"Dev, beneran apa yang lo bilang tadi di kedai?"
"Ya ampun, ngapain sih gue bohong sama lo? Dia sendiri yang bilang sama gue."
"Yaudah lo mau bantuin gue?"
"Ngapain?"
"Gue mau nembak dia."
"Kapan?" dengan singkatnya dia mejawab bbm itu.
"Sekarang, ajak dia jalan kemana gitu?"
"Ha? Lo nggak bercanda kan?"
"Enggak lah gue serius!"
"Okeh, gue coba dulu."
Dengan akrabnya mereka berbicara, padahal jarang kontak. Memang satu sekolah waktu SMP. Tapi berhubung Devi yang tidak famous, jadi mereka tidak mengenal satu sama lain. Atau bahkan hanya mengenal nama. Lelaki itu adalah Alfian Candra Ramadhan. Lelaki yang cukup dikenal banyak warga sekolah.
"Nya, anterin gue nyari makan dong?"
"Kemana?"
"Graha, biasa."
"Okeh, gue kesana."
Namanya Nia, temen Devi dari SD. Tapi akrabnya baru akhir-akhir SMP. Mereka dekat karena suatu hal.
FLASHBACK
"Eh Dev, keluar yuk. Kamu sama Deryl, aku sama Kriss."
"Ayo, kemana? Aku juga bosen dirumah!"
"Terserah sih, kamu tanya Deryl dulu."
"Okeh, besok gue kabarin."
Nia adalah pacar dari Kriss, mereka sudah 2 tahun pacaran. Sedangkan Devi dan Deryl tidak ada hubungan lebih selain teman, tetapi sepertinya mereka memiliki perasaan yang lebih dari itu.
"Eh, aku pengen ke suatu tempat yang cocok."
"Cocok buat ngapain?"
"Ada deh."
Kemudian dia memanggil Kriss.
"Kriss, ayo pergi dari sini!"
"Mau kemana lagi?"
"Udah ikutin gue aja!"
Ternyata dia berhenti disuatu air terjun. Iya, Devi sangat menyukai air terjun. Itu merupakan keinginannya dari dulu.
"Devi, aku mau ngomong sesuatu."
"Apa?"
"Selama kita dekat, aku menyimpan suatu hal yang berbeda. Aku merasa kita mempunyai perasaan yang sama."
(Duh, hati gue kok deg-degan gini yah.)"Terus?"
"Aku mau kita lebih dari sekedar temen aja."
"Tapi, aku takut. Suatu saat kamu pasti akan pergi. Kamu akan menemukan orang yang jauh berbeda dariku."
"Percaya sama aku. Aku nggak akan ngelakuin hal sebodoh itu."
"Baiklah."
"Terima kasih."
Akhirnya mereka berempat pun bermain-main dengan air. Tanpa menghiraukan betapa dinginnya siang itu.
Saat perjalanan pulang, awan hitam mulai menutupi langit. Hujan pun mulai turun ke bumi.
Deryl dan Kriss mulai menambah kecepatan motornya. Kebetulan saat itu Deryl lah yang paling cepat menuruni puncak gunung. Ditengah perjalanan yang hawanya sangat dingin. Devi mulai melingkarkan tangannya kepada Deryl.
Hujan pun punya cerita akan kisah cintanya.
Deryl dan Kriss adalah sahabat. Jadi Devi dan Nia dekat karena dua lelaki tersebut.FLASHBACK END
"Sepertinya gue kenal dia?"
"Hehehe, sorry nyaa. Gue sengaja bohong biar lo mau ketemu sama dia."
"Hhmm, iyalah."
Nia pun asik berbicara dengan Alfian.
Disisi lain.
"Ayo mbak ikut gue aja," Ucap teman alfian.(Gue hanya diam, dan mengikutinya.)
Saat itu gue hanya disuruh ngejauh, biar nggak ganggu mereka berdua.
"Eh, Alfian itu orangnya baik loh, nggak pernah pacaran juga. Bahkan dia dekat sama cewek aja gemeteran."
"Oh, gitu ya."
"Iya, ini aja gue yang maksa buat nembak. Mumpung ada kode, nggak perlu ditunda lagi."
"Hmm, iya."
"Nanti gue dapet traktiran ngopi."
"Gue juga kan? Aku juga ikut bantu loh."
"Minta Alfian aja."
Dari jauh terdengar suara Alfian
"Heii, gue di terima.""Jangan lupa traktir gue juga!"
"Beres."
Gue dan temennya Alfian mulai mendekat ke tempat Alfian.
"Ciee, jadian ciee."
(Gue cuma menggoda Nia, rupanya dia salah tingkah)"Eh mbak, kesini loh. Jangan ganggu pasangan baru."
"Hmm iya."
Gue hanya asik bermain smartphone kesayangan gue.
Tiba-tiba..."Eh mbak, hotspot dong?
Alfian dan Nia pun langsung tertawa saat melihat tingkah konyol anak itu. Sedangkan gue hanya tersenyum biasa.
Pada saat itu juga, Alfian mengabadikan foto gue sama dia.
Saat gue dan Nia akan pulang, cowok aneh itu mendekat dan mengulurkan tangannya yang mengharuskan gue jabatan tangan dengannya."Gue Gilang." Dengan nada khasnya dan senyuman yang selalu ia tunjukan dari tadi.
"Devi." Jawabku singkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dream in the Hope
Teen Fiction"Lantas kenapa aku harus menunggumu? Bukankah kau sudah bahagia dengannya? Aku bukan siapa-siapa." Aku hanya terdiam saat mata itu mulai menatap ku. Tiba-tiba semuanya gelap. Aku mulai terbiasa sendiri, tanpamu.