Rinjani.

81 4 0
                                    

Gadis berambut pendek dengan poni yang khas menutupi dahi itu tengah berjalan santai, ditengah hiruk pikuk New York yang notabene berpenduduk sibuk, sambil menyesap teh hangat yang ia beli di minimarket dekat dengan apartement nya dia dengan lunglai memasuki perpustakaan besar disalah satu kampus terkenal di New York. 

"Yah, hari terakhir  dikota keren, besok balik ke kampung." Rinjani mendengus, ia melihat sekeliling tidak ada yang berubah hanya penjaga perpustakaan yang sekarang berganti menjadi wanita sekitar berumur emput puluh tahun-nan yang dulunya adalah seorang remaja seumuran dengannya. Kepalanya menerawang, kenapa Sally (penjaga perpustakaan) menua dengan cepat tapi pikirannya sontak buyar setelah melihat papan nama didepan wanita tersebut. "Penelophe, nama yang aneh." Ujarnya pelan, dia menghampiri meja Penelophe dengan raut muka tegas, Penelophe memandangnya aneh ia melihat dari atas sampai bawah, mungkin di pikirannya kenapa ada anak SMP mau jalan-jalan ke  perpustakaan yang pasti nya membosankan. Tapi sayangnya pikiran Penelophe salah, karena Rinjani bukan anak SMP ia sudah memasuki tahun terakhir di SMA alias umurnya sudah menginjak hampir delapan belas tahun dan yang kedua, Rinjani tak pernah menganggap perpustakaan adalah tempat yang membosankan baginya perpustakaan sama seperti Dufan atau Disneyland.

"Can i help you?" tanya Penelophe ramah, raut muka Rinjani masih tegas kedua alisnya ditautkan.

"Yes, i wanna return this book, and oh yeah can i ask you something?"

"Sure."

"Where is Sally? Did she resign?"

"No, she's not resign she just can't go to library today untill Friday."

"Thanks God, and one more thing, can you tell her; Rinjani will come back to Indonesia and maybe will comeback to NYC someday so don't miss me, i will sent you an e-mail. Okay that's all can you please tell her?"

"Of course, by the way who is Rinjani if she asked me?"

"Don't worry she already know who Rinjani and by the way Rinjani its my name. Okay i have to go now, bye Penelophe, TERIMA KASIH!!"

Setelah mengembalikan buku-buku tesebut dan berhasil membuat Penelophe garuk kepala tanda kebingungan ia segera pergi dari perpustakaan, karena hariini adalah hari super sibuk nya untuk menyiapkan segala persiapannya untuk pulang kampung halamannya, Indonesia. Usai mondar mandir keliling New York hingga jam sembilan malam, ia memutuskan untuk kembali ke apartementnya, ia menaiki tangga perlahan menghitung anak tangga seperti kebiasaannya ketika pulang, sesampainya dilantai paling atas didepan kamarnya dari balkon ia memandang pemandangan kota New York malam hari, "indah banget, gak mau pulang." Gumamnya sendiri, dengan suhu yang semakin dingin ia merapatkan jaketnya, memasuki tangan kirinya ke saku jaketnya berusaha meraih kunci apartement dengan bandul Pikachu. 

Ia menyalakan lampu, melepaskan sepatu boot berlari kecil ke arah sofa yang multifungsi menjadi tempat tidur, ia menghempaskan diri ke sofa merah itu, mengedarkan pandangannya ke sekeliling  kamar apartementnya yang super mungil ini, ia selalu sendiri hampir setiap hari di setahun setelah sepeninggal ayahnya satu tahun lalu. New York adalah kota dimana ia bersembunyi, bahkan bisa dibilang tempatnya untuk melupakan segala kesedihan yang melanda nya satu tahun lalu, sekarang ia berhasil, ia tak ingin sembunyi lagi. 

"Ketika Rinjani tidak bersedih, kembali lah, jadi Rinjani untuk Papa." Ia mengulang kalimat yang di ucapkan Papa nya sebelum ia meninggal. Rinjani memukul kepalanya pelan dengan bantal, ia terus terngiang apapun yang Papa nya ucapkan, yang Papa nya lakukan bersamanya tiap hari. Ia bangkit, menghampiri koper super besarnya, keperluannya sudah lengkap, ia menutup koper tersebut ia kembali lagi ke sofabed kesayangannya, tanpa basa basi lagi tanpa mengganti pakaiannya, atau bahkan menggosok gigi, Rinjani memejamkan matanya.

Mimpi Indah RinjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang