IM OKAY

38 3 0
                                    

Musim dingin sudah menghampiri Seoul sejak dua minggu yang lalu. Bahkan semalam turun hujan salju yang lebat dan cukup untuk menutupi beberapa bagian jalan yang seharusnya bisa digunakan dengan baik. Mengakibatkan beberapa mobil pembersih salju bekerja pada saat malam hari yang seharusnya dihabiskan di rumah bersama segelas cokelat hangat dan duduk di depan perapian. Berbagi canda tawa dengan keluarga mungkin sudah cukup untuk menciptakan kehangatan di musim dingin yang suhunya cukup ekstrim.

Berbeda dengan malam sebelumnya, gadis ini sedang terduduk diam di sebuah taman yang berhiaskan beberapa hiasan dan lampu khas natal. Hal yang wajar mengingat lusa adalah hari natal, hari dimana para keluarga dan kerabat berkumpul dan merayakan natal dalam suka cita. Gadis yang terduduk di bangku besi yang sedikit terselimut salju ini sesekali memandang sekitarnya. Ada beberapa orang yang hanya lewat saja di taman itu dan juga beberapa yang menghabiskan malam dengan pasangannya.

Gadis ini menggosokkan kedua telapak tangannya sambil sesekali menghembuskan napas panjang dengan harapan agar dapat mengurangi rasa dingin yang perlahan mulai menjalari tubuh rampingnya. Ia merutuki kecerobohannya yang lupa membawa sarung tangan. Yang ia kenakan saat ini hanya sebuah mantel biru yang cukup tebal dan syal untuk melindungi tubuh mungilnya dari suhu dingin.

Bukan tanpa alasan gadis ini duduk di taman sendirian di tengah suhu dingin yang ekstrim. Gadis ini sedang menunggu seseorang, seseorang yang spesial tentunya. Seorang lelaki, lelaki yang sudah membuat gadis ini jatuh hati. Lelaki yang hanya dengan sikap dinginnya dapat membuat Eun Jin mencintai sosok lelaki dingin itu. Heran, entah apa yang lelaki itu lakukan sehingga bisa membuat Eun Jin jatuh cinta hanya dengan sikap dinginnya saja. Yah, harus diakui jika lelaki dingin itu memiliki wajah yang cukup tampan. Bahkan akan lebih tampan jika lelaki itu menampakkan senyumnya -menurut Eun Jin. Sayangnya, lelaki jarang sekali menampakkan senyum menawannya. Lelaki itu tampak seperti patung, tanpa ekspresi dan sangat dingin. Bahkan tatapan sedingin esnya mampu membuat siapapun membeku, seolah-olah ia juga menularkan sifat dinginnya pada orang lain. Namun itu tidak berlaku bagi Eun Jin.

Eun Jin termasuk gadis yang sangat beruntung karena bisa menjalin hubungan yang cukup dekat dengan Sehun. Ingat, hanya cukup dekat, tentu tidak lebih dari sekedar teman. Yah, padahal Eun Jin berharap bisa menjadi seseorang yang spesial bagi Sehun, sama seperti posisi Sehun di hatinya. Entah sejak kapan gadis berambut kecokelatan ini mulai memperhatikan Sehun dan menyimpan perasaan pada lelaki jangkung itu. Tidak penting, bukan? Cinta tidak diukur dari berapa lama mencintai seseorang tetapi dari seberapa tulus mencintai seseorang.

Meskipun Eun Jin cukup dekat dengan lelaki berkulit pucat itu, tetap saja Eun Jin merasa jika terlalu sulit untuk mengikis jarak di antara mereka. Tetap saja Eun Jin masih merasa canggung jika bertemu atau berpapasan dengan Sehun. Entah karena Sehun yang terlalu menutup diri atau Eun Jin yang kurang berusaha mendekati Sehun. Yang jelas, Eun Jin akan tetap berusaha untuk mendekati Sehun, Toh, Sehun juga tidak keberatan dengan kehadiran Eun Jin yang tiba-tiba mengisi hari-harinya. Setidaknya Sehun tidak menunjukkan keengganannya -jika memang ia merasa begitu.

Tatapan Eun Jin kembali tertuju pada benda persegi panjang yang selama beberapa menit sekali ia pandangi. Jemari lentiknya mulai sibuk bergerak pada layar ponsel dalam genggamannya. Kembali dibukanya aplikasi LINE dan room chatbersama lelaki yang ditunggunya sedari tadi. Pesan yang dikirimnya setengah jam yang lalu sudah dibaca dan dibalas oleh Sehun.

To : Oh Sehun

Apa kau sibuk? Aku ingin bertemu dan membicarakan sesuatu. Malam ini jam tujuh di taman dekat sekolah. Kuharap kau datang.

From : Oh Sehun

Akan kuusahakan.

I'M OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang