"Kyaaaa hoshi"
"Hoshi kau memang sangat tampan"
"Astaga aku tidak bermimpikan bisa satu sekolah denganmu hosh?"
"KYAAAAAA"
Oh astaga teriakan-teriakan mereka sungguh membuat telingaku sakit, aku hanya memandang kerumunan itu dari kejauhan, berharap seseorang menyelamatkanku dari kebisingan ini.
Sudah sejak 3 bulan yang lalu kelasku tampak ramai karena anak pindahan itu... Mungkin dia bukan hanya anak pindahan biasa, dia dari kalangan idol yang kini tengah naik daun yaitu Hoshi Seventeen. Siapa sih yang tidak kenal Seventeen, idol beranggotakan 13 orang itu kini sangat di gandrungi para remaja maupun dewasa bahkan anak kecil seperti sepupuku saja menyukainya, jadi tidak salah jika salah satu member nya yang pindah ke sekolah ini kini selalu di kerumuni.
Aku awalnya sempat tak menyangka jika anak itu akan pindah ke sekolah ini, dan efek dari semua ini adalah kebisingan, dan ketidak nyamanan. Semua perempuan yang bersekolah disini bahkan berbondong-bondong datang ke kelasku walau sekedar menyapa lelaki bermata sipit dan berambut biru itu, bahkan saat pelajaran berlangsung pun mereka selalu mengintip dari balik jendela, sungguh itu membuatku sebagai ketua kelas sangat jengkel.
Aku tertidur di samping jendela dengan tangan yang ku jadikan sebagai bantalan kepalaku dan sesekali melihat kerumunan itu lalu kualihkan kembali pandanganku pada jendela.
"Dia sengaja atau memang begitu sih." Ucapku kembali menatap kerumunan itu lagi.
Lelaki bermata sipit itu terus saja tersenyum saat perempuan-perempuan itu memberikan kado kepadanya, kini matanya menatap sekitar dan tak sengaja mata kami bertautan cukup lama hingga dia tersenyum dan kembali melakukan fanservice.
"Astaga tatapan itu." Lirihku dengan sesekali meraba dada sebelah kiriku mencoba menormalkan lagi detak jantungku yang semula berdegup tak karuan.
Aku kembali mengingat perkataan seseorang padaku untuk tidak menghiraukannya saat di sekolah. Yaa mungkin cara itu akan menyelamatkanku dari sasaeng fans dia di sekolah.
"(y/n), apa Choi saem tidak masuk?" Tanya wanita bertubuh mungil dengan buku yang ia bawa untuk menutupi wajahnya yang cantik itu menghampiriku...
"Mungkin Choi saem terkena macet karena perempuan-perempuan gila itu." Jawabku sambil melirik kerumunan yang tak ada habisnya.
"Kau tak ingin berada di samping hoshi?" Tanyanya.
"Haha apa maksudmu?, jika kau ingin berada di sampingnya kau butuh mental baja untuk menghadapi kerumunan itu." Jawabku lagi.
"Waw bahkan kau sudah profesional dalam hal ini." Ucapnya dengan wajah yang tampak kagum.
"Sudahlah suhyun kembali saja ke tempatmu dan jangan terlalu mengumbar hubunganku dengan lelaki biru itu." Ucapku dengan sesekali mendorong pelan wanita itu agar kembali ke tempat duduknya.
Hingga pria paruh baya yang sedari tadi ku harapkan terlihat berjalan menuju kelas kami, dia terlihat memarahi perempuan yang berkerumun di luar agar masuk ke kelasnya masing-masing. Dan menggebrak meja dengan penggaris besarnya agar semua kerumunan itu lenyap tak tersisa, aku terkekeh saat melihat Hoshi yang juga kena marah olehnya sampai lelaki sipit itu tertunduk dan mengangguk lesu kemudian berjalan menuju tempat duduknya yang berada di sampingku.
"Kasihan bayi biru ini kena marah." Ledekku saat dia sudah duduk di tempatnya.
"Kau menang hari ini." Ucapnya menatapku dengan matanya yang tajam.
"Mau teraktir tteokbokki?" Tanyaku dengan senyum meremehkan.
"Asal kau menemaniku sore nanti." Jawabnya kembali menatapku dan tersenyum manis.
"Sialan, aku tak mau makan hati lagi Kwon Soonyoung." Ucapku.
"Sebagai pacar yang baik seharusnya kau menurutiku (y/n)" Bisiknya dengan sesekali mendekatkan tubuhnya.
"Kau benar-benar menyebalkan hosh." Lirihku dengan memalingkan wajah dan menatap Choi saem yang kini tengah menerangkan.
"Aku janji sore nanti tak akan ada yang mengganggu kencan kita." Bisiknya lagi sembari mengulurkan jari kelingkingnya.
Aku menatapnya tajam, mengisyaratkan agar dia sedikit menutup mulutnya akan hubungan kami yang sebenarnya.
"Iya iya sayang aku tak akan membocorkan semuanya, hah kau bahkan lebih kejam dari jeonghan hyung." Lirihnya dengan sesekali memanyunkan bibirnya.
"Bertingkah sewajarnya hosh, aku tak mau wajahku terkena cakaran sasaengmu." Ucapku lagi tanpa menatapnya.
Dia terkekeh geli mendengar ucapanku, tangannya terulur dan menggenggam tanganku di bawah meja, aku hanya tersenyum melihat tingkahnya yang kekanakan namun entah kenapa aku sangat menyukainya...