Part 1

19 1 0
                                    

Namaku, Puteri Bintang, biasa teman-teman di sekolah ku dulu memanggilku dengan nama Bintang. Namun, keluarga maupun sahabat-sahabat terdekatku biasa memanggilku dengan sebutan Bi, dan aku cukup senang dengan nama panggilan itu. Aku saat ini baru saja memasuki jenjang pendidikan baru, yaitu kuliah. Aku diterima di suatu Universitas terkemuka di tempat tinggal ku, dan aku cukup bangga karena aku masuk dengan jalur SNMPTN, yah setidaknya usahaku belajar dengan giat saat SMA terbayar sudah. Karena hari ini merupakan hari pertama ku masuk kuliah, aku diharuskan mengikuti kegiatan OKK (Orientasi Kehidupan Kampus). Untung saja, katanya sih, orientasi kampus saat ini memang lebih ringan dari tahun0tahun sebelumnya, sekalipun tugas OKK yang diberikan cukup banyak. Tapi, aku dengan bahagia mengerjakan setiap tugas yang diberikan.
Pagi ini, aku bangun pukul 04.00, karena setiap mahasiswa baru wajib berkumpul di kampus pada pukul 05.30.

“Bi, bangun yuk. Udah jam empat nih. Nanti kamu kesiangan loh ospeknya.” Kata Mami membangunkanku dari luar kamar.

“Iya Mi, Bintang udah bangun kok. Ini Bintang lagi siap-siap mau mandi.” Jawabku dari dalam kamar sambil bersiap menuju ke kamar mandi.

“Ya udah kalau gitu. Mami ke bawah dulu ya siapin sarapan buat kamu. Nanti kalau sudah selesai siap-siap, langsung turun ke bawah ya. Kita sarapan sama-sama.” Kata Mami lagi.

“Siap Komandan!” jawabku.

Aku pun mempersiapkan diriku untuk pergi ke kampus di hari pertamaku ini. Aku tidak mau menimbulkan kesan negative di hadapan teman-teman baruku nanti bahkan pada kakak-kakak tingkat yang akan membimbingku nantinya. Aku berusaha sekeras mungkin untuk mentaati setiap peraturan yang diberikan.

Setelah hampir 30 menit bersiap-siap, aku pun menuju ruang makan, untuk sarapan bersama keluargaku tercinta. Di meja makan, Papi dan Mami sudah duduk dengan manis dan sedang berbincang dengan mesranya.

“Pagi Papi, pagi Mami.” Kataku sambil mencium kedua orangtuaku satu per satu.

“Pagi juga sayang.”

“Loh kak Cakra mana? Belum bangun?” kataku mencari kakak ku yang bernama Cakrawala itu.

“Kenapa nyari kakak? Kangen hah?” kata Kak Cakra yang tiba-tida datang ke ruang makan dan langsung mengacak rambutku.

“Ish kakak. Rambutku udah rapi juga.” Kataku kesal.

Kak Cakra hanya senyum-senyum cengengesan.

Kak Cakra ini adalah satu-satunya saudara yang aku miliki. Nama lengkapnya sih Pangeran Cakrawala. Entah kenapa Papi sama Mami menamai kami berdua dengan nama yang unik seperti itu. Aku dan Kak Cakra memiliki perbedaan umur sekitar 8 tahun. Sekarang umurku 18 tahun, yang berarti Kak Cakra saat ini sudah berumur 26 tahun. Perbedaan umur yang cukup jauh inilah yang membuat kasih sayang Kak Cakra nggak pernah hilang buat aku. Meskipun sekarang Kak Cakra bekerja di luar kota, namun ia selalu menyempatkan untuk pulang ke rumah seperti saat ini.

“Kak, hari ini jadi anterin aku ke kampus kan?”

“Iya adek kakak yang paling cantik. Tenang aja selama ada kakak mu yang paling tampan ini. Siapa tahu ntar ada mahasiswi baru yang cantik. Hehehe.”

“Ish Kak Cakra, terus itu Kak Dinda mau di kemanain? Awas aja kalau selingkuhin Kak Dinda. Kak Dinda itu baik loh kak. Jangan sampai lepas.” Kataku sambil menyantap sarapan.

Papi dan Mami yang mendengarkan percakapan kami hanya tersenyum simpul. Mereka sudah terbiasa menghadapi tingkah kami berdua ini.

“Iya iya Bi. Bercanda doang. Mana mungkin Kakak ngelepasin Kak Dinda. Cinta pertama dan terakhir tuh. Tinggal tunggu tanggal mainnya aja. Ya gak Pi, Mi?”

“Udah udah abisin dulu sarapannya. Bahas ceweknya ntar aja kalau udah selesai. Lagian ini si Bintang udah harus berangkat.” Kata Mami akhirnya.

Setelah menghabiskan seluruh sarapan yang dipersiapkan Mami, aku segera bergegas menuju garasi mobil. Kak Cakra sudah mendahului untuk masuk ke mobil.

“Yok jalan.” Kataku ketika sudah masuk ke dalam mobil.

“Siap Tuan Puteri.”

Perjalanan pagi ini kami ditemani alunan music dari radio.

“Bi…” kata Kak Cakra tiba-tiba.

“Hm. Kenapa?”

“Nanti kalau sudah mulai kuliah, inget, jangan pacaran terus ya. Konsentrasi sama kuliah dulu. Nanti kalau sudah waktunya, jodoh pasti datang sendiri kok.” Kata Kak Cakra.

“Apaan sih, tumben tiba-tiba ngomong begitu?"

“Percaya omongan kakak. Jangan terlalu mudah percaya sama cowok, karena kalau kamu udah ngerasain namanya sakit hati, kuliah kamu bakal keganggu.”

“Iya kak. Tenang aja. Kaya gatau aku gimana kak. Aku mau focus belajar dulu. Pacaran mah yang kesekian kak.”

“Bagus deh kalau gitu. Janji ya sama kakak?”

Aku pun mengangguk sambil tersenyum.

“Eh Dek. Kamu inget sama Angkasa nggak?” kata Kak Cakra.

“Angkasa? Angkasa siapa?"

“Angkasa anaknya om Daniel Hermawan. Si Raja Angkasa.”

Raja Angkasa? Kayanya nggak asing”. Kataku dalam hati.

“Duh masa lupa sih dek?! Temen kecil mu dulu. Waktu kita di rumah yang lama, kamu kalau main sama dia terus.” Kata Kak Cakra geregetan.

“Aku lupa kak. Lagian kita pindah dari rumah yang lama kan udah lama banget. Itu aku masih kelas satu SD kalau gak salah.” Kataku.

“Iya sih. Ya pokoknya yang itu lah ya.” Kata Kak Cakra, menyerah.

“Memangnya kenapa kak?”

“Enggak ada sih, Cuma kakak denger, katanya dia juga kuliah di tempat kamu kuliah sekarang. Jurusannya juga sama kaya kamu, Managemen. Nanti coba-coba aja cari, kali aja kamu ketemu. Kalau nggak salah dia udah semester tiga sekarang.” Jelas Kak Cakra akhirnya.

“Serius?! Ya udah nanti coba Bi cari tahu deh.” Kataku akhirnya.

Setelah sampai di pintu gerbang kampus, aku akhirnya turun dari mobil dan berpamitan ke Kak Cakra.

“Dah Kak.” Kataku lalu menutup pintu mobil.

Aku segera berjalan menuju lapangan tempat diadakannya OKK. Keadaan lapangan sudah penuh sesak. Aku mencari-cari sahabatku, Olivia. Ketika aku melihat seseorang yang ku kenali melambaikan tangan kepadaku, aku segera berlari kea rah tersebut tanpa berpikir panjang.

Namun,…

“Awww…” pekik ku.

Tanpa aku sadari ternyata aku telah menabrak seseorang.

“Makanya kalau jalan liat-liat dong. Asal tabrak aja! Kamu MaBa kan?” kata cowok yang aku tabrak tersebut.

“I…iya.. kak. Maaf ya kak.” Kataku terbata-bata sambil menunduk, sadar yang ku tabrak adalah kakak tingkat.

Tanpa ada jawaban lagi, cowok tersebut langsung pergi. Dan peristiwa itu mampu mencuri perhatian sekitar.

Di dalam hati, aku merutuki perbuatan konyol yang telah ku lakukan.

Sial… baru hari pertama aja udah kaya gini. Gimana hari-hari berikutnya?!”

💞💞💞
Yuk di vomment

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bintang di AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang