Adelyn Sagita
***
"Adelyn! Cepetan, dong pakai bajunya!" Teriak mama dari luar rumah.
"Iya, ma!"
Dengan tergesa-gesa dan susah payah aku memakai dress selutut berwarna biru pastel yang diberikan Mama padaku. Sejujurnya ini kali pertamaku menggunakan dress. Sehari-hari aku hanya memakai kaus dan jeans.
Ya, aku memang bukan tipe cewek yang feminim dan peduli dengan fashion. Asalkan tidak memakai baju yang terlalu terbuka, itu tidak masalah bagiku.
Namun, karena mama dan aku akan bertemu dengan seseorang yang penting, mama memintaku mengenakan dress ini. Dress berwarna biru pastel dengan pita di bagian pinggang samping kiri.
Duh! Gue gak suka pakai ginian ih.
Aku menyisir rambutku dan membiarkannya terurai. Tak lupa, flat shoes berwarna putih kulekatkan di kakiku. Dengan cepat aku keluar dari kamarku lalu menghampiri mama yang sedari tadi menungguku.
"Adel lama banget, sih. Kamu juga nggak dandan." Omel mama lalu masuk ke dalam mobil. Aku pun ikut masuk ke mobil dan mengenakan sabuk pengaman.
"Ribet pakai dress nya ma.. Lagian ini terlalu cewek banget dih."
"Gapapa, cantik kok. Lagian biar kamu keliatan ceweknya. Masa kemana-mana pake jeans terus?"
"Ya gak gitu juga kali ma.."
Mama langsung tancap gas meninggalkan rumah kami. Aku memandangi wajahku menggunakan handphoneku sambil menata rambutku dan memastikan tidak ada kotoran di wajahku, maupun di gigiku.
"Ma, sebenarnya kita mau ketemu siapa sih? Segala pake aku disuruh dandan."
"Kita mau ketemu calon papa kamu."
"Apa?"
***
Mobil yang aku tumpangi sudah terparkir rapi di luar sebuah kafe. Kafe bernuansa klasik.
Aku masih mematung di tempat dudukku. Sedangkan mama, sudah turun dari mobil satu menit yang lalu. Mama memandangku kebingungan.
"Kenapa nggak turun, Del?" Aku tidak menjawab pertanyaannya. Dengan berat aku melepaskan sabuk pengamanku dan segera turun dari mobil.
Mama lalu menggandeng tanganku sambil berjalan ke dalam kafe tersebut. Terlihat mama sedang mencari-cari orang yang sudah membuat janji bertemu dengannya hari ini. Ia lalu melihat seorang pria bertubuh tinggi yang sedang duduk --bersama seorang lelaki yang terlihat sebaya denganku--melambaikan tangan ke arah kami.
"Del, yang sopan ya." Pesan mama sebelum ia menghampiri mereka.
Ok Adel, jangan kecewain mama!
Aku pun mengikutinya dari belakang.
"Udah lama, ya?" Tanya mama kepada pria itu kemudian duduk di sebelahnya.
Aku pun duduk di tempat yang masih kosong di bangku itu, tepatnya di samping lelaki, yang dapat kusimpulkan dia adalah calon saudara tiriku nanti.
"Belum, kok. Mau pesan apa?"
Kami berempat pun menyebutkan nama makanan yang ingin kami pesan kepada pelayan di kafe itu.
"Ini Adel, ya? Udah besar ya sekarang. Kelas berapa?" Tanya Om Brian ramah sambil tersenyum padaku.
"Eh.. kelas sepuluh Om," jawabku gugup.
"Oh, beda setahun dong sama Adrian." Ucap Om Brian sambil melihat anaknya yang sedari tadi hanya terdiam.
"Adrian SMA mana?" Tanya mama.
"SMA Taruna Nusantara, Tante." Jawab lelaki yang bernama Adrian itu sambil tersenyum kecil. Taruna Nusantara? Berarti dia kakak kelas gue dong?
"Oh ya? Berarti kalian satu sekolah? Adel emang nggak kenal sama Adrian?" Pertanyaan mama yang ditujukan padaku cukup membuatku terkejut. Lelaki bernama Adrian itu menatapku datar. Meskipun dia kakak kelasku, aku tidak tahu akan hal itu. Aku bahkan tidak pernah melihat wajahnya di sekolah.
"E-enggak"
***
Namaku Adelyn Sagita. Cewek 15 tahun yang duduk di kelas 10 SMA. Aku tinggal bersama mama dan kakakku, Evan. Sedangkan papa sudah meninggal tiga tahun yang lalu, karena kecelakaan lalu lintas.
Beberapa jam yang lalu, mama mengajakku menemui calon suaminya sekaligus calon papaku nanti. Aku sempat terkejut karena mama tidak pernah memberitahuku tentang hubungannya dengan pria itu, yaitu Om Brian.
Mungkin selama ini mama dan aku kurang berkomunikasi di rumah. Bagaimana tidak? Mama selalu sibuk dengan pekerjaannya. Berangkat subuh ke kantor, pulangnya juga tengah malam. Hampir tidak ada waktu sama sekali untukku dan mama.
Setelah mama mengatakan bahwa ia akan menemui calonnya, aku sedikit terkejut. Tidak, bukan hanya sedikit tapi aku sangat terkejut. Aku ingin mama bahagia, karena selama ini yang kulihat mama tidak pernah merasakan kebahagiaan dan terus menerus memikirkan pekerjaan di kantornya. Tapi di sisi lain aku masih menyayangi papa. Bagiku, tidak ada yang bisa menggantikan posisi papa untukku.
***
03.10.16
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelyn & Adrian
Teen Fiction[Adrian Leonardi] "Semua cewek nggak pernah ada yang nolak gue. Gue ganteng, tajir, most wanted, dan semua orang tau itu. Tapi, gimana lo bisa nolak gue mentah-mentah di saat semua cewek ngejar-ngejar gue?" [Adelyn Sagita] "Lo pikir gue nggak norm...