01

3.4K 225 6
                                    

Hi.

___
___

Plettak!

"AKhmp!"

Reflek bagus menutup mulut sendiri saat sakit terasa di bagian belakang kepalanya. Sebuah kertas laknat berbentuk bulat membentur manis pada kepalanya. Tidak semudah menutup mulut saat tertawa seperti yang di lakukan pelaku, si korban melelehkan air bening di ujung matanya, sakit. Apalagi dia tidak bisa berteriak saat pelajaran.

"Jimin Park, aku harus mengajarimu cara halus untuk bercanda."

Buka.

"Kau tidak serius tentang apa yang kau katakan waktu di lab. Tadi kan? Aku fikir seleramu beda, ternyata sama saja. Suka yang ganteng."

Siapa yang tidak suka orang ganteng, Park munafik?
Tapi bukan itu masalahnya.

Pelajaran bercermin pun harus Jimin pahami benar, siapa dirinya, siapa yang diledeknya.
Dan cari perbedaannya dalam hal ini.
Tidak ada!

Si korban menulis dengan 'sabar'

"Brengsek Park, aku sangaaattt mencintainya."

"Hoseok-hyung?"

"Apa Taehyung-ah? Kau sudah selesai?"

Oh iya ini sedang ujian. Taehyung mendelik pada Jimin di belakang.

"Cemaskan saja Jimin, aku minta tolong bukan memerintah, berikan ini pada Park Jimin."

Benar, si jenius mana mungkin selama dia dalam mengerjakan ujian, Hoseok mengangguk.

Seperti dèja vu, kepalanya sakit lagi. Seseorang tertawa lagi.
Sopan sekali, mengingat Taehyung adalah temannya.

"Aku tidak bodoh, pangeran Jeon itu terlalu sulit didapatkan, sekelas dengan kita saja itu sudah keberuntungan sayang. Dan kesialan buatnya kekeke."

Taehyung tidak berekspresi. Memang beginilah dia.
Jika di flashback, saat dia membalas tulisan acak Jimin, wajahnya begitu datar saat menulis 'Sangaaat mencintai.'

Belom dia balas tapi seseorang merebutnya.

Bukan gurunya, tapi si ketua kelas.
Ah, waktu nya sudah selesai. Lihat sekarang, mana ada jatuh cinta tapi wajahnya masih datar padahal orang yang dia 'cintai' itu sedang mengambil kertasnya.

Tak ada wajah memerah.
Tak ada detak jantung heboh.
Tak ada Park Jimin.
Kemana anak itu?

Oh- sedang berlarian mencari jawaban. Rasakan itu.

"Park Jimin! Waktu habis!"

Taehyung menyeringai.

Rasakan Park sayang. Aku mencintaimu. Batin Taehyung.

"Yah Jungkook."

Helaaan Jimin tak didengar. Sebelum Jungkook beranjak, Taehyung mencegat tangannya.
Jungkook menoleh dingin. Jimin menutup mulutnya kagum, temannya sangat 'agresif'.
Si pangeran.

"Jeon, kau buta?"

"Ha?

Jimin yang menjawab, dan segera dia tutup kembali mulut manisnya saat Taehyung mendelik.

"Maksudmu?" Lelaki bersurai hitam yang kontras dengan kulit pucatnya menjawab dingin.

"Itu kertas coretan, bukan lembaran jawaban."

Jungkook menyeringai, dia mengambil lembar jawaban milik Taehyung lalu tetap pergi.

"Yah!"

"Apa yang kau gosipkan saat ulangan akan menjadi bahan pertimbangan guru yang sangat menyayangimu, Taehyung."

Taehyung diam.

Lebih mudah bagiku jika kau langsung membacanya. Maka aku tidak usah susah-susah nantinya.

___
TBC

Ini semacam awal aja. Jadi pendek hehe, takut gak suka wkwkw.

Are You Nuts?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang