Liburan sekolah telah usai, seluruh pelajar kembali bersekolah begitu juga dengan Adelwis yang kini duduk dikelas XI A. Ia memasuki kelas yang cukup ramai itu, baru beberapa langkah saja dia sudah mencium hembusan aroma persaingan dalam kelas ini.
Bagaimana tidak? Ketika pertama masuk di Decides Spem Internasional School saat kelas X B saja Adelwis harus benar benar belajar untuk mendapatkan rangking 1, dan bagaimana dengan sekarang? Entah permainan macam apa yang ingin diadakan oleh para guru itu. Mereka mengumpulkan 4 orang peringkat 1 dalam satu kelas. Ya, itu adalah kelas XI A, kelas Adelwis sekarang ini.
Adelwis memilih tempat duduk dibarisan kedua yang dekat dengan jendela sambil memperhatikan keadaan sekitar. Tiga orang siswi tengah asyik mengobrol, Adelwis mengenali salah satu diantaranya sebagai seorang gadis bernama Amarylis, peringkat 1 dari kelas X A, anak seorang dokter dan pemilik sebuah rumah sakit umum yang terkenal. Meski terlihat lugu dan begitu polos, gadis itu juga termasuk salah satu anggota geng paling populer disekolah bersama dua sahabatnya yang sedang terlibat perbincangan seru itu.
Adelwis kembali mengedarkan pandangannya dan lagi lagi matanya menangkap sesosok pesaing.
Pria dengan wajah dingin yang begitu digilai para adik kelas bahkan dihari pertama mereka masuk itu terlihat sedang membaca buku yang memang merupakan kebiasaannya sehari hari, dia memang tak pernah lepas dari yang namanya buku. Benar benar tipikal anak jenius. Namanya Abraham, peringkat 1 dari kelas X C, anak seorang pejabat tinggi negara dan pengusaha salah satu perusahaan swasta yang cukup besar.Hanya tinggal satu orang lagi....
Tapi Adelwis tak kunjung menemukan sang juara dari kelas X D. Padahal seharusnya ia berada dalam kelas sekarang karena sebentar lagi bel tanda masuk akan berbunyi, dia akan berada dalam masalah besar jika terlambat dihari pertama sekolah. Terlebih lagi Dsinscho tidak akan mentolerir segala bentuk pelanggaran kedisiplinan yang telah ditetapkan.
"Kemana orang itu?"pikir Adelwis dalam hati.
Tiba tiba seorang siswa laki laki masuk kedalam kelas dengan menggunakan sketboard-nya hingga hampir menabrak Amarylis beserta kedua temannya.
"Hey ... kau hampir saja menabrak kami!"bentak salah satu teman Amarylis, Adelwis melirik sekilas name tag gadis itu yang ternyata bernama Azhalea.
"Oh ya?" kata laki laki itu tanpa rasa bersalah sedikitpun sambil meletakkan sketboard di atas mejanya, Adelwis tak tau siapa nama laki laki itu karna ia bahkan tak memakai name tag. Dari sana saja sudah dapat ditarik kesimpulan kalau laki laki itu tak terlalu memperdulikan peraturan, dan pastinya dia orang yang punya pengaruh besar di sekolah ini jika tidak dihukum atas kesalahan itu.
"Akan kubuat dia menyesal!"gerutu Azhalea sambil melirik kearah temannya dengan name tag bertuliskan Queena.
Queena mengangguk paham sambil tersenyum sinis ia memberikan botol minuman kepada Azhalea. Gadis cantik itu mulai melangkah menghampiri laki laki tadi dan menumpahkan air dari dalam botol itu dikepalanya. Yang tentu saja langsung mendapat sorak sorai atas keberaniannya. Beberapa siswa lain bahkan berteriak teriak memuja gadis itu.
"Hei apa yang kau lakukan?!"bentak laki laki itu dengan cepat menangkap tangan gadis di depannya dan melemparkan botol minumannya sembarangan.
"Melakukan yang seharusnya, itu yang kau dapat jika main main dengan kami"jawab Azhalea tanpa rasa takut.
"Sudahlah William."sela Abraham yang ternyata mengenal laki laki itu.
Laki laki itu menatap Abraham dan Azhalea bergantian lalu meraih sekotak tisu milik oleh seorang gadis yang duduk dekat dengannya tanpa meminta lebih dulu.
"Kali ini kubiarkan, tapi jangan berharap kau bisa lolos lain waktu." ancam William dengan nada bicara yang santai sambil duduk kembali di kursi untuk membersihkan rambutnya dari minuman rasa cokelat yang untungnya tidak mengotori kemeja sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
English In LOVE [Completed]
Teen FictionBanyak cerita yang tercipta karena persahabatan. Berkisah tentang para remaja SMA dan guru Bahasa inggris dengan masalah yang begitu pelik. Diselingi cinta oleh suatu rasa yang timbul karena sebuah bahasa.