Sakitnya mencintaimu

44 10 10
                                    

      Dengan sabar, Emma menunggu Harrison menjelaskan perihal putus yang sudah beberapa kali diucapkan padanya. Mereka terlihat menduduki kursi di taman kota yang tampak remang diterangi lampu-lampu jalan. Keadaan malam itu tidak begitu ramai seperti biasa. Hujan sore tadi masih meninggalkan basah dan dingin di tanah.

     Emma memandangi botol berisi jus jeruk di tangannya. Itu adalah kesekian kali dia membuatkan minuman kesukaan Harrison, dengan harap-harap cemas dia menciptakan sebuah pertanyaan dalam benak. Apakah pertemuan mereka saat itu merupakan tanda akhir dari perjalanan cintanya?

     "Bisa kau jelaskan alasan kenapa kita putus?" Setelah lama berdiam dalam pikiran, Emma memecah kebungkaman diantara mereka.

     "Aku sudah bilang. Kita putus, karena aku sudah tidak nyaman lagi menjalani hubungan ini."

     "Ya, tapi kenapa? Apa aku sudah berbuat salah?"

     Harrison diam, dia tidak peduli tentang perasaan perempuan yang sudah tiga bulan dipacarinya itu. Dan keadaan seolah menuntut Emma untuk kembali menunggu penjelasan dari orang yang disayanginya.

     Harrison White adalah Sosok laki-laki yang tidak terlalu kemilau dengan ketampanan, tapi dia mampu membuat perempuan yang melihatnya jatuh hati. Dia juga bukan seorang selebritis kampus yang suka mencari perhatian publik, tapi sosok ini diam-diam mampu membuat sebagian mata melirik padanya. Harrison White hanya laki-laki biasa yang memiliki kharisma.

     Sangat berbeda dengan Emma Tompson yang hanya gadis rumahan, dengan penampilan polos kutu buku, berbanding terbalik 180 derajat dari semua perempuan kampus yang selalu update dengan pakaian mode-mode terkini. Baginya yang tidak pernah mengalami jatuh cinta, adalah suatu keberuntungan bisa memiliki kekasih hati dan itu pun terjadi di suatu hari saat Harrisson tiba-tiba menyatakan cinta padanya, lalu tersenyum lembut menggenggam tangan rapuhnya.

     Namun perjalanan asmara itu tidak seindah kisah novel percintaan. Sifat Harrison yang temperamental dan beberapa kali perselingkuhan yang dia lakukan cukup membuat guncangan hebat di hati Emma, tapi walaupun Harrison sering menyakiti perasaannya, Emma tetap memaafkan dengan terus menjaga kesetiaan. Pertama kali merasakan dicintai dan diberi perhatian istimewa mampu menumbuhkan rasa sayang yang hebat di hati perempuan itu.

     Tapi dengan rasa sayang yang dahsyat itu pula, Emma Tompson selalu tidak bisa melawan atau membela diri dari kekerasan sikap Harrison yang terkadang diperlihatkan tanpa malu.

     "Aku hanya ingin kau memberi penjelasan, kenapa kita harus putus? Hanya itu." Dengan suara bergetar dan air mata yang mulai menggenang, Emma menatap pilu wajah kekasihnya. Si lelaki hanya terlihat menarik nafas dengan pandangan tidak acuh ke arah perempuannya.

     "Aku bosan," jawabnya pendek, karena tidak ingin banyak berpikir.

     "Bosan, apa maksudmu?"

     "Ya, aku bosan, kalau kau tidak mengerti juga, gunakan otakmu!" Sambil menjawab kasar, Harrison menunjuk-nunjuk kepala Emma.

     Perempuan itu hanya tertunduk. Tetes air mata yang sempat jatuh cepat-cepat diusapnya dengan jari tangan.

     "Kalau kau bosan, kita bisa membuat waktu berdua supaya tidak jenuh. Kalau kau ingin kita jarang bertemu, aku juga akan setuju atau mungkin kau ingin menjaga jaga jarak denganku? Aku bisa mengerti."

     Sekali lagi Harrison melengos, dia terlihat kesal dengan sikap Emma. Laki-laki itu lalu mengambil posisi duduk dengan lebih serius menghadap ke arah perempuan yang diajak bicara.

      "Oke, begini. Kita sudah pacaran tiga bulan. Sebenarnya kau perempuan beruntung yang kupacari lebih lama dari semua mantan-mantanku. Aku sebenarnya ... uum, selama ini tidak betah bersamamu." Harrison tampak tidak peduli kalau kata-katanya sudah menyakiti Emma.

      "Kenapa? Aku tidak pernah membatasimu, aku juga tidak pernah meminta hal yang aneh padamu."

      "Benar, tapi kau tahu, saat aku berpacaran, itu tidak akan lebih dari beberapa minggu."

      "Lalu, kenapa kau mau berhubungan denganku sampai selama ini?" Emma bertanya tentang hubungan mereka yang sudah berjalan hampir 3 minggu.

      "Itu, karena aku kasihan padamu," jawab Harrison sambil menekan nada bicara, lalu meneruskan kalimat....

      "Dengarkan aku Emma, kita harus putus. Aku bosan, sebenarnya aku sering kasar dan selingkuh darimu agar supaya kau memutuskanku, tapi kau terlalu bodoh untuk mengerti." Kalimat Harrison kuat mengakhiri muntahan hatinya.

      "Apa kau tidak pernah menghargai perasaan sayangku padamu?"

      "Justru karena menghargaimu, aku ingin kita putus. Ya ampun Emma, kumohon,  apa kau masih tidak mengerti juga?" paksanya sambil mendecakkan lidah.

     "Tapi aku tidak mau kita berakhir begini." Emma tetap memaksakan keinginan.

     "Aku yang mau! Ya tuhan, susah sekali bicara denganmu!!"

     "Harrison, dengarkan aku." Emma terisak menyampaikan perasaan, dadanya serasa sesak ingin muntah meluap.

     "Aku sangat menyayangimu dan tidak ingin putus. Berat sekali rasanya, tapi kalau itu memang keinginanmu. Baiklah."

     "Bagus sekali, kenapa untuk mengatakan itu saja kau sangat susah diajak bicara? Aku lelah menghadapimu. Aku mau pulang." Dengan sikap masa bodoh Harrison berdiri dari tempatnya, tapi sebelum laki-laki itu pergi buru-buru Emma menahan.

     "Tunggu!"

     "Ya Tuhan, ada apa lagi?" Dipandanginya perempuan itu dengan tidak sabar.

     "Aku selalu membuatkanmu jus jeruk dan ini sudah kubawa sejak tadi. Apa kau mau meminumnya sedikit?" Emma lalu memberikan botol berukuran kecil berisi cairan kuning yang sejak tadi dipegangnya.

     Sesaat Harrison hanya memandang botol itu dengan senyuman miring. "Baiklah, kalau dengan meminum jus ini hatimu jadi senang. Akan kukabulkan." Dia lalu meminum habis isi jus itu dan kemudian memberikan botol yang telah kosong kembali pada Emma.

     "Kau senang? Sekarang kita putus dan jangan pernah menghubungiku lagi."

     Tanpa menoleh sedikit pun. Harrison pergi dengan mengendarai motor besarnya, dia meninggalkan Emma dengan air mata dan keperihan hati. Sebagai kekasih, Emma tompson mungkin perempuan yang terlalu sabar dalam menyayangi, tapi bukan berarti dia bisa menahan rasa sakit karena mencintai. Perasaan sayangnya yang besar pada Harrison White membuat laki-laki itu besar kepala, tanpa ragu bersikap kasar bahkan tak sedikit pun menghargai perasaannya. Rasa sakit itu pula yang membuat Emma memberikan racun di jus jeruk buatannya.

      Dengan perhitungan waktu yang sudah diperkirakan. Di kejauhan, Harrison terlihat goyah mengendarai motornya, tiba-tiba tanpa diduga laki-laki itu langsung ambruk di sisi jalan dengan mulut berbusa.


The end

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

The end


the pain of loveWhere stories live. Discover now