Chapter 1 - Starting

630 3 1
                                    

Cahaya matahari yang muncul dari cela-cela jendela telah membangunkanku dari tidurku. Dan aku sangat bersyukur karena tuhan masih memberikanku untuk bisa melihat dunia ini yang sangat indah. Aku baru ingat, kalau ibu telah menyuruhku untuk pergi mengantarkan kue pesanannya ke tetanggga sebelah yang telah dipesannya kemarin. Aku harus segera mandi dan membersihkan wajahku yang kusut ini supaya ibu tidak memarahiku.

"permisi!" panggilku saat telah diujung pagar rumahnya yang cukup karatan. Tak ada seorang pun yang menjawab panggilanku. Pikirku rumah ini juga sepi. Mungkin penghuni rumah ini sedang pergi atau sedang ada urusan diluar rumah. Lalu kucoba untuk memanggil lagi. "permisi! Apa ada orang disana?" lalu masih seperti yang tadi, tak ada satu orangpun yang menyaut panggilanku. Ku lihat ke sekeliling rumah itu. Ku temukan tombol kecil yang terdapat di pinggir pagar, tombol itu seperti tombol bel rumah. Tak lama, lalu kucoba untuk menekan tombol itu beberapa kali. Syukurlah, penghuni rumah itupun keluar rumah sambil tersenyum manis karena melihatku berdiri didepan pagar. Ia seorang lelaki

"hey! Maaf aku sedang asyik bermain play station" ucapnya sambil memakai kaos berwarna putih dengan celana jeansnya yang berwarna biru dan menunjukkan giginya yang rapi itu.

"feelingku juga begitu, kamu pasti sedang bermain play station seperti biasanya"

"hahaha sepertinya kamu tahu persis seperti apa sifatku. Apa kamu sudah lama menunggu?"

"tidak, tidak terlalu lama. Aku kemari hanya ingin memberikan kue pesanan ibumu"

"oh ya terima kasih. Kebetulan ibuku sekarang sedang tidak ada dirumah. Apa kamu ingin bermain play station denganku?"

"boleh, jika itu tidak membuatmu keberatan"

"tentu saja tidak. Ayo masuk"

Aku masuk kedalam rumahnya dan kami bermain play station. Kami memang akrab sejak kecil, karena orang tua kami pun sudah berteman cukup lama. Oh ya namaku Helyn Stephane Danette, aku keterunan Indonesia-Perancis. Ibuku dari Indonesia dan ayahku asli dari Perancis. Usiaku sekarang 15 tahun menuju 16 tahun. Rambutku hitam kecoklatan, kulitku kuning langsat, mataku berwarna coklat dan hidungku tidak terlalu mancung, dan tidak terlalu pesek. Hidungku masuk ke dalam kategori standar. Aku mempunyai satu orang kakak perempuan yang sangat baik hati dan sayang kepadaku. Aku dan kakakku hanya selisih 2 tahun.

Dan lelaki ini bernama Greyson Michael Chance, ia sebenarnya tinggal di Edmond, Oklahoma. Tetapi karena ayahnya yang harus pindah kerja ke Indonesia, maka ia pun juga harus ikut pindah ke Indonesia. Dan itulah alasan mengapa aku dan dia bisa saling mengenal satu sama lain. Usianya 16 tahun, ia terlahir dengan rambut yang berwarna kecoklatan, hidung mancung, badan yang tinggi, gigi yang rapi, intinya ia termasuk kedalam kriteria laki-laki idaman semua wanita, tetapi entah mengapa rasanya aku tidak tertarik dengannya. Ia memang orang yang sangat baik untukku, ia selalu ada disaat aku senang, sedih, maupun marah. Kita saling bersahabat sejak kita masih berusia 5 tahun, mungkin aku bisa menyebutnya 'sahabat sejati'. Ia mempunyai dua orang kakak, satu kakak perempuan, dan satu orang kakak laki-laki.

Kami mempunyai hobi yang berbeda, aku hobi membaca buku, dan ia hobi bermain game. Ia sangat pandai dalam pelajaran matematika, dan aku sering memintanya untuk mengajariku disaat aku kesulitan mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah.

"kali ini aku benar benar menyerah. Aku kalah" ucap Greyson ketika ia kalah tanding game Mortal Kombat denganku.

"yeaaah! Baru segini saja kau sudah menyerah? Padahal setahu ku engkaulah yang paling pandai bermain game seperti ini dibanding aku" jawabku sambil menjulurkan lidah tanda meledek.

"hey kamu jangan salah pengertian dulu. Mungkin kamu bisa anggap jika aku mengalah, bukan kalah. Karena arti mengalah sangat beda dengan arti kalah" sahutnya sambil membalas ledekanku dengan lidahnya.

"ya, aku tahu itu hanya alasanmu saja"

Tiba-tiba saja ada suara melengking yang muncul dari perutku. Mungkin ini tanda jika aku sudah lapar saat ini.

"hey apa kamu mendengar suara aneh? Seperti gemuruh-gemuruh cacing yang sedang kelaparan"

"gemuruh cacing? Jangan sok tahu kamu. Apa kamu pernah mendengar cacing yang sedang bergemuruh? Setahu ku ini aku yang sedang lapar, bukan cacing yang ada diperut!" jawabku kesal.

"hahaha akhirnya kamu mengaku juga. Tanpa kamu mengaku juga aku bakal tahu kalau kamu sedang lapar"

"oh jadi kamu sengaja memancingku? Yang aku inginkan saat ini adalah makanan, bukan ledekan!"

"ok ok maafkan aku. Ayo kita masak. Mungkin memasak tidak memakan waktu yang lama. Semoga perutmu kuat ya untuk menemani kita memasak"

"kamu ini masih saja meledekku. Ayo cepat masak! Lebih cepat lebih baik!"

***

Masakannya pun sudah matang. Aroma masakannya sangat harum dan sangat menggoda. Perutku pun sudah berbunyi untuk yang kesekian kalinya. Tunggu apa lagi? Saatnya makan!!!

"cepat sekali kamu makan, benar-benar sangat lahap. Aku harap kalau sedang makan itu lebih baik pelan-pelan, supaya tidak tersendat"

"ah Grey, perutku benar-benar sudah sangat lapar. Hmm kamu sebenarnya juga sering melakukan seperti ini kan kalau sudah sangat lapar? Semua orang juga pasti pernah merasakan dan akan melakukan hal yang sama. Percayalah" jawabku sambil mengunyah makanan yang ada dimulutku tanpa sabar.

"ya, aku tahu. Tapi itu tidak sopan"

Aku mencoba untuk memberhentikan kunyahan ku.

"beda hal jika sedang di tempat umum. Tidak mungkin lah aku melakukan hal seperti ini. Dan aku juga tahu kalau ini memang tidak sopan. Karena kita sedang didalam rumah, dan hanya ada kamu yang melihat, makanya aku seperti ini"

"dasar keras kepala. Yasudah lanjutkan makananmu. Tapi kamu harus janji, tidak akan melakukan ini didepan orang lain, apalagi didepan orang yang tidak kamu kenal. Malu-maluin aku aja"

"iya aku janji"

***

Kami pun sudah selesai makan siang. Greyson menantangku untuk bermain play station lagi dengannya, tapi aku menolak. Karena aku lebih memilih membaca buku di taman baca yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku. Kebetulan cuaca diluar sedang mendung, jadi aku bisa berjalan tanpa perlu terkena sinar matahari yang cukup menyengat.

"kamu mau ke taman baca?"

"iya. Kenapa? Kamu mau ikut?"

"tidak. Aku tunggu ibuku dirumah saja sambil bermain play station"

"oh yasudah. Kamu berani sendirian dirumah?" ledekku.

"menurtmu? Aku beranilah, jelas karena aku laki-laki, sedangkan kau perempuan. Perempuan lebih lemah dibanding laki-laki. Justru aku yang harusnya bertanya sama kamu. Kamu berani ke taman baca sendirian?"

"kalau aku tidak berani, aku tidak akan ada niat untuk pergi kesana"

"oh baguslah kalau begitu. Aku kira kamu tidak berani. Yasudah, kalau begitu hati-hati ya"

"tenang saja. Kamu juga hati-hati!"

"ok" jawabnya sambil menunjukkan barisan giginya.

Lalu aku meninggalkan Greyson sendirian dirumahnya, karena pikirku pasti ibunya sebentar lagi juga akan pulang.

***

"Helyn!"

Setelah aku sampai di taman baca, tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil namaku. Suaranya serak, dan sangat khas, aku kenal suara ini. Suara itu suara laki-laki. Dan setelah aku menoleh karena penasaran, ternyata...........

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Light Up The Dark [Greyson Chance]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang