Prolog

8 0 0
                                    

Ia berdiri membelakangi gerbang yang baru dilewatinya. Malam ini gerimis mulai turun lagi. Beberapa saat ia tertahan di tempatnya. Gerimis tipis mulai melebat menjadi hujan dalam sekejap. Tubuhnya mulai basah. Tapi ia masih memandang lurus-lurus ke depan.

Bangunan itu tetap sama. Berdiri megah dengan arsitektur bergaya Jawa. Di sebelah kanan bangunan tersebut terdapat bangunan yang lebih kecil bercat putih bertuliskan 'KLINIK ANYELIR'.

Keningnya berkerut samar. Lampu klinik masih menyala walau papan bertuliskan 'CLOSE' terpasang di pintu yang juga bercat putih. Perlahan kakinya terangkat maju, bahkan ketika dirinya sempat berpikir untuk meninggalkan tempat itu. Bagaimana pun juga, ia tetap harus menemui seseorang yang ada di dalam klinik.

Matanya yang sipit mulai basah. Tapi kakinya terus melangkah mendekat. Kini ia sudah berdiri 30 cm di depannya. Kepalanya tertunduk perlahan. Apa yang harus ia katakan ketika bertemu orang itu? Kira-kira apa reaksi orang itu ketika melihatnya?

Perlahan pintu terbuka ketika tangannya sudah hampir meraih pegangannya. Ia menarik tangannya cepat. Dihadapannya kini berdiri seorang wanita tua ketika pintu terbuka sempurna. Ia memandang wanita tua itu lekat-lekat. Matanya tak berkedip untuk beberapa saat. Kini mata sipitnya dipenuhi air. Lalu dengan kedipan samar, ia meneteskannya.

"Eomma1." gumamnya lirih.

Air matanya semakin deras menetes. "Eomma."

Dan kini tangisnya makin menjadi. "Eomma."

My Sister's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang