CHAPTER 1

2.2K 113 10
                                    

Sebuah hidup harus selalu diperjuangkan.
Jika kita menyerah,
maka semua usaha kita akan sia-sia.

Good Bye.

[Author P.O.V]

Ruangan bernuansa putih memiliki kesan menenangkan namun juga memilukan, pasalnya di dalam ruangan tersebut terdapat seorang remaja laki-laki yang sedang berbaring dengan tubuh lemahnya. Tangan yang terlihat semakin kurus kian waktu tidak menandakan adanya pergerakan dalam dua minggu ini, "Jungkook... bangunlah, kumohon," sebuah suara lembut seorang gadis selalu terdengar dengan tangan putih nya yang terjulur untuk mengusap punggung tangan milik pemuda tersebut. 

Dua minggu yang lalu, Jungkook dilarikan ke rumah sakit karena penyakitnya yang tidak diduga akan kambuh. Keadaan yang saat ini masih belum menandakan adanya perkembangan membuat semua orang, termasuk keluarganya sangat khawatir. Tangisan pilu selalu terdengar sepanjang hari dengan disertai rapalan doa yang tak kunjung berhenti. Gadis yang saat ini sedang menemaninya, pun, tidak tahu sudah berapa banyak air mata yang dia keluarkan. Rasanya, kepalanya pening, akibat terlalu banyak menangis. Tak dapat dipungkiri, kekasihnya saat ini tengah menjalani masa kritis. Sedangkan dirinya tak bisa melakukan apapun selain menemani dan mendoakannya. Jung Eunbi, atau yang kerap kali dipanggil Eunha adalah nama gadis tersebut.

Dalam tangisannya diantara kesunyian, suara pintu yang terbuka terdengar hingga membuatnya menoleh untuk melihat siapa yang membuka pintu. Rupanya Jeon Wonwoo, kakak dari kekasihnya. Badan yang tegap, melangkah dengan santai, namun nampak sekali raut wajahnya yang terlihat khawatir akan keadaan Eunha.

"Eunha? Kenapa belum pulang? Sudah malam, sebaiknya kamu pulang dan istirahat yang cukup. Tenang saja, Jungkook akan dijaga oleh Mba Sowon. Mari kakak antar kamu pulang," dengan suaranya yang khas, Wonwoo menasehati Eunha untuk segera pulang. Meyakinkannya bahwa Jungkook akan baik-baik saja, Eunha mengangguk sebagai jawaban.

Tak terasa sudah satu tahun Wonwoo menggantikan posisi kedua orang tuanya untuk merawat dan menjaga adik satu-satunya itu, Jungkook, semenjak kecelakaan orang tua mereka yang terjadi setahun yang lalu dan menyebabkan keduanya berpulang dan meninggalkan mereka berdua untuk selamanya. Namun, Wonwoo menjalani perannya dengan sangat baik. Jungkook selalu dijaganya, terkecuali ketika dirinya sibuk, maka Mbanya  Sowon akan menggantikan Wonwoo untuk menjaga Jungkook.


FlashBack

Perdebatan antara kakak-beradik yang sedang bermain PS  membuat suasana rumah yang sepi  menjadi hangat, entah apa yang mereka perdebatkan. Hanya suara Jungkook yang kerap kali terdengar seakan protes pada kecurangan yang dilakukan berulang-ulang oleh kakaknya.

"Bang! Curang nih," protesnya membuat Wonwoo tertawa dan ingin meledek adiknya itu. Namun, kali ini dia hanya mengalah dan mengakui kecurangannya.

"Istirahat dulu kali ya? Ambil minum, gih," pintanya dengan nada menyuruh. Jungkook hafal betul dengan sikap kakaknya.

"Iya pusing juga kepalaku, terlalu lama main jadinya begini. Aku ambil air dingin aja ya bang."

Dengan sigap Jungkook bangun dari duduknya dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Tanpa Wonwoo sadari, ada yang aneh dari cara berjalan adiknya, dirinya selalu tak ambil pusing. Tanpa memerdulikan hal itu, tangannya tergerak untuk mengambil camilan yang selalu tersedia di atas meja dan melahapnya. 

Sudah sekitar beberapa menit berlalu sejak Jungkook mengambil air, tapi dirinya belum kunjung kembali. Wonwoo terheran, kenapa Jungkook lama sekali. Padahal dirinya hanya meminta air biasa, apa mungkin Jungkook tengah membuat mie instan? Tapi anehnya, Wonwoo tidak mencium adanya bau bumbu mie. Dengan rasa curiga dia tergerak untuk menyusul adiknya yang berada di dapur.

Kaki jenjang itu merespons cepat untuk menghampiri si adik ketika Wonwoo melihat Jungkook tengah berdiri di depan wastafel untuk menghentikan mimisannya. "Bang..." suaranya tiba-tiba menjadi parau dan lemas, matanya sayu, bibir yang tadi berwarna pink cherry kini tak berwarna, pucat. 

Jungkook semakin kehilangan keseimbangannya sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

Wonwoo terkejut, panik, tidak tahu harus berbuat apa. Dalam keadaan seperti ini dia harus tenang, tapi dia tidak bisa. Melihat adiknya pingsan membuatnya khawatir lemas sekujur tubuh. Dia berusaha untuk tetap sadar dan mengambil tindakan rasional, ya, dia harus segera menelepon ambulans.

"Halo? Dengan kediaman keluarga Jeon disini," suara di seberang menjawab dengan telaten. Wonwoo segera menjelaskan kejadian dengan serinci mungkin namun singkat untuk meminimalisir waktu.

"Ya, di jalan Asteria. Baik, mohon segera datang pak," setelah panggilan diakhiri, Wonwoo segera memberi tahu kedua orang tuanya.

"Halo, nak?" Suara wanita tua menyapanya dengan lembut dan menenangkan hati, tak kuasa Wonwoo untuk memberi tahu ke bundanya kalau penyakit Jungkook kambuh. Dia tahu, sangat tahu, bunda akan panik.

"Bun... Jungkook pingsan. Bunda tetap tenang, ya? Wonwoo sudah menelepon ambulans dan sebentar lagi mereka datang, bunda sama ayah jangan panik. Ada Wonwoo yang jaga Jungkook," suaranya bergetar takut, sudah terdengar napas bundanya yang tidak karuan.

Teriakan terdengar dari panggilan seberang, bundanya yang teriak agar suaminya mempercepat laju mobil. Wonwoo tidak bisa menenangkannya jika sudah seperti ini, bunda selalu takut, takut jika Jungkook kenapa-kenapa, takut jika Jungkook pergi meninggalkan mereka. 

Wonwoo tidak mengira Jungkook pingsan karena dia terlihat baik-baik saja selama ini, memang adiknya sudah pintar menyembunyikan rasa sakit. Jungkook selalu merasa tidak ingin mengkhawatirkan semua orang.

****

TBC

Halloo.. Cerita ini aku publish ulang^^ sekalian revisi.

Thank you>_<
Love u guyss

Good ByeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang