Bi [Mingyu]

30 5 1
                                    

Semua orang tengah sibuk berjalan seraya memegang payung ditangan mereka masing-masing. Sedangkan aku? Aku masih saja berdiri disini. Padahal tadi pagi ibu sudah mengingatkanku untuk membawa payung. Tapi lagi-lagi aku melupakannya.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Mataku melihat kearah sekeliling bahkan disini hanya tinggal diriku seorang. Oh ayolah, kapan hujannya berhenti aku ingin pulang ke rumah. Sungguh.

"Y/N!" aku menoleh saat suara berat itu menyapa gendang telingaku. Itu dia, pria berbadan tinggi itu tengah berlari kearahku seraya menenteng payung miliknya.

"Ayo pulang!" senyuman itu lagi. Entah sudah berapa kali aku melihat senyuman itu hari ini. Tapi aku sangat menyukainya.

"Chakkaman!" aku langsung meraih payung yang dibawanya sebelum ia membukanya terlebih dahulu. Aku tak ingin kejadian dua hari yang lalu terjadi kembali.

Dua hari lalu Mingyu juga mengajakku untuk pulang bersamanya. Hanya saja ia salah membawa payung. Yang dibawanya adalah payung kecil yang biasanya dipakai oleh anak-anak. Aku tak mau hal itu kembali terjadi.

Syukurlah, ia tak salah membawa payung lagi. Aku mengembalikan payung itu kegenggamannya. Karena jika aku yang memegangnya maka Mingyu harus sedikit membungkuk.

"Kajja." ia membawaku kedalam pelukan hangatnya. Setidaknya ini bisa mengurangi hawa dingin yang sedari tadi terus menyerang tubuhku.

Aku dan Mingyu hanya perlu berjalan kaki karena rumahku dan dia terletak tak jauh dari sekolah. Tapi apa ini? Kenapa hujan semakin deras?

"Kita berteduh?" aku mengangguk sebagai jawabannya. Kami pun berhenti disebuah halte bis untuk berteduh sampai hujannya reda.

Aku basah. Bahkan sangat basah. Aku melihat kearah Mingyu yang tengah mengacak rambutnya asal. Mingyu, kumohon jangan lakukan itu! Tatapan mata kami pun langsung bertemu dengan sendirinya.

"Waeyo?" aku langsung melihat kerah lain guna memutus eye contact yang baru terjadi antara kami. Aku memilih untuk duduk dibangku panjang yang ada disana sembari melihat lurus kedapan.

"Dingin?" tanya Mingyu saat melihatku yang tengah sibuk menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku lalu menempelkannya dikedua pipiku yang hampir beku.

Aku terkjeut saat ia tiba-tiba saja meraih kedua telapak tanganku lalu menghembuskan nafasnya disana lalu menempelkannya dikedua pipiku.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku saat ia tengah sibuk memainkan kedua pipiku menggunakan kedua telapak tangannya. Pipiku jadi seperti adonan kue sekarang.

"Kemari!" ia merentangkan kedua tangannya seraya membuka jaket yang dipakainya bermaksud menyuruhku untuk memeluknya. Hash pria ini benar-benar!

BRUK

Berhasil, ia berhasil membawaku kedalam pelukan hangatnya dan aku sangat sangat menyukainya. Dengan posisi seperti ini aku bisa menghirup aroma tubuhnya dan mendengarkan detak jantungnya. Aku juga suka dengan aroma ini.

Ia tidak pernah mengganti parfumenya karena dia tahu kalau aku sangat menyukai aroma ini. Kini telapak tangannya sudah berada dipuncak kepalaku seraya terus membelainya dengan lembut.

Aku harap hujan reda lebih lama lagi. Karena aku masih ingin berada dalam dekapan hangat pria ini.

****

Selamat membaca gaes ^^
Pi harap kalian suka^^

Xoxo
Pi

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 21, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Seventeen Imagines Where stories live. Discover now