"Pril, aku mau kita putus."
JEDAR
Seperti sebuah tamparan bagi Prilly, bagaimana bisa Ali memutuskan hubungannya secara sepihak?
Perlahan bulir bening itu mulai turun dari kelopak mata indah Prilly, yang di awal hanya setetes atau dua tetes, namun sekarang mengalir seperti sebuah sungai.
"Tapi kenapa Li? Setelah 2 tahun kita bersama, kamu putusin aku? Tapi ya udah lah, kalo emang lo mau kita putus. Makasih buat semua nya." Prilly berkata sambil terisak.
Prilly hendak pergi, tapi pergelangan tangan Prilly di tahan oleh Ali.
"Lo dengerin penjelasan gue dulu. Pril, duduk dulu sini," Ali menarik tangan Prilly lembut ke tempat duduk di samping Ali yang kosong.
Mereka emang lagi di taman belakang sekolah, setelah bel pulang berbunyi tadi, Ali ingin berbicara dengan Prilly.
"Maaf kalo gue udah bikin lo kecewa, gue putusin lo karena gue udah jadian tadi sama Fira. Gue cuma gak mau dua-in lo ataupun Fira, maka dari itu gue putusin lo," Ali menjelaskan yang membuat dada Prilly semakin sesak. Jadi ini alasan Ali memutuskan hubungan mereka.
"Yaudah lah Li, lagian penjelasan lo itu gak penting juga. Sekarang kita udah putus yaudah, gak ada yang perlu di permasalahin. Makasih buat semua 2 tahun ini." Prilly menahan sesak di dada nya, rasanya benar benar sesak.
Jadi seperti ini rasanya kehilangan seseorang di saat ia merasa sedang sayang-sayang nya. Seperti ini rasanya merelakan orang yang kita sayangi supaya dia bisa bahagia walaupun diri sendiri tersakiti.
"Lo gak nyesel putus dari gue?" Tanya Ali hati-hati karena respon Prilly seperti itu.
"Buat apa sih nyesel putus dari lo? Gue udah tau dari awal resiko nya akan seperti ini, di saat gue nerima lo untuk jadi pacar gue, disitu gue udah berpikir resiko apa yang akan gue dapet. Dan ini resiko nya, mengikhlaskan orang yang kita sayangi di saat sedang sayang sayangnya."
Mendengar penuturan kata dari Prilly membuat Ali menyesal telah memutuskan hubungan dengan Prilly. Tapi bagaimana pun juga ini demi kebaikan mereka, terlebih kebaikan Prilly.
"Gue duluan ya Li," Prilly segera bergegas pergi mengingat hati nya semakin sakit jika berlama-lama di tempat itu. Dengan sedikit berlari Prilly berusaha untuk secepat mungkin meninggalkan tempat itu dan menuju gerbang sekolah.
Di depan gerbang, Prilly bertemu dengan Dion.
"Pril, kok belom pulang?" Tanya Dion yang melihat Prilly masih berada di depan gerbang sekolah. Pasalnya jam sekolah sudar berakhir sekitar satu jam yang lalu.
"Eh iya Di, ini lagi nyari taksi," Prilly menjawab dengan sedikit kikuk, memang mereka berdua tidak terlalu dekat yang membuat mereka menjadi canggung.
"Yaudah, bareng aku aja yuk?" Tawar Dion.
"Emang gak ngerepotin?"
"Ya nggak lah, yuk."
Prilly akhirnya pulang bersama Dion naik motor. Ali yang sempat melihat mereka pulang bersama, merasa dada nya sedikit sesak. Tapi bagaimana pun juga ini adalah keputusan Ali untuk meninggalkan Prilly.
•••
"Gak mau mampir dulu, Di?" Tanya Prilly ketika mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Prilly.
"Kapan-kapan aja deh, Pril. Aku juga buru-buru nih hehe, yaudah duluan ya Pril." Pamit Dion setelah itu melajukan motornya meninggalkan halaman rumah Prilly.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERGI...
FanfictionAku pergi membawa luka yang entah kapan sembuh. Tapi aku percaya, luka di hati ini akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalan waktu.