1

401 13 3
                                    

Dingin nya kota saat itu membuat seorang gadis yang tengah berjalan kaki mendekap tubuhnya erat, tanpa berhenti melangkah. Rambut nya yang panjang berkibar karena tertiup oleh angin pagi.

Kaki nya mulai masuk ke area sekolah. Masih sepi, karena hari juga masih terlalu pagi. Derap langkah kaki Hilma pun sampai terdengar di koridor. Namun, baginya itu tak masalah. Bahkan, ia memang sengaja datang pagi.

Hilma tidak suka keramaian.

Belum lama Hilma berjalan, bahkan dia pun belum mencapai kelasnya, terdengar suara orang berlari di belakangnya, membuat gadis pendiam itu menoleh.

Si wakil ketua OSIS, ternyata. Rambut yang selalu di kuncir kuda itu bergerak ke kanan dan ke kiri. Napasnya naik turun karena dia berlari dengan cepat. Satu kata yang tidak biasa, Yasmin datang pagi.

Satu-satu nya tempat yang mengisi penuh otaknya adalah taman. Ya, taman belakang sekolah, di salah satu bangku dekat pohon besar dan kolam. Kemarin, gara-gara di panggil Rara-sahabatnya, Yasmin sampai meninggalkan buku novel milik kakak nya yang menurut nya galak. Tak mau kena marah, ia sampai membela-belakan datang pagi sekali demi novel itu. Yasmin takut novelnya hilang.

"Huh, untung aja." Yasmin menghembuskan napas lega saat buku tebal itu sudah ada di genggamannya.

Mata Yasmin menyipit ke arah ujung taman. Terlihat Hilma berdiri disana. Ya, Yasmin dan Hilma satu kelas.

Hilma menatap Yasmin tajam. Baiklah, Yasmin tahu, Hilma tidak suka dengannya. Yang dia tahu, Hilma orang nya dingin, pendiam, dan tidak suka bersosialisasi.

Hilma dengan tenang berbalik ke koridor dan melanjutkan langkahnya menuju kelas, tanpa kembali memperdulikan Yasmin. Hilma memang tidak terlalu suka orang seperti Yasmin yang menurutnya sok jutek dan suka mencari famous.

"Kenapa lagi tuh cewek?" gumam Yasmin aneh. Ia pun mengurungkan niatnya untuk ke kelas. Malas bertemu Hilma, kaki nya melangkah menuju kantin.

-o-o-o-

"Pak! Stop pak! Stop!" seru seorang gadis cantik memberhetikan aksi satpam menutup gerbang.

"Hah, sebentar nutup nya pak! Saya masuk dulu!" omel gadis itu.

"Makanya neng, datang tuh pagi, seperti neng Hilma." ucap satpam sekolah yang malah membuat gadis cantik itu kesal.

"Saya 'kan bukan orang kayak Hilma, pak. Saya sama dia beda!"

"Iya... iya... neng Rara. Yaudah, masuk. Mau saya tutup gerbangnya." kata satpam sekolah tak mau mencari ribut. Rara hanya mengangguk lalu masuk dan kembali berlari menuju kelas. Satpam sekolah menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat kebiasaan si ketua ekskul Cheerleader SMA Garda yang suka kesiangan.

Rara melongokkan kepalanya ke celah pintu yang sedikit terbuka. Gadis itu menepuk kening nya, merutuki kebiasaannya yang selalu bangun siang. Mata Rara menyipit, keningnya berkerut saat melihat seorang lelaki asing berada di depan entah sedang bicara apa.

Anak baru? pikirnya.

Tubuh Rara mulai goyah saat keseimbangannya mulai hilang. Dan...

BRUK!

Gadis itu terjatuh juga. Menjadi pusat perhatian satu kelas. Tak absen dari tatapan garang bu Nani.

"Rara Abella! Telat lagi?!" seru bu Nani jengah. Rara hanya tersenyum memperlihatkan gigi-giginya.

"Hehehe... iya bu." aku nya.

Bu Nani menghela napas. "Kamu itu, ketua ekskul tapi kayak begini."

"Saya 'kan ketua ekskul Cheerleader bu, bukan paskibra." celetuk Rara.

"Berhubung ibu sedang baik, kamu ibu persilahkan duduk." kata bu Nani membuat Rara hampir saja memekik girang. Berarti, hari ini dia tidak perlu berdiri di depan tiang bendera seperti biasanya.

Rara melewati lelaki asing itu dengan menatapnya sinis. Benar dugaannya, dia anak baru. Setelahnya, ia duduk di kursi sebelah Yasmin yang masih fokus memandang ke depan.

"Yas?" panggil Rara.

"Hm?"

"Lo kenapa sih? Ngeliatin apa?" tanya Rara. Yasmin tidak menjawab membuat gadis cantik itu makin penasaran. Ia pun mengikuti arah pandang Yasmin.

Si anak baru?

"Lo kok- ngeliatin anak baru itu terus, sih?" heran Rara.

"Dia ganteng ya Ra. Manis." komentar Yasmin.

Rara makin mengerutkan keningnya. Sekali lagi, di tatapnya anak baru itu. Memang benar, sih, tampan. Manis pula. Tapi, untuk saat ini, Rara masih belum terpesona.

"Terus? Lo suka?" tanya Rara. Yasmin mengangguk tak sadar.

"Sadar! Yasmin sadar!" seru Rara membuat semua orang kembali menoleh ke arah nya, termasuk Yasmin.

"Rara! Kenapa ribut?!" teriak bu Nani. Rara hanya cengengesan sambil mengangkat tangannya membentuk huruf V.

"Maaf bu, maaf." katanya.

"Lo apaan sih, Ra?" gerutu Yasmin.

Rara mendengus. "Sadar, Yasmin! Lo nggak liat, muka Vano udah asem gitu?" kata Rara. Otomatis, Yasmin menoleh ke arah Vano yang memang sedang memasang wajah tak suka.

Vano, adalah sahabat Yasmin dan Rara. Vano menyukai Yasmin, dan Yasmin pun juga begitu, ia suka pada Vano. Namun, tidak ada di antara mereka yang ingin berpacaran. Bagi mereka, bersahabat tidak masalah, tapi saling menjaga komitmen dan hati adalah yang terpenting. Dan kini, Vano sedang cemburu kepada si anak baru.

"Iya ih... Vano marah nggak ya, sama gue?" tanya Yasmin was-was.

"Elo sih, ngeliatin anak baru terus." ucap Rara.

"Ya habis, mukanya enak banget buat di pandang... hehehee..."

"Terus, kalo lo mandang ke dia terus, ke Vano nya kapan, ha?"

"Ya- ke Vano mah forever lah!"

Rara menggeleng-gelengkan kepalanya. Kedua sahabatnya itu, bukannya pacaran, malah memutuskan untuk tetap bersahabat. Iya, sahabat. Sahabat tapi sering cemburu satu sama lain.

"Iya deh, semerdekanya elo aja." kata Rara.

Anak baru itu kemudian duduk di sebelah Vano. Saking tidak memperdulikannya sejak tadi, Rara sampai belum tahu namanya. Namun, sudah lah. Pun, bagi Rara, itu tidak penting.

Sedangkan di bangku pojok paling belakang, ada Hilma yang memandang Andra si Anak baru dengan tatapan memuja.

-o-o-o-

Fall In PurpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang