"Sendiri"

14 1 1
                                    

" Kamu.. Kamu Siapa ? "

Aku terdiam. Apa ini sebuah lelucon ? Apa yang terjadi ? Aku melihat Syahla menatapku dengan dingin. Seolah olah dia tidak bercanda. Dia benar benar lupa.

" Ini Bima, maaf aku salah orang ", jawabku

Aku pergi meninggalkannya dan menuju toilet. Kutatapi cermin. Tidak ada yang salah dengan wajahku. Saat menuju kelas, aku berpapasan dengan sahabatku Dimas.

" Dimas ! ", sapaku

" Eh.. ermm Bima ya !? ", tanya Dimas sambil ragu ragu

" Iya, Bima. Kamu.. "

" Kamu dari SMA mana ? ", Tanya Dimas sambil memotong perkataanku.

" Hah ? Aku bukan murid baru. ", jawabku

" Bukan ? Berarti kamu pindahan dari kelas lain dong ? Jarang jarang ada yang pindah kelas di semester 2. Aku ke kelas duluan ya ! "

Kepalaku terasa berasap. Pikiranku sangat kacau. Dimas, sahabatku menganggapku orang asing juga. Ini benar benar lelucon ! Jika ini untuk merayakan hari ulang tahunku, mereka telat 2 bulan.

Bel masuk berbunyi. Keadaan kelas yang biasanya ramai oleh kelakuanku, sekarang berubah total. Semuanya sibuk dengan urusannya masing masing. Aku hanya diam di bangku. Guru biologi kami, Bu Imas masuk. Saat mengabsen, reaksinya sama seperti Pak Dimas saat menyebut namaku. Padahal Bu Imas adalah guru yang sangat baik kepadaku. Aku hanya diam sambil mengerjakan tugas yang diberikan hingga bel pulang.

Kulihat Syahla sedang berjalan sendiri. Saat inginku hampiri, seorang laki laki mendekatinya. Syahla tersenyum kepadanya. Mereka sangat akrab. Kupikir dia hanyalah sahabat Syahla. Hingga salah satu temannya menyindirnya.

" Ciee yang baru pacaran.. pajak jadiannya jangan lupa yaa ",

Ya ! Aku mendengarnya. Pikiranku yang sudah mulai dingin kembali kacau. Apa yang sebenarnya terjadi ? Aku memang belum menembaknya. Tapi, semua teman Syahla dan temanku tahu kalau aku berencana menembaknya di awal semester dua. Kulewati saja mereka berdua.

Kudengar ucapan si laki laki itu. Aku merasa kenal dengan nadanya. Aku langsung membalikan kepalaku dan melihatnya. Dimas ! Pacar Syahla adalah Dimas. Dadaku terasa sakit. Pikiranku bertambah kacau. Aku kembali berjalan dan langsung menaiki angkutan umum.

Sesampainya di rumah, suasana keluargaku sangat normal. Tidak ada yang berubah sama sekali. Hanya ada Ibuku saja di rumah. Jika ditanya kemana Ayahku, dia meninggal saat umurku lima tahun. Ibuku seorang dokter mata. Kebetulan sekarang dia sedang tidak ada panggilan.

Kubuka laptopku dan melihat lihat album fotoku. Fotoku yang bersama Syahla masih kusimpan. Tapi aneh sekali rasanya jika dia melupakanku. Aku masih berpikir ini hanyalah sebuah lelucon.

Kubuka ponselku dan mencoba mengiriminya pesan.

Syah, kamu tadi bercanda ya ? Pas tadi di kantin.

Tidak lebih dari 5 menit, ponselku bergetar. Syahla membalas pesanku.

Canda gimana ? Kamu tau nomor ini darimana ?

Aku bingung bagaimana membalasnya. Tapi mungkin Syahla benar benar lupa ! Tapi kenapa ?

Keesokan harinya, seorang gadis berdiri di depan rumahku. Aku memperhatikan wajahnya baik baik. Dia adalah gadis SMA yang aku selamatkan kemarin. Setelah 5 menit, dia pergi. Mungkin dia hanya ingin berterima kasih. Tapi bagaimana dia tahu alamatku ?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Second Chance.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang