Aku Illana Putri Prameswari, biasa dipanggil Illana. Ini hidupku, ceritaku, dan inilah bagaimana aku memandang dunia. Aku lahir pada tanggal 26 Januari 16 tahun yang lalu di Ibukota Indonesia ini yang dinamakan Jakarta.
Aku sekarang duduk di bangku kelas 3 SMK di salah satu sekolah ternama di kota kelahiranku ini.
Aku tinggal bersama kedua orang tuaku dan kedua saudara laki-laki ku serta nenekku.
Yah, kurasa cukup itu saja perkenalan ku tentang keluarga ku saat ini.
✴✴✴✴✴✴✴✴✴✴✴✴✴✴✴✴✴✴✴
Sekarang, aku sedang berjalan cepat menuju perpustakaan setelah mengetahui bahwa guru mata pelajaran PKN-ku tidak masuk karna sakit dan memberikan tugas mengisi lks melalui guru piket.
Perpustakaan memang merupakan tempat favoritku selama bersekolah disini. Karena bagiku perpustakaan merupakan satu-satunya tempat yang tidak dipenuhi oleh suara-suara bising manusia.
Seperti biasa aku melakukan rutinitas ku menyendiri di perpustakaan sambil mendengarkan lagu dan mulai mengerjakan tugas PKN-ku serta sesekali menatap layar smartphone ku. Berjaga-jaga siapa tahu ada yang mencari ku.
Setelah berkutat selama 45 menit mengerjakan tugas PKN hingga tuntas, aku menutup buku-ku dan mulai berkeliling perpustakaan untuk mencari apakah ada buku novel baru disana.
Setelah mencari beberapa lama, akhirnya aku menemukan sebuah buku yang cukup menarik. Judulnya "Warm Bodies". Hmm buku ini menceritakan tentang sesosok Zombie bernama R yang memiliki hal-hal unik pada dirinya. Dan petualangan R dalam menjalani hari-harinya sebagai Zombie yang lain dari yang lain. Wow keren, sepertinya aku akan menyukai buku ini.
Hmm setelah berpikir beberapa saat, akhirnya aku memutuskan untuk meminjamnya kepada penjaga perpustakaan yang kukenal dan menulis identitasku di buku peminjaman buku.
"Hei Illana kamu ternyata demen baca buku-buku seperti ini ya? Kan seram, apa kamu tidak ketakutan?" Racau penjaga perpustakaan itu dengan nada seduktif yang menjijikan.
"Hmm, enggak tuh." Balasku singkat sambil mempercepat kegiatanku menulis judul buku yang ingin ku pinjam.
Begitu selesai menulis data diriku dan menyerahkan kartu pinjaman buku, akupun bergegas membereskan buku-bukuku yang kutinggalkan di meja perpustakaan beserta hapeku dan kembali ke kelas. Aku geli ada disitu lebih lama lagi, penjaga perpustakaan itu terkadang suka menggangguku dengan berbicara hal-hal menyebalkan ketika aku sedang menikmati waktu membaca bukuku.
Saat aku dalam perjalanan ke kelas, aku berpapasan dengan beberapa orang dari kelas sebelah, tapi aku hanya diam dan meneruskan jalanku dengan cepat. Aku tidak suka terlalu sok akrab dengan orang-orang yang bukan teman dekatku. Mereka semua bermuka dua, selalu menjelek-jelekkan orang lain dibelakang.
Begitu sampai di dalam kelas, aku segera menaruh buku dan alat tulisku di kolong meja lalu keluar lagi untuk membaca buku itu didepan kelas.
Saat aku sedang melakukan aktifitasku itu, tiba-tiba seseorang menghampiriku dan duduk didepanku. Rupanya itu Oktaf. Nama panjangnya adalah Oktafian Adinda. Dia teman sekelas yang duduk dibelakangku, sekaligus sahabatku sejak kelas satu SMK. Orangnya sangat ceriwis dan terkadang menyebalkan. Dia senang bergosip dan suaranya itu bisa mengalahkan toa mesjid. Meskipun begitu dia sahabat yang baik dan selalu memperhatikanku.
"Kenapa lo?" gumamku saat menengok sekilas padanya, lalu kembali memfokuskan diriku pada novel itu.
"Il.. lagi ngapain? Ntar kantin bareng gue yuk." Mulainya dengan menggebu-gebu.
"Yaudah." Balasku singkat.
Sepertinya Oktaf mulai kesal karna ku acuhkan. Sampai akhirnya dia mengisi keheningan ini dengan memainkan hapenya. Tak berapa lama kemudian, aku bisa mendengar suara musik India dari samping kiriku. Saat aku menengok dan melihat layar hapenya, rupanya Oktaf sedang menonton serial film India yang baru-baru ini tayang di layar kaca.
Aku hanya dapat menghela napasku lelah. Bocah disebelahku ini memang senang sekali dengan dunia pertelevisian seperti sinetron dan film-film India. Aku yang hanya sesekali menonton film-film seperti itu lelah sendiri. Bagaimana bisa si sutradaranya membuat film-film alay dengan kisah cinta semulus jalanan yang baru di cor dengan bumbu-bumbu pedas dan alur yang mudah ditebak. Atau film dengan episode yang sekian panjangnya hingga aku lelah sendiri melihatnya. Kalau isi ceritanya berbobot dan bagus sih tidak masalah biar sepanjang apa juga. Tapi ini, hanya cerita drama dendam tak berdasar dengan hati orang-orang yang rumit atau drama percintaan alay dengan segudang musuh, atau cobaan dan godaan. Demi tuhan rasanya ingin sekali aku bom atau ku hapus film-film alay tak mendidik seperti itu😑.
Daripada aku kesal yang tak perlu mengingat film-film tak bermutu itu, lebih baik aku kembali fokus pada novelku. Sampai tiba-tiba aku teringat.
"Lu PKN udah blom?" Tanyaku pada Oktaf.
"Ehehe belom" balasnya dengan cengiran tak berdosa.
"Kerjain sono!" Suruhku kesal melihat kesantaiannya itu.
"Males ah, ntar aja" elaknya tanpa melihat kearahku dan kembali fokus dengan film Indianya.
Dengan kesal, akupun merebut hapenya dan mematikan layarnya lalu mengantonginya di kantong rok seragamku. Ya, seragam sekolahku memang unik karena memiliki dua kantong di bagian rok dengan model rok lurus dan di-span.
"Balikin gak!" Kata Oktaf gusar dengan wajah kesal padaku.
"Gak. Kerjain PKN lu dulu sono, baru gue balikin." Balasku datar.
"Tapi gue gangerti Ill, males gue ngerjainnya" rengeknya padaku dengan wajah memelas.
"Yaudah sana liat punya gue, cepetan ngerjainnya keburu ditarik buat dikumpul ntar." Balasku acuh tak acuh.
"Ish yaudah deh, lu mah rese." Kesal Oktaf sambil menggerutu dan menghentak-hentakan kakinya kembali kekelas.
Aku hanya menatapnya lelah dan kembali duduk dibawah, dilantai depan kelasku. Aku memang menyukai duduk disitu, karna lebih nyaman dan aku bisa bersandar pada tembok luas yang menenangkan. Lagipula, aku merasa kurang nyaman terus-terusan berada didalam kelas karena sejak dulu aku tidak tahan dengan udara dingin terutama yang berasal dari AC. Dan kelasku itu dipasangi dua buah AC serta tempat dudukku yang sialnya sejajar dengan AC.
Sebenarnya aku juga agak tidak nyaman berada didepan kelas. Selain karna banyak orang berlalu-lalang, tepat disamping pintu kelasku adalah kelas 3 Trans 1. Dan disana ada orang yang paling tidak ingin kutemui. Yah, untungnya ini masih jam pelajaran ke 1-2. Dan kebetulan kelas 3 Trans 1 masih ada guru-nya.
Belum ada selembar aku membaca novel itu lagi, tiba-tiba bel pergantian jam pelajaran berdering. Mau tak mau aku pun kembali ke dalam kelas sambil menenteng buku-ku dengan malas.
Ketika aku masuk, oktaf masih mengerjakan tugasnya dengan wajah serius. Dan aku dengan segera duduk di tempatku yang berada dipojokan dekat jendela dan pintu.
"Darimana lu Lan?" Tanya teman sebangku-ku Quinn. Nama panjangnya adalah Quinnera Qalbi. Dia juga teman sekaligus sahabatku sejak kelas 1 SMK.
Aku membalasnya sambil mengacungkan buku novel yang kubawa tadi.
"Biasa, baca ginian didepan tadi." Kataku dengan santai.
Quinn orang yang humoris tapi terkadang dia bisa jadi sangat pendiam. Dan jujur, aku lebih nyaman bergaul dengan Quinn ketimbang Oktaf. Karena Quinn orang yang cuek sepertiku. Dan dia tidak serempong Oktaf. Serta Quinn pintar dan rajin. Tidak seperti Oktaf yang cenderung cuek pada pelajaran dan nilai-nilainya. Tapi biar bagaimanapun mereka berdua termasuk sahabatku yang terbaik.
Saat sedang asik mengobrol, guru mata pelajaran selanjutnya pun datang. Pelajaran pun di mulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who am I?
Short StoryIllana Putri Prameswari, Gadis belia berusia 16 tahun yang saat ini berstatus sebagai seorang pelajar kelas 3 SMK di sekolah favorit di Jakarta. Dari pandangan publik, Illana tampak seperti seorang siswi SMK biasa yg tidak memiliki banyak beban hidu...