Chapter 2: Young Dad

331 28 1
                                    

          Argh!!! Kenapa setiap pagi aku harus bangun jam 3?! Entahlah, libur maupun tidak, aku selalu bangun jam segitu. Ada yang aneh. Semenjak kakak pindah rumah, aku jadi sulit tidur dan selalu memikirkan banyak hal. Apa karna itu aku jadi tak bisa tidur?  Sudahlah, aku memilih belajar saja untuk membuang waktu. Tapi kalau aku tidak lanjut tidur, aku bisa ngantuk di sekolah. Ah, biarlah.
          Aku memilih belajar subuh karena aku juga ada ujian hari ini. Jadi aku harus mempertahankan nilaiku agar tak jatuh. Tapi sebelum itu, aku langsung mengecek ponselku jikalau ada notification. Dan ternyata benar, teman-temanku yang kumintai contoh soal ujian. Aku baru ingat kalau tadi malam aku meminta mereka, tapi aku ketiduran jadi tak sempat melihat balasannya. Setelah mengecek ponselku, aku langsung memulai sesi belajarku ditemani lagu dari Mystic Messenger -otome game dari Korea-, penyanyinya juga orang Korea, tapi yang aku download adalah versi English nya, jadi ya seperti itulah. Menurutku lagunya enak dan suara penyanyinya begitu menenangkan sampai membawaku untuk ikut bernyanyi.
           Materi ujian kali ini ternyata lumayan sulit. Seraya aku membuka foto yang dikirim oleh Ame-chan, aku langsung mencari contoh soal lain dari internet. Kalau ada kan tinggal dipelajari dan dihafal rumusnya. Enak sekali ya cara bicaraku, padahal aku sendiri butuh waktu lama buat menghafal rumus yang bercabang-cabang ini.

                                      🌙

          Di sekolah, seperti biasa, belajar mengikuti arahan guru. Tapi giliran guru ini mengajar, semua siswa diam-diam main ponsel. Mereka berpura-pura mencari materi di internet, tapi ternyata malah bermain game. Sungguh kelas yang unik. Mataku tertuju pada Itsuki yang dengan seriusnya menyimak pelajaran.  Entah kenapa, aku merasa ada kesepian dalam dirinya.
          Aku baru ingat, kemarin, salah satu murid ada yang membicarakanku. Ia berbicara pelan tapi telingaku masih bisa mendengarnya dengan jelas.

          "Dia selalu berbicara kasar,"

          Sejak kapan aku berbicara dengannya. Apa aku pernah berbuat salah?  Aku tak mengerti. Aku selalu menjadi bahan pembicaraan yang negatif.

          "Haruki-san, apa kamu sudah memanggil kedua orang tuamu?"

          Memanggil? Apa aku pernah... Ah, aku lupa. Aku disuruh untuk membawa kedua orang tuaku. Katanya ada pengarahan penting terkait studi lanjutku nanti. Tapi, ibu tidak ada di rumah, hanya ayah. Bukankah ayah juga bekerja?

          "Hm, sensei, saya ijin telpon ayah saya sebentar,"

          "Baiklah, tapi jangan lama!"

          Aku keluar kelas sambil membawa ponselku yang ada gantungan kucingnya. Nomor...ayah...ketemu! Ayah, tolong angkat! Ini penting!

          "Moshi-moshi?"

          "Ayah!"

          "Sora? Ada apa menelepon? Bukannya kamu masih ada kelas?"

          "Iya, aku lupa bilang, ayah diminta untuk datang hari ini menemui wali kelasku,"

          "Menemui wali kelasmu? Kamu ada berbuat nakal, Sora?"

          "Bukan gitu, mengenai studi lanjut. Apa ayah bisa datang pas jam istirahat kedua?"

          "Istirahat kedua... Jam 1 siang?"

          Dari nada bicaranya, aku yakin ayah sedang bingung. Datang atau tidak. Tapi ini urusan masa depan anaknya, tidak mungkin ia menolak.

         "Ayah gak yakin bisa atau enggak soalnya kerjaan ayah juga masih banyak,"

         "Oh, baiklah,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NightflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang