____________________________________________________________________
Jilid I *****
T ENG - KO, sejak tadi engkau menghisap madat sampai rumah ini baunya seperti
kebakaran. Darimana engkau memperoleh uang untuk membeli madat begitu banyak ?
Kemarinpun engkau sudah menghisap madat seharian, dan sekarang lagi. Dan aku melihat
bungkusan berisi madat. Suamiku, bagaimana engkau bisa mendapatkan madat begitu banyak
sedangkan barang-barang kita sudah habis kaujual ?"
Wanita itu masih muda, paling banyak tigapuluh tahun usianya. Biarpun pakaiannya
bersahaja, wajahnya membayangkan kemiskinan, rambutnya kusut dan tubuhnya agak kurus,
namun ia termasuk wanita yang cantik manis raut wajahnya, dan tubuhnya yang agak kurus itu
padat semampai. Seorang wanita dengan daya tarik yang masih kuat. Akan tetapi kini wajahnya
muram dan sinar matanya heran dan marah ketika ia menegur suaminya yang enak- enak duduk
bersila sambil menghisap madat dari cangklong bambu yang besar itu. Disulutnya tembakau
campur madat yang diselipkan di tempat tembakau yang nampaknya seperti cabang yang
menonjol keluar di tengah pipa bambu, lalu disedotnya. Terdengar suara menderodot d'sertai
suara gluk-gluk. Asap tembakau madat itu melalui air, terus masuk ke mulut, langsung
menembus tenggorokan memenuhi paru-paru, dihisap oleh darah di tubuh yang tak berbaju itu.
Matanya terpejam dan dia seolah-olah tidak mendengar teguran istrinya, bahkan agaknya dia
sudah lupa sama sekali akan dunia di sekitarnya, terbuai oleh pandangan khayal indah yang
muncul karena pikiran dan syarafnya sudah dikuasai oleh racun madat.
Pria itu bertubuh kurus, akan tetapi masih nampak bekasnya bahwa dahulunya dia tentu
bertubuh tegap. masi nampak otot menonjol di balik kulit yang hampir tak berdaging lagi itu,
dadanya bidang akan tetapi kini kedua pundaknya menurun. Wajahnya juga tidak boleh disebut
buruk. Tidak, pria ini tadinya tentu seorang laki-laki yang bertubuh tegap dan gagah. bahkan
melihat keadaan buku-buku jarinya, pergelangan tangannya, nampak tulang-tulang menonjol dan
Pedang Naga Kemala > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com
1
kulit yang menebal, tanda bahwa dia banyak melakukan latihan ilmu silat yang mengandalkan
tenaga gwa-kang (tenaga luar). Memang demikianlah. Siauw Teng, nama pria itu, adalah seorang ahli silat yang tangguh, memahami ilmu silat Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai, bahkan pernah
menjadi guru silat di kampungnya. Usianya juga baru tigapuluh lima tahun. Akan tetapi semenjak dia menghi'sap madat, lima tahun yang lalu, dia menjadi pemadat yang sudah tidak ketulungan
lagi. Dia malas bekerja dan kebutuhannya akan madat makin hari makin banyak sehingga barang-
barangnya habis dijualnya hanya untuk membeli madat yang amat mahal harganya itu. Dia
seolah-olah sudah lupa akan anak istrinya, tidak perduli akan keadaan sekitarnya dan dia hanya membiarkan dirinya terbuai di alam khayal yang timbul oleh asap madat.