Seorang gadis keluar dari mobilnya dengan sedikit ragu. Melangkah menyurusi lorong sekolah yang telah ramai. Derap langkahnya menarik perhatian dan penampilannya menjadi sorotan.
Bukan, gadis itu bukan siswi baru. Hanya saja hari ini Azhalea terlihat berbeda karena rambutnya. Sebelumnya ia hanya membiarkan rambut panjang kecoklatannya tergerai lurus jatuh kepinggang, tapi hari ini Azhalea menghapus warna itu dan menampakkan kilau hitam kelam yang senada dengan warna matanya, rambut pony tail-nya yang bergelombang indah itu tampak dihiasi oleh pita warna merah hati yang membuatnya jadi semakin manis.
Ya, itu adalah pita yang diberikan William sebagai tanda terima kasih. Sejak kejadian ditaman bunga tempo hari, Azhalea benar benar dibuat malu oleh perkataan pria itu. Ia tau kalau mungkin sebagian besar memang salahnya yang terlalu percaya diri dan merasa bahwa William menyukainya.
Hanya saja, menurut gadis itu William pun ikut ambil alih dalam menimbulkan masalah kenapa ini semua terjadi. Azhalea masih ingat malam itu, saat William bertanya padanya apakah gadis itu tau makna namanya. Ia ingat bagaimana William menuliskan filosofi yang terkandung dari setangkai bunga Azalea.
Dan ia masih ingat bagaimana laki laki itu mengirimkan pesan terakhir agar ia bermimpi indah. Azhalea masih ingat dengan jelas semua itu. Bahkan tulisan yang ada dibuku William saat ia tertidur dikelas ketika pelajaran sejarah hari itu. Yang membuatnya tak bisa tidur keesokan harinya karena mengharapkan sebuah pesan masuk dengan nama William, lagi .Walaupun ia tak kunjung mendapatkannya.
Hei, siapa yang tidak tersanjung atas semua hal yang ia lakukan.Tatapannya, cara bicaranya, semua itu lebih dari cukup bagi Azhalea untuk menyangka bahwa William menyukainya, juga.
Apa salahnya? Seorang gadis memang begitu adanya kan? Jika diberi perhatian lebih, ia akan merasa kalau laki laki itu punya perasaan padanya.Ia tak tau kenapa semudah ini menaruh rasa, apalagi pada seseorang yang ia anggap paling menyebalkan diseluruh Dsinscho. Azhalea sudah berusaha menyembunyikannya dari William bahkan dari teman temannya.
Tapi perkataan William siang itu, terasa begitu menohok hatinya. Azhalea berjanji dalam hati untuk membuat laki laki itu bertekuk lutut dikakinya dan menyesali kata katanya.Disaat itu terjadi, ia akan bergegas pergi meninggalkan laki laki kurang ajar itu. Semua ini tak lebih hanya agar William tau bagaimana rasanya ketika harapannya hancur dihempaskan begitu saja.
Ia bukannya jahat, Williamlah yang menabuh genderang perang lebih dulu. Azhalea tidak akan terbawa perasaan jika saja William tak memberi harapan."Tuhan, berikan aku kesempatan kali ini saja" bisik Azhalea pelan.
Sama seperti saat melewati lorong sekolah, kaki Azhalea melangkah pelan diiringi tatapan penuh tanya dari teman teman sekelasnya yang tak pernah melihat gadis itu mengikat rambutnya, bahkan dijam olahraga sekalipun.
Azhalea melirik sebentar ke arah meja William tapi tak menemukan laki laki itu disana. Gadis itu melanjutkan langkahnya menuju teman temannya yang menunggu dengan wajah yang dipenuhi tanda tanya.
"Azhalea?"kata Amarylis, entah menyapa atau hanya melontarkan pertanyaan pembuka.
"Hai"kata Azhalea santai seperti biasa seraya duduk ditempatnya sekaligus menyudahi tatapan teman sekelasnya.
"Kau mengganti model rambutmu?"
"Iya, bagaimana menurut kalian?"
"Lumayan"komentar Queena pendek
"Hanya lumayan?"
"Bagi kami iya tapi mungkin berbeda bagi William"
"Apa apan itu, tolong jangan merusak mood-ku dengan menyebutkan namanya dipagi yang cerah ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
English In LOVE [Completed]
Teen FictionBanyak cerita yang tercipta karena persahabatan. Berkisah tentang para remaja SMA dan guru Bahasa inggris dengan masalah yang begitu pelik. Diselingi cinta oleh suatu rasa yang timbul karena sebuah bahasa.