Mataku menangkap sosok Misa Amane yang muncul dari balik meja persiapan saat aku mulai turun dari belakang panggung setelah perform. Kulihat dia berjalan sambil memainkan ponsel dengan serius.Aku sengaja menghentikan langkahku tepat di depannya dan membiarkan dia menabrak tubuhku. Aku ingin melihat bagaimana reaksinya.
"Ughhh!" dia menoleh kearahku kemudian membelalakkan mata. Aku terdiam menikmati keterkejutannya sambil bersedekap.
"Ah sorry, gue nabrak lo lagi. Serius deh gue nggak sengaja." Ucapnya dengan menyesal.
"Kayaknya lo hobby banget nabrak orang."
"Yah kan gue nggak sengaja. Sorry bangeet."
"Haha iya nggak papa. Lain kali lihat-lihat kalau jalan, biar nggak nabrak orang mulu," aku tertawa ringan, dan dia juga ikut tertawa.
Duh neng, senyumnya bikin adem euy !"Oh ya nama lo siapa?" tanyaku padanya sambil mengulurkan tangan.
"Giska," dia menyambut uluran tanganku. Tangannya begitu mungil dan terasa pas dalam genggamanku, ehm.
"Jazel."
Tautan tangan kami terlepas. Terlihat dia melirik buku Death Note yang kubawa.
"Lo abis perform ya?" tanyanya padaku. Aku mengangguk singkat sebagai jawaban.
"Yeah gue nggak lihat dah, padahal gue suka sama L."
"Misa Amane itu sukanya sama Light bukan sama L," sanggahku.
"Haha itu mah kalau di movie nya kali. Kalau gue sendiri lebih suka sama L,"
"Lah terus kalo lo suka sama L kenapa lo sekarang pakai kostumya Misa? Kan Misa berpihak sama Light buat nyingkirin L," tanyaku setelah menggiringnya menepi karena banyak orang yang berlalu lalang persiapan untuk maju ke atas panggung.
"Suka aja, pemeran cewek yang gue sukai di Death Note cuma Misa doang."
"Misa itu bodoh. Mau aja dimanfaatin Light, disuruh pura-pura hilang ingatan tentang Death Note mau, disuruh bantuin buat nyingkirin L mau. Bagian mananya coba yang bikin lo suka?" tanyaku tak sadar membuatnya cemberut. Duhh imut banget kalau lagi cemberut gini nih cewek. Pikirku dalam hati, ck!
"Haishh yang jelas gue suka, titik."
"Mana ada alasan kayak gitu,"
"L kayaknya nggak banyak omong deh,"
"Kan itu di movie, beda sama L yang ada di depan lo sekarang."
"Iya yang ada di depan gue mah L KW!"
"Penting sama-sama gantengnya, ye kan,"
"Narsis!"
Kemudian kami tertawa ringan. Menertawakan perdebatan absurd kami.
Aku tak sadar menjadi pusat perhatian beberapa orang yang berlalu lalang melewati kami. Bahkan kulihat Reyan dan mas Habi ikut menatapku ingin tahu seolah bertanya --itu cewek siapa? Kenalin dong-- Beuhh! Dan jelas kubalas dengan tatapan --Gak bakal gue umpanin ke kalian berdua kalau yang satu ini! Enyahlah kalian!!! -- Hahaha.
"Eh mau ikut gue ke stand makanan nggak? Mau nyobain kue mochi. Kata temen gue enak. Dia udah nyobain tadi," ajakku padanya. Eitss ini bukan modus atau sksd (sok kenal sok dekat) loh ya! Aku hanya ingin menjauhkan gadis ini dari tatapan memuja para kaumku yang melihatnya bak mangsa manis yang menggiurkan.
Apalagi tatapan Reyan, dia bahkan bersiul-siul ke arah kami tanpa tahu malu. Ah bukan, ke arah gadis di sampingku lebih tepatnya. Jadi aku memutuskan mengajukan tawaran itu pada Giska.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE in Paradise
Teen FictionSemua isi dari kisah ini hanyalah fiksi belaka. Hanya segelintir imaginasi penulis, tolong hargai. Don't remake, don't copy, don't PLAGIAT, and happy reading. 22 September 2016 ----------------- Kalau kata orang tisu bisa menghapus air mata...