"Aku capek, kita kayak gini terus. Mau sampe kapan?" Dara menatap Adira dengan tatapannya yang begitu terluka, tapi pria itu tetap sama. Pria gila yang hanya mementingkan sebuah permainan dalam benda mati yang menurutnya lebih menyenangkan dari pada mengajak Jara berjalan-jalan keluar.
Kekasih mana yang dengan gamblangnya mengatakan hal itu pada pasangannya? Dipikir-pikir lagi, selama empat tahun bersama, pekerjaan Dara hanya menemani Adira bermain game. Itu saja. Bahkan ketika makan, mengantar Dara berbelanja, menunggu Dara ke toilet, bahkan menunggu Dara bersiap-siap, pria itu tetap saja berkutat dengan ponselnya.
Sungguh, manusia menyebalkan satu ini tak pernah bisa berpisah dengan ponselnya. Ia hanya berpisah dengan ponselnya ketika ia bekerja, itu pun pasti selalu menyempatkan dirinya untuk mencuri-curi waktu bermain game. Alih-alih menyempatkan waktu untuk menghubunginya.
Dara benar-benar tidak tahan lagi. Usia Adira sudah matang dan Dara sudah wisuda, orangtuanya sudah membicarakan pernikahan sementara pria gila yang bersamanya, tidak menganggap dirinya lebih penting dari sebuah permainan buatan manusia.
"Kak! Bisa jawab aku?" Desak Dara.
Adira menyimpan ponselnya, ia menatap Dara, "Kenapa? Kamu mau apa sayang?"
Kata-katanya memang manis, memanggil Dara dengan sebutan sayang, tetapi ... tetap saja, rasa kesal itu tetap ada. Menggunduk dan tak bisa pergi meninggalkan dadanya.
"Aku mau kita putus! Aku capek, dan aku nggak ngeliat kelanjutan apa yang bisa kita dapet dari hubungan kita ini," ucap Dara pada akhirnya.
Ada sebuah sentakan keterkejutan dari wajah Adira. Pria itu menatap Dara, hendak menyanggah ucapan Dara, tetapi air mata gadis itu sudah menuruni pipinya lebih dulu.
"Aku capek, selama empat tahun pacaran, oke ... kita memang baik-baik aja, oke ... kita juga bisa bertahan, dan oke ... aku bisa nerima semuanya. Tapi ... tapi kamu nggak bisa gini terus, kapan kita bisa serius kalau omongan aku aja nggak pernah kamu denger? Oke, mungkin kamu denger, tapi semuanya cuman masuk telinga kiri keluar telinga kanan, iya kan?"
Adira bergeming dari tempatnya.
"Aku mau kamu dengerin aku, sama waktu kita PDKT dulu, kamu perhatiin aku, kamu prioritasin aku, bukan duain aku sama benda mati yang bikin aku bener-bener tersisih."
"Say—"
"Kita putus ya? kita putus, dan aku nggak mau lagi ketemu sama kamu."
Serangan itu ada, rasa sakit itu nyata, dan Adira menatap Dara tanpa bisa berkata apa-apa. ia ingin bersikap egois, mempertahankan Dara di sisinya, tapi jika Dara saja tidak mau bersamanya, untuk apa?
"Oke, kita putus," jawabnya.
Sekarang malah Dara yang memucat. Serius? Pria ini mengabulkan permintaannya? Pria ini menerima ajakannya? Pria ini tak bertanya padanya apakah semua ini gertakan atau gurauan? Sungguh, pria gila ini!
Dara tidak berkata apa-apa lagi. Ia berbalik dan berjalan menjauhi tempat dimana Adira duduk dan bersumpah bahwa ia tak akan pernah kembali lagi ke sana.
Dara akan pergi, dan ia akan menghapus pria gila menyebalkan itu dari hidupnya, meskipun hal itu merupakan kemungkinan yang tak pernah bisa disemogakan.
Dan sialnya, pria itu memang benar-benar gila.
Tiga bulan setelah mereka berpisah, Dara mendapatkan undangan pernikahannya.
Ah, sekarang Dara tahu kenapa ia merasa selalu diduakan, mungkin bukan dengan ponsel, tetapi dengan wanita.
"Saya terima nikahnya Tia Nuraini binti Agung Sulaksana dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
Dan suara itu menggema dengan keras dalam benaknya, menulikan seluruh pendengarannya dan menggelapkan seluruh pandangannya.
Empat tahun bersama, Dara hanya menjaga Adira untuk wanita lain.
Padahal ketika ia pergi tiga bulan yang lalu, Dara berharap bahwa Adira akan memintanya untuk kembali dan memohon maaf, tetapi rupanya ... pria itu mendatanginya hanya dengan secarik surat yang membuat lukanya kembali menganga hingga mengeluarkan nanah yang begitu menyiksa.
Sekarang, tidak ada alasan lagi untuk Dara tetap berada di tempat penuh kenangan ini.
-
-
HARU JINO MANAAA?
oke oke aku tau yang kalian inginkan itu ahahaha
tapi malem secara ajaibnya aku ngetik cerita ini sampai 5 bab. gimana dong? wkwkwk
semoga bisa dibarengin sama Haru Jino ya :D
oke, sebelumnya aku akan menjelaskan dulu cerita ini.
Dira ini kakaknya Adista dalam cerita : LOVE.
dia pacaran sama temennya Adista. pacaran sama siapa, nikahnya juga sama siapa wkwkwkw
oke, selamat membaca semoga suka :)
satu jam lagi aku post part 1nya.
1 jam berikutnya part 2nya :)
daaah ....
aku sayang kalian :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara & Dira | SUDAH TERBIT
RomanceBersama-sama selama empat tahun tetapi hanya mempunyai predikat sebagai 'Penjaga jodoh orang lain?' Tidak ada kenyataan yang lebih menyakitkan dari itu. Bagi Dara pilihannya hanya satu, pergi jauh-jauh dan menghilang dari hidup Dira lalu mengenyah...