Hujan Bulan November

592 3 1
                                    

Alur

Memandang hawa di sebuah haluan
Tanpa kata, cukup dengan pandangan
Menjadikan seonggok kayu sebagai sandaran
Tanpa sedikitpun rasa heran

Air suci membasahi wajahnya
Apakah itu kesalahan?
Berdiri mematung di belakangku
Dalam khusyuk, ku mampu tersenyum

Berbaris kata-kata sang pujangga
Merubah takdir harapan kasihnya
Dalam kesucian bulan yang menenangkan
Terus berbisik sejak langit membiru

Namun kalbuku mengerang kesakitan
Terjatuh di antara dua persimpangan
Ku memilih yang kanan meski membunuh jiwa
Tetaplah rasa itu tak pernah hilang

Menjaga

Kubangan lumpur menggelapkan mataku
Tak mampu ku memandang setiap wanita yang dijumpa
Entah, ada apa gerangan
Kapankah aku mampu menatap sebuah paras nan indah
Bak bidadari daripada bidadari

Hanya dia... hanya dia yang ingin terus ku lihat
Siapa dirinya, siapa diriku?
Hatiku mengejang menatap kilauan intan di matanya
Tetap saja belum mampu mendekapnya

Ya Allah, jagalah imanku
Dan tetapkanlah hatiku dengan hatinya
Ku ingin restu yang halal dari-Mu
Walaupun bukan bidadari surgaku.
Namun, ia tetap menjadi harta karun duniaku

Atas Nama Cinta

Janji tetaplah janji
Sumpah tak mungkin dapat menua
Atas nama cinta, milikku padamu
Janganlah kau bawa-bawa nama Tuhan

Hidup ini kian terasa indah nan sempurna
Bila selalu diriku disisimu setiap waktu
Hingga hembusan napas yang terakhir
Dan kita pun bertemu

Engkau hela ribuan napasku
Kau kumpulkan darahku menjadi sebuah samudera
Belahlah dadaku agar kau tahu
Bahwa cinta kita sehidup semati

Muhal

Serpihan kaca terpental jauh
Sejauh perasangka seorang yang jenuh
Menggambarkan kesunyian dalam terang
Dan keramaian dalam gelap

Siapalah diri ini
Untuk meminta buih yang memutih
Menjadi jutaan permadani
Seperti mana yang tertulis dalam novel cinta

Juga mustahil bagiku merubah segala harapan
Merayu bintang di langit
Semua itu membuat tak termampu
Yang ada hanya noda kecil belaka

Gelora

Dawai asmaraku tak lagi tercipta
Mataku tak mungkin lagi memandang
Hasrat telah habis terkuras
Oleh cintamu yang membeku

Wahai adinda... tataplah kalbuku
Tak bisa kah kau menghangatkan daku
Hatiku telah tertancap paku
Membuat hidup semakin berliku

Janganlah tenggelam di lautan dosa
Karena setiap insan tak mudah menafsirkannya
Entah ini baik ataukah bukan
Ku harap cinta ini karena Allah

Terjebak

Langit biru kian memerah
Daun hijau semakin menguning
Ku terus mendayung di laut tak berair
Tak ada kebenaran hakiki

Bagaikan lentera yang kecil
Lelah memberi terang
Tak jua kunjung harapan
Harapan sang pujangga cinta

Jika benar cinta itu buta
Butakan hati dan jiwa
meredupkan cahaya terang sang surya
Mulut tak akan lagi mampu berkata

Dengan Puisi, Aku Bernyanyi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan Bulan NovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang