Pagi -[F1]

85 5 6
                                    

"Sayang, ayo bangun. Nanti awal masuk sekolah kamu telat loh. Nanti kamu kena hukum gimana sayang? Ayo dong Ana bangun. Kamu udah dewasa masih aja susah bangun pagi."

Reyana atau yang biasa dipanggil Ana hanya menggeliat kesal sedari tadi dibangunkan Giana-mamanya.

Giana pergi ke dapur mengambil segelas air putih. Giana kembali ke kamar Ana. Giana menciprat-cipratkan air itu ke wajah Ana.

Ana sedikit membuka matanya yang amat lengket. Ana mendengus kesal dengan apa yang Giana lakukan padanya.

"Ihh mama. Basah tau. Emangnya Ana kemasukan setan apa di ciprat-cipratin air segala," celoteh nya dengan suara khas nya yang cempreng namun agak serak karena efek bangun tidur.

Giana hanya bisa menarik nafas dan menggeleng-gelengkan kepalanya, "iya, kamu kemasukan setan. Setan pulau kapuk."

"Duh mama, ini tuh baru jam berapa coba..."

Ana membulatkan matanya ketika melihat jam beker yang berada disamping nya, "WHAT ?! JAM SETENGAH TUJUH ??" Ana menyibakkan selimutnya sambil berlari ke kamar mandi. "Kok mama gak bangunin Ana pagi-pagi sih ?!" teriaknya dari dalam kamar mandi yang bercampur dengan suara gemericik air.

"Semerdeka mu ajalah nak," Giana menggeleng-gelengkan kepala lalu keluar dari kamar Ana, menyiapkan sarapan untuk anak kesayangannya.

Ya, Giana sangat menyayangi Ana. Karena Ana ialah anak satu-satunya yang Giana miliki.

Sebenarnya Ana memiliki seorang kakak laki-laki bernama Karel. Namun takdir berkehendak lain, Karel meninggal dunia dua tahun yang lalu setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-17.

Karel dibunuh sadis dengan orang yang tidak dikenal. Orang itu menancapkan pisaunya dari belakang tubuh Karel lalu melarikan diri. Dikemudian harinya diketahui orang itu adalah musuh Karel di sekolah. Orang itu memang sangat membenci Karel karena telah merebut kekasihnya.

Pada saat kejadian itu, keluarga dan teman-teman Karel berada di dalam rumah. Sedangkan Karel sedang bergurau di taman belakang bersama Ana. Hingga Ana menyaksikan langsung saat Karel terbunuh. Giana baru saja ingin menghampiri mereka berdua untuk memberikan kado sebuah mobil yang sangat diinginkan oleh Karel. Namun, sebelum Giana melihat kebahagiaan sang anak, Karel sudah tergeletak tak bernyawa dengan darah yang mengalir deras memenuhi kemejanya dan dress yang Ana pakai karena Ana menahan Karel di pangkuannya sambil menangis histeris.

Giana masih ingat betul kejadian tragis anak sulung nya itu. Semuanya masih menghantui pikirannya di setiap waktu dan ia juga yakin Ana masih shock dengan kejadian itu.

#

Writed to,
15-09-2016

Happy reading♡
Salam,
Ern Fricilla S.

FATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang