Dirinya yang Berdiri di balik Pintu Rumahku

5 0 0
                                    

Kamar seorang gadis SMA. Rapi, berwarna, dan yang pasti ... harum. Suara burung di luar rumah milik ayahnya begitu nyaring. Seisi rumah tergoda oleh suara merdu burung beo. Isi rumah itu pun menirukan suara burung beo tersebut.

Namun di sisi lain rumah tepatnya di kamar gadis tersebut, suara itu dibungkam. Irama lagu yang keluar dari handphone gadis tersebut berhasil mencekik suara beo ayahnya. Sehingga seisi kamar itu bersedih atas kematian suara burung beo itu.

Dari balik pintu kamar gadis itu terdengar suara baru. Suara itu adalah suara langkah kaki menuju kamar gadis tersebut. Lalu gagang pintu kamar itu buka oleh seseorang. Dan munculah sesosok gadis yang badannya masih setengah basah. Ya, dia adalah penghuni kamar tersebut.

Dengan wajah yang berseri-seri, dia tutup kembali pintu kamarnya. Sambil menikmati lagu yang menyala di handphonenya dia berganti pakaian. Sebuah seragam putih abu dia ambil dan mulai ia kenakan di pagi hari yang cukup cerah ini.

"Nananana na na na ... nananana na na na ... na na na~" dendangnya mengikuti irama lagu tersebut.

Setelah cukup dengan pakaian dan riasnya pagi itu, dia turun untuk menyerang meja makan. Suara langkah kakinya terdengar gelisah. Karena jam sudah menunjukan pukul 06.20 WIB. Tentunya akan menjadi malapetaka jika dirinya terlambat dan kena hukuman guru piket.

Tak sampai lima menit, gadis itu sudah berada di meja makan. Ibunya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Nah kan. Ini sih tidurnya malem-malem mulu" ibunya memberi nasihat.

Gadis itu tak bergeming. Dia tidak mempedulikan ucapan ibunya. Dia hanya peduli terhadap nasi dan telur goreng buatan ibunya.

"Udah berapa kali dibilangin. Kalau tidur jangan malem-malem. Ini kan akibatnya. Sarapan buru-buru dan- "

"Uhuk ... uhuk"

"Haih ... baru ibu bilang! Ini minumlah" ibunya dengan baik hati menyuguhkannya air.

Gadis itu dengan cepat mengambil gelas yang disuguhkan ibunya. Dia teguk air yang ada di dalam gelas itu. Dan rasa lega mulai menghiasi wajah cantiknya. Ibunya ikut tersenyum ketika anaknya lepas dari derita.

Jam tangan yang mengantung di tangan kirinya mencuri perhatian gadis itu. Wajahnya kini berubah menjadi panik. Dia langsung mengabil tas yang berada di bawah meja makan dan mulai menggendongnya. Tangan ibunya dia cium dengan lebut. Dan terakhir dia ucapkan salam kepada ibunya.

"Ibu aku berangkat!"

Jalanan sangat ramai ketika itu. Banyak anak seumurannya yang sejalan dengannya. Mereka masih terlihat santai, tidak seperti dia. Gadis itu justru berjalan dengan gelisah. Dan gadis itu berjalan sendirian saja menuju tempatnya menimba ilmu, SMA 1 Jaticitra.

Sekolah Negeri yang menjadi favorit di kotanya. Dia beruntung bisa menimba ilmu di sana. Dan dia juga sangat beruntung karena memiliki banyak teman yang gaul. Dia juga tidak pernah tidak menikmati harinya ketika di sekolah. Mungkin inilah salah satu alasan dia pergi ke sekolah.

Kini langkah kakinya sudah berada di depan gerbang sekolah. Di depan sana ada seorang raksasa yang sedang berdiri di depan gerbang.

"Ah sial!" ucapnya.

Raksasa itu bertolak pinggang. Melihat murid-muridnya berlarian melewati gerbang sekolah yang ia belakangi. Dan beruntungnya gadis itu berhasil melewati gerbang sekolah dengan selamat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 22, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KIMMYWhere stories live. Discover now