Ur 몸 (body)

1.9K 83 5
                                    

"Sshh~ hanhh....ahh... Bbiinhh-aahhh~"

"Chagi-ya, malam ini shh... Kau sangattthh.... Nikmat malam ini"

Malam yang penuh perjuangan bagi dua insan yang mencurahkan rasa cinta mereka masing masing. Hanbin masih senantiasa menggerakan pinggulnya. Sementara Jinhwan, hanya membenamkan kepalanya dibantal. Meringis antara merasakan nikmat dan sakit yang bersamaan.

"Hannh... Pallii...hh, sakitt nghh"

Seolah tidak memperdulikan keadaan Jinhwan, Hanbin tetap menghajar istrinya. Ya mungkin akibatnya besok Jinhwan akan sulit berjalan.

Tunggu.

Istri?

Ya, Jinhwan dan Hanbin adalah pasangan suami istri. Hanbin jatuh hati pada Jinhwan yang saat itu adalah seorang pelayan Caffe. Mereka memutuskan untuk menikah ketika Jinhwan menginjak usia 25 dan Hanbin 23.

Kembali pada topik.

Pukul 1 malam, itu artinya mereka sudah melakukan hal 'itu' selama 4 jam sejak pukul 9 malam. Kamar mansion mereka penuh dengan desahan kenikmatan. Keringat mereka menjadi satu akibat hal panas itu. Bahkan suhu pendingin ruangan yang dinilai cukup dingin masih saja kalah dengan suasana panas mereka.

"Chagii.. Aku ingin keluar sayang"

"Cepat hanbin-ahhh. Aku sudah tidak tahann..."

Hanbin akhirnya berhasil mengeluarkan cairan kenikmatannya di Manhole milik Jinan. Berbarengan dengan Jinan. Malam ini sungguh hebat. Hanbin klimaks yang kedua ketika Jinhwan klimaks yang kelima. Hanbin bukan tipe seme yang mudah klimaks, yang pasti hal itu sangat membuat Jinhwan kewalahan ketika melayaninnya. Namun satu kelemahan Hanbin, dia mudah 'turn on' dengan hal hal kecil yang Jinhwan lakukan. Yang berakhir dengan dirinya harus bermain solo di kamar mandi ruangan kantornya. Karena tidak mungkin ia menyerang istrinya di pagi hari. Ia sudah jera, menghajar Jinhwan di pagi hari hingga Jinhwan sulit berjalan. Pada akhirnya ia diacuhkan dan tidak mendapat jatah selama seminggu.


°

Hanbin bangun ketika sinar matahari menembus jendela kamarnya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, meraba sisi kanan king sizenya. Kosong. Itu artinya Jinhwan-nya sudah bangun. Ia mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang. Masih mengumpulkan nyawa mungkin.
Ia beranjak dari kamarnya, menuju ruang makan.

"Ah Hanbin-ah kau sudah bangun?"

"Tidak yeobo, aku masih tertidur"

Jinhwan bergidik, ia merasakan geli sekaligus nikmat pada lehernya. Siapa lagi kalau bukan perbuatan Hanbin. Hanbin memeluk Jinhwan dari belakang kemudian mencium leher Jinhwan, menggigit pelan leher bawahnya. Sementara Jinhwan hanya memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya.

"Aah.. Hh-hentik..kkan Hanbin-ah ini mm..asih pagi."

Ck

Hanbin berdecak. Ia membalikkan tubuh Jinhwan agar menghadapnya. Jarak wajah keduannya sekarang berdekatan.

"Diam dan nikmati Yeobo"

Cup

Jinhwan membelalakkan matannya, merasakan benda kenyal melumat bibirnya. Ia kenal, itu bibir Hanbin. Jinhwan meronta, dalam hati ia merutuk suaminya sendiri. Masih pagi dan Hanbin sudah mulai lagi? Ayolah, apa jatah semalam kurang untukmu Kim Hanbin? Jinhwan kesal jika Hanbin seperti ini. Walau sejujurnya emm... Ia juga menikmatinnya. Otak Jinhwan mengatakan tidak, namun tubuhnya mengiyakan. Ia memeluk leher Hanbin, mendorong tengkuknya untuk memperdalam morning kiss mereka. Persetan dengan sarapan pagi mereka.

Hanbin mulai agresif, ia angkat tubuh mungil istrinya duduk diatas meja dapur. Tangannya mulai bermain di perut rata nan mulus milik Jinhwan. Hanbin suka bagian itu. Ia mencubit, mengelus pelan perut Jinhwan. Jinhwan hanya menggelinjang menahan nikmat.

Sedetik

Dua detik

Hingga lima menit

Mereka masih melakukan hal yang sama, tidak ada yang ingin mengehentikannya. Namun Jinhwan mulai kewalahan. Ia mendorong tubuh Hanbin, tapi tenaganya tidak cukup kuat. Hanbin menggigit bibir bawah Jinhwan. Sang empu merasa nyeri pada bibirnya, ia terpaksa menampar Hanbin agar ia melepaskan ciumannya. Hanbin memegang pipinya, merah. Sementara Jinhwan menatap Hanbin dengan tatapan membunuh.

"Yy-yeobo mianhae"

"Kim Hanbin! Lihat perbuatanmu! Bibirku jadi bengkak!"

Hanbin diam terpaku, ia menatap istrinya dengan tatapan memelas. Memang benar, Bibir Jinhwan bengkak seperti di bekam(?). Jinhwan bangkit dan berjalan mendekati Hanbin, tapi ia mundur beberapa langkah. Tatapan Jinhwan yang tajam menandakan pertanda buruk. Hanbin menyesali perbuatannya tadi. Andai ia tidak terlalu agresif, namun salahkan tubuh Jinhwan yang membuatnya hilang kendali.

"Diam disitu Kim!"

Hanbin berhenti, Jinhwan sudah menunjuknya. Oh tuhan, jika saja Hanbin sakti ia ingin langsung menghilang dari tempat itu. Ia keringat dingin, Jinhwan terus menatapnya.

"Hanbin-ah.. Kau...."

-------------
TBC~

Hai readers, ini adalah FF yaoi pertama aku nih😅 semoga kalian suka yaa(≧∇≦)/ mohon tinggalkan jejak plss╥﹏╥ butuh jejak kalian di vote and comment hikzeu~(^з^)-♡ paypayy

-Qikuy

Changed and FadedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang