Davin||1°

569 31 31
                                    

Dering telepon mengema dikamar bercat putih gading dengan furnitur berwarna marun itu. Smartphone itu terus menjerit melantunkan lagu I Won't give upnya Jason Mraz. Lagu kesukaan pemilik smartphone tersebut. Dengan tergesa-gesa Davin melangkah keluar dari kamar mandi dan segera mengangkat telepon tersebut.

"Iya halo, Bay?" Sapanya

"..."

"Kerumah gue aja, gue free kok hari ini." Davin mengusap-ngusap rambutnya yang masih basah.

"..."

"Iyee cebong, gue juga sayang lu. Udah ah! gace loh lu kalo lama gak bakalan gue bukain pintu."

Tut!

Sambungan telpon pun terputus,Davin menghela nafasnya saat melihat notification bar di smartphonenya yang kosong dan hanya menampilkan simbol bbm yang sedang terhubung.

"DAVIIINNNN!!" Suara tegas dari bawah membuat Davin kalang kabut. Dengan tergesa-gesa ia berlari menuruni tangga.

"Ada apa Pah?" Tanya Davin dengan kaku.

"Jangan panggil saya Papah! Saya bukan Ayah kamu Davin!" Bentak Ayahnya. Davin dengan dada yang bergemuruh ia menatap wajah Ayah yang seharusnya menjadi pelindung baginya.

"Sebegitu gak diinginkan kah Davin dihidup Papah? Davin gak apa-apa kok kalo itu yang Papah inginkan. Davin bakalan pergi," Tantang Davin dengan mata yang berkaca-kaca.

"Dua minggu lagi Davin lulus SMA. Papah tenang aja, Davin bakalan pergi setelah itu."

Setelah mengatakan itu, Davin langsung pergi keluar rumah. Saat baru sampai di teras, Bayu yang melihat Davin sedang dalam keadaan yang tidak berespun langsung merangkulnya.

"Lo kenapa Vin?" Tanya Bayu sambil mengelus kepala Davin sayang. Rasa sayang yang Bayu miliki untuk Davin bukan tidak bisa terbalas atau apa. Tapi status sahabat yang membuatnya mundur sebelum masuk medan perang.

Ya, Bayu suka Davin. Tapi Davin suka Fred. Kalo di fikir-fikir apa juga bagusnya si Fred. Cowok gak jelas yang jarang ngasih kabar kepada Davin. Cowok tengil bin menyebalkan di mata Bayu.

"Papah Bay." suara Davin yang terdengar seperti tidak ada jiwanya itu membuat Bayu merasa tidak enak. Ia sudah tahu perihal Davin dan Ayahnya itu. Davin di benci Ayahnya karena Davin gay.

Apa salahnya jadi gay sih om? Walaupun begini, Davin tetep anak om. Batin Bayu. Davin masih menatap nanar kearah pintu rumahnya saat tangan Bayu dengan nyaman merangkul bahunya.

"Udah, sekarang lu tidur dirumah gue aja ya." Bujuk Bayu. Davin hanya menangguk kecil membalas perkataan Bayu.

Davin side

Miris.

Satu kata yang gue rasakan sekarang. Gue tau gue aneh gue lebih suka cowok. Tapi apakah Papah gak pernah berfikiran kenapa gue bisa kaya gini? Gue kekurangan kasih sayang Papah! Harusnya Papah tau dong. Harusnya Papah sadar dengan semua tingkah gue selama ini.

"Vin,besok gue mau ngamen. Lu mau ikut? Suara lu kan bagus. Kali aja kalo lu ikut ntr banyak yang ngasih uang. Lu gak kasian kah sama gue yang belum bayar SPP. Lu tau kan kalo nyokap gue lebih meduliin brondong-brondongnya dibandingin gue?" Ucap Bayu. Yaa,gue sama Bayu sama-sama ngak di perhatiin sama orang tua tunggal kita. Mamanya bayu lebih peduli sama yaa gigolo atau yang tadi Bayu sebut brondong. Sedangkan Papah gue yaa gitu deh. Dulu sih gak kaya gini tapi semenjak Papah tau kalo gue gay, Papah langsung ngangep gue itu anak bawa sial. Hahaha lucu yaa kehidupan kita.

"Iye, Bay. Besok gue ikut lu tenang aja."

Bayu mengankat jempolnya lalu kita jalan kerumah Bayu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang