangkat tubuh Ara kedalam taksi.

"SMAN 1, Jl. Mentari" ucapnya kepada supir taksi seraya menutup pintu mobil.

Dibalik kaca mobil, Ara memberikan senyuman hangatnya kepada Sang Abang.

Bang Dika menelpon Eva mamanya agar menyuruh satpam kompleknya mengambil sepeda Ara.
.
.
.
Tidak lama kemudian Pak Satpam datang, dan membawa sepeda itu pulang.
Setelah semuanya sudah beres, Bang Dika segera mengegas Motor Ninjanya. Gerbang sekolah SMAN1 sudah terlihat di lensa mata Bang Dika. Tampak Ara yang terduduk di kursi Pos satpam, setelah memarkir motornya Bang Dika segera mengandeng Ara menuju UKS.

Hallow, Abang2 mbak2.

Dukung aku terus yah, dgn cara vomment cerita yg aku terbit/update.

Love you smua 😘😍

Syakira 🙋

My Crazy BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang