Prolog

441 26 9
                                    


"Lo mau ngajak gue kemana!"

"Duh, berisik!" kata gadis cantik disampingku. Dia fokus menyetir mobil yang sekarang melaju ditengah jalan aspal yang terjal dengan sisi kiri tebing dipenuhi pepohonan dan sebelah kanan jurang.

Aku mulai mencekram pinggiran jok karena sekarang mobil mulai memasuki lintasan spiral yang membuat perutku mulas seketika karena aku tahu lintasan ini tak cukup aman untuk kecepatan tinggi. Tapi lihat! Giska malah mengemudi dengan santai bahkan mempercepat laju mobilnya.

Ini benar-benar uji nyali. Giska sinting! Ini sama saja dengan menyerahkan antara persimpangan hidup dan mati. Jika Giska lengah sedikit saja, kecelakaan apapun sangat berbahaya disini. Jadi aku memutuskan untuk diam dan mulai memejamkan mata.

Aku membayangkan hal-hal kecil yang membuatku mengingat semua dosa dan berjanji akan menjadi anak yang lebih baik. Aku akan meminta maaf sama Nabeel, Naurin dan Garsa nanti jika aku dan Giska bisa selamat dari sini. Dosaku pada mereka bertiga sangat banyak soalnya.

"Bil, Rin, Gar doain gue selamat dari maut ya," doaku dalam hati berharap batin ketiga sahabatku peka dan bisa mendengarkan ketakutanku sekarang.

Disampingku Giska hanya diam tak bersuara sedikitpun. Ingin sekali aku meneriakinya sekarang, seperti... "Lo gila!!!" "lo sarap ya!" "Eh sinting kalau mau mati jangan ajak-ajak gue dong!" seperti itu tapi aku lebih memilih diam karena sekali lagi kenyataan kalau sekarang jalan yang kita lalui masih terlalu berbahaya membuatku juga ikut bungkam.

Aku membuka mataku sedikit, mencoba melihat keadaan sekitar yang ternyata masih berada di lintasan menanjak dengan jurang lebar menganga di sebelah kanan.

Aku menoleh kedepan dan terlihat sebuah mobil pickup berlawanan arah juga sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Aku tak membayangkan apa yang terjadi selanjutnya, jalan ini cukup sempit, entah cukup atau tidak dilintasi oleh dua mobil sekaligus. Kalaupun cukup pasti pas, dan tidak menyisakan jarak lagi antara dua mobil itu yang artinya tidak menutup kemungkinan mobil saling menyerempet atau lebih parahnya tergelincir ke jurang, apalagi keduanya mobil ini berkecepatan tinggi! Tidakkah orang-orang ini menyayangi nyawa mereka!? Kulihat mobil itu semakin dekat.

"Giskaaaa!!!"

Srrrrkk

Aku memejamkan mata tak berani melihat apa yang terjadi selanjutnya. Bunyi mengerikan itu membuat bulu kudukku berdiri semua.

Kurasakan mobil masih melaju tapi sekarang terasa semakin pelan dan akhirnya berhenti. Walaupun berhenti, tapi mesinnya tetap menyala dengan suara rendah. Mau tak mau aku membuka mata. Aku mulai terengah-engah dengan jantung berdebar kencang. Mulai mengatur napasku lagi sambil memegang dada.

"Zel!" aku menoleh ke arah Giska yang sedang menutupi mulutnya sambil menahan tawa.

Sialan!

Aku melihat sekeliling dan menoleh kebelakang. Mobil pickup tadi sudah tidak terlihat.

"Mobil tadi masuk jurang ya!"

Pletak!

Satu pukulan mendarat dikepalaku. Aku menoleh kearah Giska dengan kesal. "Ughh, lo kok main toyor aja sih, harusnya gue yang noyor kepala lo yang konslet itu!"

"Hahaha." Nah dia malah ketawa! Tawanya pecah, membuatku ingin melemparnya ke jurang.

"Lo alay banget sih. Mobil tadi selamat kok nggak sampek masuk jurang. Tapi kasian nih mobil gue ke gesrek dikit spionnya. Haduh spion mahal niihh." Ucap Giska enteng berbanding terbalik denganku.

"Lo gila!!" teriakku tidak menyangka dia malah menghawatirkan spionnya daripada nyawaku dan nyawa dirinya sendiri.

"Dah deh diem, penting masih idup juga!"

"Sebenernya kita mau kemana!"

"Lihat Paradise."

"Haaa!!" gue melongo parah mendengar ucapannya.

"LO KALAU MAU MATI JANGAN AJAK-AJAK GUE! NGGAK ADA YANG NAMANYA KE SURGA KALAU LO BUNUH DIRI, DODOL! YANG ADA ELO MASUK NERAKA!" aku meneriakinya dengan keras, tak habis pikir dengan jalan pikiran cewek ini.

Tak disangka aku malah melihat dia tersenyum evil. Aku mulai waspada, siap siaga jika sesuatu hal buruk benar-benar terjadi.

"Pindah tempat! Gue aja yang nyetir," aku mulai merasakan firasat buruk akan terjadi, alih-alih melaksanakan perintahku, Giska malah tersenyum mencurigakan.

Tanpa peringatan mobil mundur beberapa meter kebelakang lalu berhenti dengan sangat cepat, membuatku terantuk-antuk kedepan.

Sedetik berikutnya Giska langung menggas mobil kedepan dengan kecepatan yang lebih gila.

Jantungku mulai berpacu dengan keras, membuatku berteriak sambil memejamkan mata.

"Aaaaaaaaa!"

***

Holla, maya hadir lagi dalam cerita baru.

Gimana? Suka nggak? Hmm suka nggak suka harus suka pokoknya! wkakakka

Becanda!

Ya dah, selamat membaca, selamat berpetualang dengan kisah anak-anak baruku.

Tx
-May-
22 September 2016

LOVE in ParadiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang